Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Full pages

Bagian 1

Patient Safety: a Journey through Collaboration, Leadership and Partnership

isq 3

Mike Durkin merupakan seorang Penasihat Senior Kebijakan dan Kepemimpinan Keselamatan Pasien dari Institut of Global Health Innovation (Senior Advisor on Patient Safety Policy and Leadership Institute of Global Health Innovation). Beliau adalah Pakar yang ditunjuk oleh ISQua, dianugerahi Fellowship of the Royal College of Physicians of London atas jasanya dalam Keselamatan Pasien serta sebagai Dewan Penasihat penelitian, kebijakan, dan keselamatan pasien nasional dan internasional. Pada sesi Plenary tentang Patient Safety: a Journey through Collaboration, Leadership and Partnership Durkin memberikan materi dengan topic “Time to move to a cultural era in patient safety of values, ethics and leadership at every level“. Penyampaian materi dimoderatori oleh Dr. Ezequiel Garcia Elorrio yang merupakan presiden ISQUA 2024 dan menjadi salah satu pendiri dan anggota dewan Institute for Clinical Effectiveness and Health Policy (IECS) di Buenos Aires – Argentina.

Durkin memulai penyampaian materi dengan menggarisbawahi pentingnya evaluasi jangka panjang atas perawatan pasien di rumah sakit, dengan fokus pada analisis hasil pengobatan dan upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan untuk menghindari kegagalan di masa depan serta menyoroti bahwa pemimpin yang efektif tidak hanya fokus pada mencari kesalahan, tetapi juga pada mengidentifikasi dan mengatasi akar masalah, agar staf dapat bekerja lebih efisien, serta menekankan pentingnya bukti ilmiah dan data dalam pengambilan keputusan.

Beberapa contoh dikemukakan bagaimana NHS (National Health Service) melakukan peninjauan dan menyelidiki kematian pasien agar tidak terulang di masa depan, menurut Durkin tentu saja ini menitikberatkan sebuah budaya yang dibangun untuk terus melakukan analisis dari kematian yang terjadi sehingga dapat meningkatkan kualitas perawatan kesehatan dan mencegah masalah serupa di masa depan. Durkin juga menekankan pentingnya mempertimbangkan nilai (value) dan nilai-nilai (values) dalam sistem kesehatan selain mutu. Bahwa kualitas tidak hanya tentang efisiensi dan keamanan, tetapi juga tentang memperhatikan apa yang benar-benar dihargai oleh pasien dan masyarakat. Namun saat ini kita dihadapkan pada hambatan terbesar dalam pencegahan kesalahan di industri pelayanan kesehatan yakni adanya budaya punishment. Budaya punishment di sistem kesehatan malah akan menjadi penghalang untuk pencegahan kesalahan. Dengan memberikan hukuman, para pelaku di industri kesehatan mungkin enggan untuk melaporkan kesalahan atau belajar dari kesalahan tersebut, sehingga memperlambat upaya untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan kolaboratif.

Durkin juga menekankan pentingnya pemantauan kejadian yang tidak diinginkan dalam sistem kesehatan. Data yang diperoleh dari pemantauan yang dilakukan dapat digunakan untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien. Dan yang paling esensial dalam topik keselamatan pasien yang dilakukan oleh NHS bahwa kepemimpinan yang kuat diperlukan untuk mendorong dan mengimplementasikan inisiatif keselamatan pasien dalam setiap area yang telah diidentifikasi, serta pentingnya mengukur hasil dari upaya peningkatan keselamatan pasien. Dengan mengukur hasil, kita dapat mengetahui seberapa efektif upaya yang telah dilakukan dan mengidentifikasi area yang masih perlu ditingkatkan.

Dalam hasil survei yang disampaikan oleh Durkin menunjukkan bahwa masih ada celah dalam memberikan perawatan yang aman dan berkualitas bagi pasien yakni pentingnya perspektif pasien, hal ini menunjukkan betapa pentingnya mendengarkan pendapat pasien untuk mengetahui apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Perlunya penambahan staf bahwa Rumah sakit perlu merekrut lebih banyak perawat untuk memastikan bahwa setiap pasien mendapatkan perawatan yang memadai. Pentingnya komunikasi antara petugas medis dan pasien, serta antara rumah sakit dan pasien setelah pasien pulang serta perlunya pasien mendapatkan dukungan yang lebih baik, baik selama di rumah sakit maupun setelah pulang, untuk membantu mereka pulih dan mengelola kondisi mereka.

