Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Full pages

Bagian 1

Can ‘Living’ Guidelines Be Made and If So Will They Be Used? An Evaluation of the Australian Living Stroke Guidelines

Presentasi ini oleh Prof. Peter Hibbert dan timnya dari Australian Institute of Health Innovation mengevaluasi Living Stroke Guidelines (LSGs) di Australia, yang berfokus pada penerapan panduan klinis yang diperbarui secara berkala untuk perawatan stroke. Presentasi ini menyimpulkan bahwa panduan ‘living’ seperti LSGs dapat meningkatkan kualitas perawatan dengan memastikan panduan yang selalu diperbarui dan relevan dengan perkembangan bukti terbaru.

Poin-poin utama:

  1. Panduan Praktik Klinis (CPGs):
    • CPGs adalah pernyataan yang mencakup rekomendasi untuk mengoptimalkan perawatan pasien, berdasarkan tinjauan sistematis bukti dan penilaian manfaat serta risiko pilihan perawatan.
    • Panduan ini telah menjadi bagian dari sistem kesehatan sejak 1990-an untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien. Namun, masalah seperti duplikasi, ukuran dokumen yang besar, dan keterlambatan pembaruan sering terjadi.
  2. Masalah dengan Panduan yang Usang:
    • Satu dari lima rekomendasi dalam panduan klinis menjadi usang dalam waktu tiga tahun. Hal ini menekankan pentingnya pembaruan yang lebih cepat.
  3. Panduan ‘Living’ (LSGs):
    • LSGs adalah pendekatan baru di mana panduan diperbarui secara berkala berdasarkan bukti terbaru, sehingga rekomendasi dapat diubah seiring dengan munculnya data baru. Panduan ini berbeda dari pendekatan tradisional yang merevisi seluruh dokumen sekaligus.
    • Stroke Foundation Australia, bekerja sama dengan Cochrane Australia, mulai menerapkan metode pengembangan panduan ‘living’ ini pada 2017, termasuk lebih dari 300 rekomendasi yang mencakup 80 topik klinis.
  4. Evaluasi LSGs:
    • Evaluasi dilakukan untuk memahami dampak LSGs terhadap beban kerja, efisiensi produksi panduan, dan penerimaan di antara pengguna akhir. Evaluasi menggunakan metode survei kuantitatif dan wawancara kualitatif, serta data Google Analytics untuk mengukur akses panduan selama lima tahun.
    • Hasil survei menunjukkan bahwa 69% pengguna memiliki kepercayaan yang lebih besar pada LSGs dibandingkan versi statis sebelumnya, dan 66% mengikuti rekomendasi panduan.
  5. Hambatan dan Fasilitator dalam Pengembangan LSGs:
    • Hambatan termasuk kurangnya integrasi antara platform perangkat lunak dan alat kolaboratif serta beban kerja yang tidak dapat diprediksi. Namun, kolaborasi antara pemangku kepentingan dan pengakuan kontribusi menjadi fasilitator utama.
    • Meskipun panduan ini meningkatkan kepercayaan dan kredibilitas, ada kekhawatiran tentang kesinambungan dan pendanaan yang berkelanjutan.
  6. Kesimpulan:
    • LSGs dapat diimplementasikan secara berkelanjutan dalam lembaga yang memiliki sumber daya yang baik. Panduan ini memungkinkan pembaruan rekomendasi yang terus menerus sesuai dengan bukti baru.
    • Ke depan, fokus harus diarahkan pada kondisi dengan beban penyakit yang tinggi dan perubahan bukti yang cepat, serta pentingnya komunikasi yang efektif dan penyediaan sumber daya untuk mendukung adopsi panduan yang terus berubah.

