Medical Error: Perspektif Pasien

Medical error merupakan salah satu topik yang masih banyak dibahas dalam berbagai kesempatan di bidang pelayanan kesehatan. Medical error sendiri merupakan suatu adverse event yang dapat dicegah dengan adanya pengetahuan medis saat ini (Institute of Medicine, 1999). Medical error dapat terjadi pada berbagai aspek pemberian layanan kesehatan seperti; pemberian obat, operasi, diagnosa, peralatan, dan hasil laboratorium sekalipun dapat berpeluang terjadinya suatu kesalahan medis. Banyak kajian yang dilakukan terkait dengan terjadinya medical error ini, namun demikian informasi yang terkait dengan perspektif pasien terhadap medical error ini dirasakan masih terbatas.

Penelitian yang terkait dengan pemahaman pasien terhadap medical error dinilai terbatas, rata-rata penelitian lebih berfokus pada bagaimana pasien menginginkan kejadian medical error diungkapkan kepada mereka. Beberapa penelitian juga mengungkapkan bagaimana pasien menginginkan dukungan emosi atas terjadinya kesalahan medis tersebut, termasuk di dalamnya permintaan maaf.

Pada salah satu penelitian kualitatif deskriptif yang dilakukan dengan melibatkan 38 pasien sebagai responden, diungkapkan bahwa pasien lebih fokus pada aspek akses pelayanan kesehatan, gangguan komunikasi antara pasien dan provider dibandingkan aspek teknis terkait terjadinya medical error itu sendiri (Kuzel et al., 2004). Hal ini mendasari ketertarikan dilakukannya suatu penelitian untuk menggali lebih jauh perspektif pasien terhadap medical error yang terjadi, karena perspektif penerima layanan adalah salah satu alat yang dapat mendukung peningkatan proses pemberian pelayanan kesehatan. Pada artikel ini, penelitian dilakukan dengan melibatkan 30 anggota komunitas yang merupakan sampel yang diambil secara acak dari suatu komunitas yang besar. Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan metode wawancara melalui telepon. Sejumlah 29 responden bersedia berpartisipasi dan satu responden tidak bersedia berpartisipasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis konten kualitatif. Hasil dari penelitian yang dilakukan secara ringkas adalah sebagai berikut:

  • Arti Medical Error
    Pada penelitian ini definisi medical error bagi responden disamakan dengan buruknya komunikasi. Medical Error dirasakan oleh responden sebagai adanya gap komunikasi, missed communication, kemampuan dan gaya komunikasi interpersonal dokter ataupun provider pelayanan kesehatan lain yang kurang baik.
  • Kurangnya Rasa Hormat
    Medical error dirasakan oleh responden dari berbagai hal seperti; kurangnya rasa respek yang dirasakan oleh responden terkait penampilan fisik responden, adanya gap pemahaman terkait dengan budaya, serta perasaan inferior yang dirasakan responden terkait komunikasi yang dilakukan oleh provider.
  • Menyalahkan
    Responden merasa 'disalahkan' dan juga 'dihakimi' oleh provider terkait gaya hidup dan kebiasaan yang mereka pilih sehingga menyebabkan keadaan yang terjadi saat ini.
  • Stigma
    Responden merasa di'labeli' memiliki gangguan mental, emosional yang tidak seimbang, potensi ancaman keamanan. Terdapat responden yang berpendapat bahwa telah terjadi perilaku yang tidak profesional dalam proses komunikasi antara provider dan pasien. Salah satu contohnya adalah provider yang mengungkapkan masalah personal pasien dan tekanan harian yang dialami pasien di ruang gawat darurat atau psikiatri yang membahas keinginan bunuh diri dengan pasien gangguan mental dan keluarganya. Beberapa contoh tersebut dilihat sebagai suatu error.
  • Cara Untuk Meningkatkan Komunikasi Antara Pasien-Provider Pelayanan Kesehatan
    Medical error dirasakan sebagai error dalam komunikasi, penelitian yang dilakukan dengan 30 responden mengarah pada bagaimana meningkatkan komunikasi antara provider dengan pasien. Responden meyakini bahwa dengan meningkatkan komunikasi antara provider dan pasien maka akan dapat mengurangi terjadinya berbagai jenis error. Kemampuan 'mendengarkan' pasien menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan serta pengakuan provider pelayanan kesehatan terhadap adanya gap pengetahuan.

Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa medical error dapat terjadi pada setiap aspek dalam proses pemberian pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pada saat pemberian obat kepada pasien (medication error). Hal ini juga menjadi salah satu topik yang terus menerus dibahas karena masih banyaknya kasus medication error yang terjadi, dimana terjadinya kesalahan obat tersebut dapat diakibatkan oleh sistem pengelolaan obat yang diterapkan oleh saranan pelayanan kesehatan maupun diakibatkan oleh kelalaian dari petugas. Mengacu hasil penelitian pada artikel ini dapat ditarik suatu benang merah bahwa pada upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, provider juga harus memperhatikan masukan dari pasien sebagai penerima pelayanan kesehatan. Perspektif pasien menjadi penting karena ternyata dapat menggali lebih jauh, apa yang sebenarnya menjadi pendapat dan pandangan pasien terkait medical error ini.

Pencegahan terhadap medical error dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya seperti yang disampaikan oleh Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ), US Department of Health & Human Services, dimana cara terbaik untuk membantu mencegah terjadinya medical error adalah menjadi pasien yang terlibat aktif dengan anggota tim pelayanan kesehatan dengan memperhatikan berbagai aspek dalam pelayanan kesehatan seperti; pengobatan, waktu tinggal di rumah sakit, operasi, serta beberapa langkah lainnya terkait pelayanan kesehatan yang diterima oleh pasien. Secara lengkap AHRQ merilis 20 tips yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya medical error tersebut (link terlampir).

Oleh : Lucia Evi I.

Sumber :