Dalam presentasinya Durkin juga menyoroti pentingnya kerja sama internasional dalam meningkatkan keselamatan pasien. Dengan membandingkan praktik-praktik terbaik di berbagai negara, kita dapat belajar dan menerapkannya untuk meningkatkan kualitas perawatan kesehatan di seluruh dunia. Karena sebuah penelitian dapat membantu dalam mengembangkan standar global untuk keselamatan pasien. Pertukaran Pengetahuan dapat mendorong terjadinya pertukaran pengetahuan dan pengalaman antar negara serta peningkatan kualitas perawatan dengan mengadopsi praktik terbaik, sehingga kita dapat mengurangi risiko terjadinya kesalahan medis dan meningkatkan kualitas perawatan pasien.

Menurut Durkin di masa depan, ada beberapa pertanyaan yang perlu di jawab di masa depan dan pentingnya melihat masalah keselamatan pasien secara lebih holistik dan melibatkan pasien secara aktif dalam proses peningkatan kualitas, diantaranya:

  1. Apakah data dapat menunjukkan tingkat keamanan perawatan saat ini dan di masa depan, bukan hanya di masa lalu? Hal ini terkait dengan memastikan apakah upaya peningkatan keselamatan pasien efektif.
  2. Apakah data dapat mencakup seluruh perjalanan pasien, tidak hanya saat mereka di rumah sakit? Terkait dengan pengalaman pasien sebelum, selama, dan setelah perawatan di rumah sakit.
  3. Apakah data dapat mencakup pengalaman pasien saat menunggu perawatan, bukan hanya saat mereka menerima perawatan? Terkait dengan waktu tunggu yang lama karena dapat meningkatkan kecemasan pasien dan berpotensi mempengaruhi hasil perawatan.
  4. Apakah data dapat mengukur persepsi pasien tentang keamanan pelayanan, bukan hanya aspek klinisnya? Hal ini terkait dengan kepuasan pasien dan kesediaan mereka untuk mencari perawatan medis.
  5. Apakah data dapat menunjukkan perbedaan pengalaman pasien berdasarkan latar belakang sosial ekonomi dan etnis?hal ini terkait karena seringkali kelompok minoritas dan masyarakat yang kurang beruntung/minim akses seringkali mengalami ketidaksetaraan dalam akses dan kualitas perawatan kesehatan.

Sebagai penutup, Durkin mengingatkan bahwa meskipun sistem dan teknologi sangat penting dalam pelayanan kesehatan, namun pada akhirnya kualitas pelayanan ditentukan oleh manusia yang menjalankannya. Dimensi etika merupakan faktor kunci yang tidak dapat diabaikan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan serta pentingnya melakukan evaluasi terhadap setiap pasien yang dirawat di rumah sakit karena evaluasi ini tidak hanya sebatas melihat apakah pengobatan berhasil atau tidak, tetapi juga menggali lebih dalam untuk mencari tahu mengapa suatu pengobatan gagal dan bagaimana mencegah kegagalan serupa di masa depan.

Poin-poin utama:

  1. Pentingnya gaya kepemimpinan yang berempati karena dapat meningkatkan motivasi staf, mendorong inovasi, dan menciptakan budaya kerja yang positif.
  2. Pimpinan sebaiknya dapat menciptakan keamanan psikologis yakni menciptakan lingkungan kerja yang positif dan produktif. Dimana setiap orang di organisasi merasa aman untuk menjadi diri sendiri dan berbagi ide, merasa bebas untuk mencoba hal-hal baru dan mengembangkan solusi yang kreatif, lebih fokus pada pekerjaan karena tidak terbebani oleh rasa takut atau khawatir, dan Lebih bahagia yang akan membuat lebih puas dengan pekerjaan mereka dan memiliki hubungan yang lebih baik dengan rekan kerja.
  3. Meningkatkan kinerja tim karena kerjasama tim yang lebih baik akan meningkatkan kinerja keseluruhan organisasi.
  4. Perlunya komitmen bersama mulai dari level atas hingga bawah, harus memiliki komitmen yang kuat terhadap keselamatan. Berikan pemahaman bahwa setiap individu memiliki peran dalam menciptakan lingkungan yang aman.
  5. Organisasi perlu memiliki sistem yang efektif untuk mengidentifikasi potensi masalah atau bahaya sebelum terjadi insiden. Sistem ini dapat berupa laporan insiden, survei, atau mekanisme pelaporan lainnya.
  6. Tenaga Kesehatan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mereka dengan aman. Ini dapat dicapai melalui pelatihan formal maupun pembelajaran informal.
  7. Pentingnya kerjasama yang baik antar untuk menciptakan budaya keselamatan. Setiap anggota tim harus saling mendukung dan menghormati.
  8. Organisasi harus secara aktif mendorong perilaku yang aman, etis, dan saling menghormati. Hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan, penguatan positif, dan contoh yang baik dari pimpinan.
  9. Semua sistem dan proses dalam organisasi harus dirancang dengan mempertimbangkan aspek keselamatan dengan standar yg jelas. Sistem-sistem ini harus secara berkala ditinjau dan ditingkatkan.
  10. Pentingnya komunikasi dalam konteks keselamatan pasien

Penulis: Andriani Yulianti, SE MPH

 

 

  Ke halaman utama

 

 

Kerangka Acuan Kegiatan

Pertemuan Diseminasi Studi Evaluasi SKDR
melalui Audit Medik dan Studi PSP (Pengetahuan, Sikap dan Perilaku)
di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Maluku Utara

Program INSPIRASI
(Improving Quality of Disease Preparedness, Surveillance and Response in Indonesia)

Diselenggarakan oleh: PKMK FKKMK UGM Bekerjasama dengan Kemenkes RI dan CDC

  Pendahuluan

Wabah penyakit merupakan peristiwa kesehatan masyarakat yang dapat menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Peristiwa ini berdampak pada aspek ekonomi, sosial dan psikologis masyarakat dan dapat menyebar ke seluruh wilayah, provinsi bahkan internasional. Indonesia memiliki beberapa penyakit yang dapat menjadi epidemi, antara lain malaria, demam berdarah, leptospirosis, diare, kolera, difteri, antraks, rabies, campak, batuk rejan,dan penyakit baru. Tanpa pengawasan yang tepat, penyakit-penyakit tersebut dapat menjadi ancaman serius bagi penduduk Indonesia.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia dengan pendampingan dari WHO dan Center for Disease Control and Prevention US (CDC US) telah membangun Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) pada tahun 2009. Sistem ini berfungsi untuk mendeteksi potensi wabah penyakit menular melalui laporan mingguan, memicu peringatan atau sinyal peringatan dini jika jumlah kasus penyakit melampaui ambang batas yang ditetapkan. Selain data mingguan, SKDR Indonesia juga menggunakan sistem Surveilans Berbasis Kejadian (Event-Based Surveillance/EBS). EBS melibatkan pelaporan penyakit segera dalam waktu 24 jam setelah kejadian kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan keadaan darurat kesehatan masyarakat, dengan memanfaatkan sumber data dari media, masyarakat, dan laporan petugas kesehatan.

Terdapat 24 penyakit infeksi menular yang dilaporkan secara mingguan ke dalam aplikasi SKDR yang didasarkan kepada algoritma yang telah ditetapkan oleh Tim Kerja Surveilans, Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan. Algoritma tersebut dapat dipahami oleh tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang klinis, seperti dokter umum. Namun kenyataan di lapangan, petugas pelapor SKDR tidak memiliki latar belakang klinis. Beberapa puskesmas juga menggunakan data rekam medis sebagai acuan pelaporan SKDR, sehingga terdapat standar yang berbeda dalam pelaporan SKDR di lapangan yang akan berpengaruh pada kualitas data SKDR. Data yang berkualitas sangatlah penting dalam menentukan KLB di berbagai tingkatan dan dalam analisis surveilans untuk mencegah terjadinya KLB di masa depan.