Penulis: dr. Eka Viora, SpKJ, FISQua

 

 

  Ke halaman utama

Bagian 1

The Patient Engagement Puzzle

isq 6"Patient Engagement Puzzle" adalah sebuah konsep yang menggambarkan kompleksitas dalam melibatkan pasien dalam perawatan kesehatan sehingga kita dapat merancang kebutuhan pasien secara bersama dengan karakteristik atau kebutuhan yang berbeda, baik yang menghadapi berbagai jenis stigma atau yang mungkin menunjukkan kerentanan yang dinamis selama menjalani perawatan. Keterlibatan pasien melibatkan banyak aspek, mulai dari pemahaman pasien tentang kondisi mereka, komunikasi antara pasien dan penyedia layanan kesehatan, hingga dukungan sistem kesehatan yang memadai. Semua aspek ini saling terkait dan membentuk sebuah gambaran yang kompleks. Berikut ini terdapat 2 pemateri yang membahas secara detail mengenai Patient Engagement Puzzle yang dimoderatori oleh Anna Edwards seorang Associate Director Transformation and Change.

Nidhi Swarup adalah seorang Pendiri dan Presiden Crohn’s & Colitis Society of Singapore (CCSS) sejak 2012. Beliau telah memfasilitasi pembentukan Kelompok Dukungan Pasien IBD di Thailand, Malaysia, Filipina, dan India. Nidhi menyampaikan presentasi yang berjudul “Co- Design Healthcare Ecosystem Including Patient Experience”. dengan menggambarkan ketika seseorang mendapat diagnosis penyakit kronis seperti Crohn's Disease, hal ini bisa menjadi pengalaman yang sangat mengejutkan dan menimbulkan banyak pertanyaan. Beberapa pertanyaan umum yang sering muncul adalah: 1) Apakah ini kesalahan saya? Banyak orang merasa bersalah atau menyalahkan diri sendiri atas kondisi kesehatan mereka. 2) Bisakah saya mencegahnya? Mungkin akan mencari tahu apakah ada sesuatu yang bisa mereka lakukan untuk mencegah penyakit ini. 3) Apakah penyakit ini diturunkan? Mereka mungkin khawatir tentang risiko penyakit ini pada keluarga mereka. 4) Apakah penyakit ini menular? Mereka mungkin khawatir akan menularkan penyakit ini kepada orang lain. 5) Apakah saya perlu operasi? Mereka mungkin khawatir tentang prosedur medis yang mungkin diperlukan untuk mengobati penyakit mereka.

Setiap orang akan mengalami emosi yang berbeda-beda dan dengan intensitas yang berbeda pula. Nidhi juga menyampaikan kompleksitas hidup dengan penyakit kronis. Tidak hanya dampak fisik yang langsung terlihat, tetapi juga dampak emosional, finansial, dan sosial yang seringkali tidak terduga dan dapat sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Penting untuk memahami kompleksitas penyakit kronis: Tidak hanya gejala fisik yang perlu diperhatikan, tetapi juga aspek emosional, finansial, dan social, dan Dukungan dari keluarga, teman, dan profesional kesehatan sangat penting: Dukungan ini dapat membantu pasien mengatasi tantangan yang mereka hadapi. Untuk melakukan analisis lebih dalam terkait Patient Engagement Puzzle, menurut Nidhi perlu melakukan SWOT Analisis untuk mengetahui Pendidikan, Pengalaman, Celah dalam pelayanan dan penyakit yang membutuhkan perhatian khusus. Analisis tersebut penting agar pasien dapat terlibat secara aktif dalam merencanakan, memberikan, dan mengevaluasi perawatan kesehatan mereka sendiri. Ini melibatkan kerja sama antara pasien, penyedia layanan kesehatan, dan pihak terkait lainnya untuk membuat keputusan yang berpusat pada pasien. Serta bagaimana setiap pemangku kepentingan dapat berperan dalam co-creating tersebut.

Menurut Nidhi ada empat poin utama yang diharapkan oleh pasien pelayanan kesehatan di masa depan, yakni dari sisi Pasien & Dokter Umum (GP) yakni Bimbingan personal menggunakan aplikasi yang dapat dikenakan (misalnya wearable apps) dan perangkat medis, Fokus pada pengelolaan kondisi kronis. Sisi Spesialis & Pasien yakni dengan penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk diagnosis yang lebih awal dan akurat, Edukasi pasien yang terkurasi, Pengawasan melalui alat digital dan konsultasi jarak jauh (telekonsultasi), Ko-kreasi rencana perawatan yang dipersonalisasi, serta Kemitraan Spesialis-Pasien-Peneliti dengan meluangkan waktu untuk membangun hubungan saling percaya, Pengambilan keputusan bersama untuk perawatan holistic, Identifikasi kebutuhan pasien yang belum terpenuhi, Ko-kreasi penelitian dan pengembangan (R&D) serta uji klinis, dan Diskusi Tepat Waktu: Pedoman medis lanjutan, Pengambilan keputusan kritis dalam perawatan, Pembahasan tentang isu-isu update dan perawatan paliatif.