PKMK FKKMK UGM bekerja sama dengan CDC Indonesia telah melakukan audit medis serta studi PSP untuk mengevaluasi pelaksanaan SKDR di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Maluku Utara. Sebagai langkah selanjutnya adalah perlu adanya diseminasi hasil evaluasi SKDR yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana tindak lanjut dalam meningkatkan kualitas pelaporan dan data SKDR.

  Tujuan Pertemuan

  1. Memaparkan hasil evaluasi SKDR melalui audit medis dan studi PSP (Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan maluku Utara
  2. Mendiskusikan tindak lanjut pengembangan kurikulum SKDR

  Peserta Luring

  1. Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI
  2. CDC Country Office of Indonesia
  3. Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI)
  4. Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta
  5. Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara
  6. Balai Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto
  7. South Asia Field Epidemiology and Technology Network (Safety Net)
  8. Japan International Cooperation Agency (JICA)
  9. WHO Representative of Indonesia
  10. PKMK FK-KMK UGM

 Peserta Daring

  1. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta
  2. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman
  3. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
  4. Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo
  5. Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul
  6. Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara
  7. Dinas Kesehatan Kota Ternate
  8. Dinas Kesehatan Kota Tidore Kepulauan
  9. Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Utara
  10. Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Tengah
  11. Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Timur
  12. Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Selatan
  13. Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Barat
  14. Dinas Kesehatan Kabupaten Morotai
  15. Dinas Kesehatan Kabupaten Sula
  16. Dinas Kesehatan Kabupaten Taliabu

  Jadwal Kegiatan

Hari, tanggal : Kamis, 29 Februari 2024
Waktu : 08.00 – 16.00 WIB
Tempat : JS Luwansa Hotel and Convention Center
Jl. H. R. Rasuna Said No.22 Kav. C, RT.2/RW.5, Karet Kuningan, Kecamatan Setiabudi, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta

Zoom Meeting

Meeting ID: 899 4596 4690
Password: 123456

Waktu Agenda

Waktu Agenda Pemateri
08.00 – 09.00 WIB Registrasi Panitia
09.00 – 09.10 WIB Pembukaan dan sambutan
  1. PKMK FKKMK UGM
  2. SKK
09.10 – 09.40 WIB

Paparan Hasil Audit Medik dan studi PSP penerapan kode ICD-10 dalam kewaspadaan dini dan respon penyakit menular potensi wabah di Provinsi DI Yogyakarta dan Maluku Utara

materi

PKMK UGM
09.40 – 10.40 WIB Diskusi Peserta
10.40 – 12.00 WIB Rencana Tindak Lanjut PKMK UGM
12.00 – 13.00 WIB ISHOMA  
13.00 – 13.30 WIB Paparan draft Kurikulum Unit Pelapor PKMK UGM
13.30 – 13.45 WIB Diskusi Peserta
13.45 – 15.45 WIB Revisi Kurikulum Unit Pelapor Peserta
15.45 – 16.00 WIB Rencana Tindak Lanjut PKMK UGM
16.00 WIB Penutup PKMK UGM

 

 

 

Laporan dari IHF-Rio 47th World Hospital Congress 2024

Rio de Janerio, Brazil, 10-12 September 2024

Disusun oleh: Hanevi Djasri
Kompartemen Mutu dan Tatakelola Klinis PP PERSI
Magister Manajemen Rumahsakit, HPM UGM


  Pengantar

Pada tanggal 10-12 September 2024, International Hospital Federation (IHF) menyelenggarakan World Hospital Congress (WHC) ke 47 di Rio de Janeiro, Brazil. Hanevi Djasri menjadi anggota IHF-Rio Scientific Committee perwakilan resmi dari Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dan turut menghadiri konggres tersebut. WHC sendiri merupakan forum global yang menghubungkan para pemimpin dan pengambil keputusan di rumah sakit dan fasilitas layanan kesehatan lainnya, untuk berbagi pengetahuan dan praktik terbaik, bertukar ide dan inovasi baru, serta membangun jaringan dengan para eksekutif senior dari seluruh komunitas pelayanan kesehatan internasional.

Berikut ini laporan baik sebagai scientific committee maupun peserta konggres.

  Scientific Committee

Scientific committee WHC 2024 terdiri dari 40 orang, yaitu:

Scientific Committee Co-chairs

  1. Dr. Graccho Alvim Neto: VP, Associação de Hospitais do Estado do Rio de Janeiro, Brazil
  2. Ms Gilvane Lolato: Operational Manager, Organização Nacional de Acreditação, Brazil

Scientific Committee Members

  1. Prof. Arnon Afek: Associate Director General and Acting Director of General Hospital, Sheba Medical Center, Israel
  2. Ms Zulaikha Al Hosani: Chief Nursing Officer, Sheikh Shakhbout Medical City, UAE
  3. Dr Noor Al Mheiri: Head of Medical Services Unit, Hospitals Department, Emirates Health Services, UAE
  4. Dr Hatem Alameri: Director, Healthcare Workforce Monitoring Division, Department of Health, UAE
  5. Dr Lama Aldakhil: Executive Director of Continuous Professional Development, Saudi Commission for Health Specialties, Saudi Arabia
  6. Dr Abdulateef Saad Alokifi: General Director for Organizational Excellence, Ministry of Health, Saudi Arabia
  7. Dr Ernesto Báscolo: Unit Chief of the Primary Health Care and Integrated Service Delivery, Pan American Health Organization under the World Health Organization, USA
  8. Ms Sylvia Basterrechea: Programme Lead, Geneva Sustainability Centre, Switzerland
  9. Ms Linda Clark: Director of Professional Development, International Hospital Federation, UAE
  10. Dr Hanevi Djasri: Quality Division Head of Indonesian Hospital Association (PERSI), and Consultant of Centre for Health Policy and Management (CHPM), Gadjah Mada University, Indonesia
  11. Mr Alan Dubovsky: VP and Chief Patient Experience Officer, Cedars-Sinai, USA
  12. Dr Amir ElTelwany: Executive Director and CEO, Egypt Healthcare Authority, Egypt
  13. Dr Emad Estemalik: Chair for International Business Development and Section Head for Headache Medicine, Cleveland Clinic, USA
  14. Prof. Dr Jaroslaw J. Fedorowski: President and CEO, Polish Hospital Federation, Poland
  15. Dr Juan Maria Ferrer: Director of Quality, Education and Research, Fundació Sanitària de Mollet, Mollet del Vallés, Spain
  16. Dr Mohamed Hablas: Regional Director, Egypt and North Africa, Saudi German Hospitals, Egypt
  17. Ms Michelle Hood: EVP and COO, American Hospital Association, USA
  18. Dr Sarah Jarmain: Chief of Staff and EVP for Medical and Academic Affairs, St. Joseph’s Healthcare Hamilton, Canada
  19. Ms Barbara Walczyk Joers: President and CEO, Gillette Children’s Specialty Healthcare, USA
  20. Ms Pritindira Kaur: Regional Quality Head, Apollo Hospitals Group, India
  21. Dr Suhail Javed Khan: Physician, Medical Adviser and Health Manager, MEDIKER Healthcare, Kazakhstan
  22. Dr Gladys Kwan: Chief Manager (Medical Grade), Cluster Services Division, Hospital Authority Head Office, Hong Kong
  23. Mr Ronald Lavater: CEO, International Hospital Federation, Switzerland
  24. Ms Kyung Eun Lee: Chairman and CEO, Keyo Medical Foundation, South Korea
  25. Dr Wui-Chiang Lee: Vice Superintendent, Taipei Veterans General Hospital, Taiwan
  26. Dr Adolfo Llinás: Chief Medical Officer, Fundación Santa Fe de Bogotá, Colombia
  27. Professor Alexandre Lourenço: CEO and Chairman, Coimbra's Healthcare Integrated Delivery System, Portugal
  28. Ms Thaira Madi: Director of Accreditation Department, Health Care Accreditation Council, Jordan
  29. Prof. Dr Fadi Abdul Kader Ghazi Mirza: Medical Director and Director of Obstetrics Department, Latifa Women and Children Hospital; Chair of Obstetrics, Gynecology, and Women's Health, Dubai Health, UAE
  30. Ms Aika Albert Felicia Mongi: Director of Nursing Services, Aga Khan Health Services, Tanzania
  31. Dr Simon Onsongo: Consultant Clinical Pathologist and Head of Department, Aga Khan Hospital Kisumu and Cluster, Kenya
  32. Ms Giulia Petrarulo: International Relations Coordinator and Communications Project Manager, Unicancer, France
  33. Dr Dana Gelb Safran: President and CEO, National Quality Forum; Chief Scientific Officer, The Joint Commission, USA
  34. Mr Richard Stubbs: CEO, Health Innovation Yorkshire and Humber; Chair, Health Innovation Network, UK
  35. Mr Artur Vaz: Administrator, Member of the Executive Board and Chief Risk Officer, Luz Saúde, Portugal
  36. Mr Walt Vernon: CEO, Mazzetti; Sextant Foundation, USA
  37. Mrs Vera Vertessen: Director of Patient Care, Universitair Ziekenhuis Brussel, Belgium
  38. Mr Daniel Yaross: President-Elect, International Association for Healthcare Security and Safety, USA