Arda Karapinar (alias Minas Panosian) adalah seorang aktivis pengobatan HIV global, penulis komunitas, dan pendiri Red Ribbon Istanbul Association, organisasi masyarakat sipil/penyedia informasi terkemuka di Turki yang berfokus pada HIV. Panosian memulai presentasinya dengan menyoroti bagaimana penyakit baru dapat membawa tantangan sekaligus peluang bagi pasien dan penyedia layanan kesehatan untuk melakukan perubahan positif. Dimulai dari awal dari perjalanan seseorang setelah didiagnosis dengan suatu penyakit baru, lalu muncul ketidakpastian atau kekurangan informasi mengenai penyakit tersebut, bahkan memanfaatkan kesempatan dalam menghadapi tantangan penyakit dengan cara-cara baru melalui pendekatan inovatif dalam perawatan atau pengobatan, dan sampai pada level menunjukkan bahwa ada peluang baru yang dapat diambil dari situasi yang dihadapi pasien, baik dalam hal perawatan kesehatan, teknologi, atau pendekatan hidup yang baru.

Panosian juga menekankan pentingnya pendekatan yang lebih manusiawi dan holistik dalam pelayanan kesehatan, seperti yang dicontohkan pada pelayanan HIV. Tidak hanya fokus pada penyakit, perawatan kesehatan harus juga memperhatikan aspek-aspek lain dari kehidupan seseorang bahwa setiap individu memiliki pengalaman dan kebutuhan yang unik, sehingga perawatan harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Diagnosis penyakit seringkali membawa dampak psikologis yang besar, seperti stigma dan isolasi sosial, dan penting untuk diketahui bahwa komunitas memiliki peran penting dalam memberikan dukungan emosional dan sosial bagi individu yang sedang menjalani pengobatan sehingga pasien harus menjadi pusat dari semua keputusan perawatan, tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan mendukung pasien secara holistic, serta komunitas harus terlibat dalam memberikan dukungan kepada individu yang sedang sakit.

Poin-poin utama:

  1. Pelayanan kesehatan harus dapat memberikan ekosistem perawatan yang lebih holistik, dengan pendekatan yang berpusat pada pasien.
  2. Pelayanan kesehatan sebaiknya memahami bahwa setiap pasien menghadapi pengalaman emosional yang berbeda-beda, yang memerlukan pendekatan individual dalam menangani kondisi mereka sehingga treatment dapat dilakukan sesuai dengan kondisi pasien.
  3. Penyakit baru tidak hanya membawa tantangan, tetapi juga peluang bagi pasien dan penyedia layanan kesehatan untuk melakukan perubahan positif.

Penulis: Penulis: Andriani Yulianti, SE MPH

 

 

  Ke halaman utama

 

 

Bagian 1

DISCO with Patients, Patient Advocates, and Healthcare Teams – A Healthcare Improvement Collaboration Platform

Presentasi ini oleh Keith Heng dari SingHealth, memperkenalkan platform kolaborasi DISCO (Design, Ideate, Sustain, Change for Organisation) yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas perawatan pasien dengan melibatkan pasien, advokat, dan tim kesehatan. Presentasi ini menyoroti bagaimana DISCO Café menjadi platform inovatif yang menggabungkan ide-ide dari berbagai pihak untuk meningkatkan perawatan kesehatan yang lebih berpusat pada pasien.

Poin-poin utama:

  1. Tentang SingHealth dan IPSQ:
    • SingHealth adalah kelompok institusi kesehatan terbesar di Singapura, mencakup 4 rumah sakit umum, 3 rumah sakit komunitas, 5 pusat spesialis nasional, dan 8 poliklinik.
    • Institut Keselamatan Pasien & Kualitas (IPSQ) di bawah SingHealth didirikan pada 2017 dan berperan dalam mengintegrasikan usaha keselamatan dan kualitas pasien di Singapura melalui program pendidikan berkelanjutan yang berfokus pada peningkatan kualitas perawatan dan inovasi.
  2. Masalah dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Tradisional:
    • Sebelum adanya DISCO Café, upaya peningkatan kualitas kesehatan sering kali terhambat oleh adanya silo antar departemen, kurangnya visi bersama, dan komunikasi yang terbatas antara pasien dan penyedia layanan kesehatan.
  3. DISCO Café:
    • Diluncurkan pada Maret 2023, DISCO Café adalah platform kolaboratif yang mempertemukan tim proyek, advokat pasien, dan ahli materi untuk bertukar ide melalui proses ideasi terstruktur.
    • Acara ini melibatkan sesi "table hopping" di mana berbagai ide dikembangkan dengan bimbingan ahli dari SingHealth dan jaringan institusi lainnya.
    • DISCO Café bertujuan untuk memperkuat ide proyek, memfasilitasi kolaborasi antar-disiplin, dan memperkuat fokus pada perawatan yang berpusat pada pasien.
  4. Co-creation dengan Pasien:
    • DISCO Café menekankan pentingnya co-creation, di mana pasien dan tim kesehatan bekerja bersama untuk menemukan solusi yang relevan dan efektif. Ini menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang perjalanan pasien dan menghasilkan solusi yang lebih berpusat pada pasien.
    • SingHealth Patient Advocacy Network (SPAN), yang terdiri dari pasien dan keluarga, berkolaborasi erat dengan tim kesehatan untuk memberikan perspektif berharga dan meningkatkan pengalaman perawatan.
  5. Hasil dan Umpan Balik:
    • Dari tiga sesi DISCO Café yang telah dilaksanakan, sebanyak 94% peserta menyatakan manfaat dari sesi tersebut, dan 88% merasa konten relevan dengan proyek mereka.
    • Umpan balik menunjukkan bahwa peserta dapat memperoleh perspektif yang beragam dan ide-ide baru yang bermanfaat bagi proyek mereka.
  6. Tema DISCO Café:
    • Sesi pertama pada Maret 2023 berfokus pada "Membangun Layanan Digital untuk Meningkatkan Pengalaman Pasien".
    • Sesi kedua pada September 2023 mengangkat tema "Meningkatkan Keterlibatan dan Pemberdayaan Pasien & Pengasuh".
    • Sesi ketiga yang direncanakan pada April 2024 akan membahas "Transportasi Aman Pasien di Fasilitas Kesehatan".

Penulis: dr. Eka Viora, SpKJ, FISQua

 

 

  Ke halaman utama

 

 

Bagian 1

Patient Safety: a Journey through Collaboration, Leadership and Partnership

isq 3

Mike Durkin merupakan seorang Penasihat Senior Kebijakan dan Kepemimpinan Keselamatan Pasien dari Institut of Global Health Innovation (Senior Advisor on Patient Safety Policy and Leadership Institute of Global Health Innovation). Beliau adalah Pakar yang ditunjuk oleh ISQua, dianugerahi Fellowship of the Royal College of Physicians of London atas jasanya dalam Keselamatan Pasien serta sebagai Dewan Penasihat penelitian, kebijakan, dan keselamatan pasien nasional dan internasional. Pada sesi Plenary tentang Patient Safety: a Journey through Collaboration, Leadership and Partnership Durkin memberikan materi dengan topic “Time to move to a cultural era in patient safety of values, ethics and leadership at every level“. Penyampaian materi dimoderatori oleh Dr. Ezequiel Garcia Elorrio yang merupakan presiden ISQUA 2024 dan menjadi salah satu pendiri dan anggota dewan Institute for Clinical Effectiveness and Health Policy (IECS) di Buenos Aires – Argentina.

Durkin memulai penyampaian materi dengan menggarisbawahi pentingnya evaluasi jangka panjang atas perawatan pasien di rumah sakit, dengan fokus pada analisis hasil pengobatan dan upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan untuk menghindari kegagalan di masa depan serta menyoroti bahwa pemimpin yang efektif tidak hanya fokus pada mencari kesalahan, tetapi juga pada mengidentifikasi dan mengatasi akar masalah, agar staf dapat bekerja lebih efisien, serta menekankan pentingnya bukti ilmiah dan data dalam pengambilan keputusan.