rio 1

Tugas scientific committee adalah turut mengembangkan program dan agenda WHC yang dimulai sejak awal Bulan Januari 2024. Diawali dengan menyebarluaskan call for abstract, melakukan penilaian abstract, memilih abstract yang masuk sebagai presentasi poster maupun sebagai presentasi oral dalam sesi pararel, serta menentukan narasumber yang perlu diundang untuk sesi pleno serta narasumber untuk melengkapi sesi pararel. Disamping itu committee juga bertugas untuk mengusulkan kandidat pemenang “IHF Awards” ataupun pemenang “i-to-i Innovation Hub” yang tahun ini disponsori oleh Standford Medicine.

Terdapat 5 tract dalam WHC 2024, yang dibahas baik dalam sesi pleno maupun sesi pararel (jadwal lengkap disini https://worldhospitalcongress.org), yaitu:

  • Contemporary leadership
  • Workforce
  • Clinical models enhancing quality
  • Innovation in care and hospital operations
  • Sustainability

Committee mengadakan pertemuan evaluasi saat konggres hari pertama, salah satunya untuk membahas mengenai pembagian tract, beberapa anggota mengusulkan pada konggres tahun depan dapat memperbanyak jumlah tract supaya lebih mendetail, namun beberapa anggota yang lain justru mengusulkan untuk lebih memastikan adanya keterkaitan antara satu tract dengan tract lainnya.

Tahun ini membanggakan Indonesia, dari IHF Award terdapat RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita yang mendapatkan “American College of Healthcare Executives Excellence Award for Leadership and Management”, dari Inovation Hub terdapat RSUD dr. Zainoel Abidin yang terpilih sebagai salah inovator IHF 2024 dengan inovasinya untuk “Non-Surgical Innovation for Diagnostic and Therapeutic of Thyroid Nodules (TAGTO), serta dari sesi presentasi oral terdapat RSUD Sekarwangi Sukabumi yang menyampaikan presentasinya dalam sesi “Integrating AI into everday decisions and processes”, dan dari sesi YEL (Young Executive Leaders) terdapat perwakilan dari Silaom Hospital Group.

  Kontingen Indonesia

Panjangnya perjalanan dari Indonesia ke Brazil (Jakarta - Amsterdam 13 jam + Amsterdam - Rio de Janeiro 11 jam) yang mungkin menyebabkan tidak banyaknya peserta dari Indonesia dibanding IHF tahun lalu di Portugal. IHF-Rio dihadiri 12 peserta dari Indonesia yaitu:

  1. dr. Rachmat Mulyana Memet, Sp.Rad: Wakil Ketua II PERSI
  2. dr. Tri Hesty Widyastoeti, SpM, MPH: Seketaris Umum PERSI
  3. dr. Hanevi Djasri, MARS, FISQUA: Ketua Kompartemen Mutu dan Tatakelola Klinis PERSI
  4. Dr. dr. Iwan Dakota SpJP(K), MARS, FIHA, FESC,FACC, FSCAI: Direktur Utama RS Jantung Harapan Kita
  5. dr. Muhadi, SpPD-KKV, M.Epid, FINASIM: Direktur Medik dan Keperawatan RS Jantung Harapan Kita
  6. Tri Hartono Rianto, SE, M.Bus, Ak: Direktur Keuangan dan BMN RS Jantung Harapan Kita
  7. Ghotama Airlangga, SKM, MKM, QRMA, CFrA, CPRM, CGRCP: Direktur Layanan Operasional RS Jantung Harapan Kita
  8. dr. Endah Citraresmi, Sp.A(K), MARS: Direktur Medis dan Keperawatan RSAB Harapan Kita
  9. dr. Gatot Sugiharto, SpB: Direktur Utama RSUD Sekarwangi, Sukabumi
  10. drg. Iing Ichsan Hanafi, MARS, MH: Direktur Regional RS Hermina Grup
  11. dr. Hendra Zulfry, Sp.PD, K-EMD, FINASIM: SMF Penyakit Dalam, RSUD Zainal Abidin, Banda Aceh
  12. Benny Wijaya: Ancillary Product Management, Siloam Hospitals Group.