Beberapa contoh dikemukakan bagaimana NHS (National Health Service) melakukan peninjauan dan menyelidiki kematian pasien agar tidak terulang di masa depan, menurut Durkin tentu saja ini menitikberatkan sebuah budaya yang dibangun untuk terus melakukan analisis dari kematian yang terjadi sehingga dapat meningkatkan kualitas perawatan kesehatan dan mencegah masalah serupa di masa depan. Durkin juga menekankan pentingnya mempertimbangkan nilai (value) dan nilai-nilai (values) dalam sistem kesehatan selain mutu. Bahwa kualitas tidak hanya tentang efisiensi dan keamanan, tetapi juga tentang memperhatikan apa yang benar-benar dihargai oleh pasien dan masyarakat. Namun saat ini kita dihadapkan pada hambatan terbesar dalam pencegahan kesalahan di industri pelayanan kesehatan yakni adanya budaya punishment. Budaya punishment di sistem kesehatan malah akan menjadi penghalang untuk pencegahan kesalahan. Dengan memberikan hukuman, para pelaku di industri kesehatan mungkin enggan untuk melaporkan kesalahan atau belajar dari kesalahan tersebut, sehingga memperlambat upaya untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan kolaboratif.

Durkin juga menekankan pentingnya pemantauan kejadian yang tidak diinginkan dalam sistem kesehatan. Data yang diperoleh dari pemantauan yang dilakukan dapat digunakan untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien. Dan yang paling esensial dalam topik keselamatan pasien yang dilakukan oleh NHS bahwa kepemimpinan yang kuat diperlukan untuk mendorong dan mengimplementasikan inisiatif keselamatan pasien dalam setiap area yang telah diidentifikasi, serta pentingnya mengukur hasil dari upaya peningkatan keselamatan pasien. Dengan mengukur hasil, kita dapat mengetahui seberapa efektif upaya yang telah dilakukan dan mengidentifikasi area yang masih perlu ditingkatkan.

Dalam hasil survei yang disampaikan oleh Durkin menunjukkan bahwa masih ada celah dalam memberikan perawatan yang aman dan berkualitas bagi pasien yakni pentingnya perspektif pasien, hal ini menunjukkan betapa pentingnya mendengarkan pendapat pasien untuk mengetahui apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Perlunya penambahan staf bahwa Rumah sakit perlu merekrut lebih banyak perawat untuk memastikan bahwa setiap pasien mendapatkan perawatan yang memadai. Pentingnya komunikasi antara petugas medis dan pasien, serta antara rumah sakit dan pasien setelah pasien pulang serta perlunya pasien mendapatkan dukungan yang lebih baik, baik selama di rumah sakit maupun setelah pulang, untuk membantu mereka pulih dan mengelola kondisi mereka.

Dalam presentasinya Durkin juga menyoroti pentingnya kerja sama internasional dalam meningkatkan keselamatan pasien. Dengan membandingkan praktik-praktik terbaik di berbagai negara, kita dapat belajar dan menerapkannya untuk meningkatkan kualitas perawatan kesehatan di seluruh dunia. Karena sebuah penelitian dapat membantu dalam mengembangkan standar global untuk keselamatan pasien. Pertukaran Pengetahuan dapat mendorong terjadinya pertukaran pengetahuan dan pengalaman antar negara serta peningkatan kualitas perawatan dengan mengadopsi praktik terbaik, sehingga kita dapat mengurangi risiko terjadinya kesalahan medis dan meningkatkan kualitas perawatan pasien.

Menurut Durkin di masa depan, ada beberapa pertanyaan yang perlu di jawab di masa depan dan pentingnya melihat masalah keselamatan pasien secara lebih holistik dan melibatkan pasien secara aktif dalam proses peningkatan kualitas, diantaranya:

  1. Apakah data dapat menunjukkan tingkat keamanan perawatan saat ini dan di masa depan, bukan hanya di masa lalu? Hal ini terkait dengan memastikan apakah upaya peningkatan keselamatan pasien efektif.
  2. Apakah data dapat mencakup seluruh perjalanan pasien, tidak hanya saat mereka di rumah sakit? Terkait dengan pengalaman pasien sebelum, selama, dan setelah perawatan di rumah sakit.
  3. Apakah data dapat mencakup pengalaman pasien saat menunggu perawatan, bukan hanya saat mereka menerima perawatan? Terkait dengan waktu tunggu yang lama karena dapat meningkatkan kecemasan pasien dan berpotensi mempengaruhi hasil perawatan.
  4. Apakah data dapat mengukur persepsi pasien tentang keamanan pelayanan, bukan hanya aspek klinisnya? Hal ini terkait dengan kepuasan pasien dan kesediaan mereka untuk mencari perawatan medis.
  5. Apakah data dapat menunjukkan perbedaan pengalaman pasien berdasarkan latar belakang sosial ekonomi dan etnis?hal ini terkait karena seringkali kelompok minoritas dan masyarakat yang kurang beruntung/minim akses seringkali mengalami ketidaksetaraan dalam akses dan kualitas perawatan kesehatan.

Sebagai penutup, Durkin mengingatkan bahwa meskipun sistem dan teknologi sangat penting dalam pelayanan kesehatan, namun pada akhirnya kualitas pelayanan ditentukan oleh manusia yang menjalankannya. Dimensi etika merupakan faktor kunci yang tidak dapat diabaikan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan serta pentingnya melakukan evaluasi terhadap setiap pasien yang dirawat di rumah sakit karena evaluasi ini tidak hanya sebatas melihat apakah pengobatan berhasil atau tidak, tetapi juga menggali lebih dalam untuk mencari tahu mengapa suatu pengobatan gagal dan bagaimana mencegah kegagalan serupa di masa depan.

Poin-poin utama:

  1. Pentingnya gaya kepemimpinan yang berempati karena dapat meningkatkan motivasi staf, mendorong inovasi, dan menciptakan budaya kerja yang positif.
  2. Pimpinan sebaiknya dapat menciptakan keamanan psikologis yakni menciptakan lingkungan kerja yang positif dan produktif. Dimana setiap orang di organisasi merasa aman untuk menjadi diri sendiri dan berbagi ide, merasa bebas untuk mencoba hal-hal baru dan mengembangkan solusi yang kreatif, lebih fokus pada pekerjaan karena tidak terbebani oleh rasa takut atau khawatir, dan Lebih bahagia yang akan membuat lebih puas dengan pekerjaan mereka dan memiliki hubungan yang lebih baik dengan rekan kerja.
  3. Meningkatkan kinerja tim karena kerjasama tim yang lebih baik akan meningkatkan kinerja keseluruhan organisasi.
  4. Perlunya komitmen bersama mulai dari level atas hingga bawah, harus memiliki komitmen yang kuat terhadap keselamatan. Berikan pemahaman bahwa setiap individu memiliki peran dalam menciptakan lingkungan yang aman.
  5. Organisasi perlu memiliki sistem yang efektif untuk mengidentifikasi potensi masalah atau bahaya sebelum terjadi insiden. Sistem ini dapat berupa laporan insiden, survei, atau mekanisme pelaporan lainnya.
  6. Tenaga Kesehatan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mereka dengan aman. Ini dapat dicapai melalui pelatihan formal maupun pembelajaran informal.
  7. Pentingnya kerjasama yang baik antar untuk menciptakan budaya keselamatan. Setiap anggota tim harus saling mendukung dan menghormati.
  8. Organisasi harus secara aktif mendorong perilaku yang aman, etis, dan saling menghormati. Hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan, penguatan positif, dan contoh yang baik dari pimpinan.
  9. Semua sistem dan proses dalam organisasi harus dirancang dengan mempertimbangkan aspek keselamatan dengan standar yg jelas. Sistem-sistem ini harus secara berkala ditinjau dan ditingkatkan.
  10. Pentingnya komunikasi dalam konteks keselamatan pasien

Penulis: Andriani Yulianti, SE MPH

 

 

  Ke halaman utama