rio 2

Delegasi PERSI IHF-Rio 2025

  Reportase Singkat Beberapa Isu Menarik

Secara keseluruhan isu-isu yang diangkat sangat menarik, hampir semua sesi diawali dengan pemaparan konsep dasar dari berbagai perkembangan pengetahuan dan ide terkini serta didetailkan dengan berbagai contoh penerapan dan inovasi dilapangan. Dengan adanya mekanisme seleksi abstrak yang baik, maka seluruh paparan penerapan dan inovasi disajikan dengan menjelaskan latar belakang, tujuan, metode, hasil inovasi, dan pembahasan, serta kesimpulan. Persyaratan ini yang mungkin tidak terpenuhi, dan membuat hanya sedikit makalah inovasi RS di Indonesia yang tembus untuk disajikan dalam konggres IHF 2024.

Sesi pembukaan diberikan oleh Dr Muna A. Tahlak, Presiden IHF, dan Dr Adelvânio F. Morato, Presiden Federasi Rumah Sakit Brasil, serta oleh Dr Jarbas Barbosa da Silva Jr., Direktur Organisasi Kesehatan Pan Amerika, yang menyampaikan pidato secara virtual kepada para delegasi. Salah satu yang disampaikan adalah Sistem kesehatan di Brasil yang memiliki beberapa keunggulan dan juga tantangan yang perlu diperhatikan, dan dapat menjadi pembelajaran tingkat internasional. Beberapa keunggulan sistem kesehatan rumah sakit di Brasil adalah:

  1. UHC: Brasil memiliki sistem jaminan kesehatan yang disebut Sistema Único de Saúde (SUS). Sistem ini menjamin akses layanan kesehatan dasar bagi semua warga negara, tanpa memandang kemampuan membayar.
  2. Jaringan rumah sakit luas: Brasil memiliki lebih dari 8.000 RS, baik milik pemerintah maupun swasta. Hal ini memungkinkan masyarakat memiliki pilihan yang lebih banyak dalam mengakses layanan kesehatan.
  3. Penelitian medis yang maju: Brasil memiliki komunitas medis yang aktif dalam melakukan berbagai penelitian medis penting, terutama di bidang penyakit tropis dan kesehatan masyarakat.
  4. Program kesehatan masyarakat yang komprehensif: Brasil telah menjalankan berbagai program kesehatan masyarakat yang sukses, seperti imunisasi, pengendalian penyakit menular, dan promosi kesehatan reproduksi.

Brazil juga telah menjadi pusat rujukan ilmu dan teknologi terkait dengan: Penyakit Tropis seperti malaria, demam kuning, dan penyakit Chagas; Program transplantasi organ di Brasil telah berkembang pesat dan merupakan salah satu yang terbesar di dunia; Kesehatan reproduksi yang komprehensif, termasuk akses ke kontrasepsi dan layanan kesehatan ibu dan anak.

Dari ke lima tract pada IHF-Rio, tract yang selalu dipadati para peserta adalah:

  1. Clinical models enhancing quality, terutama terkait dengan “Patient Experience”
  2. Innovation in care and hospital operations, terutama penggunaan “Artificial Intellegence”
  3. Hospital Sustainability, terutama tentang berbagai inovasi RS dalam memberikan pelayanan bermutu tinggi namun dengan dampak minimal ke lingkungan hidup

Berikut beberapa catatan dari beberapa sesi tersebut:

PATIENT EXPERIENCE

PATIENT EXPERIENCE

  Barbara Walczyk Joers (Gillette Children’s Specialty Healthcare, AS), “Patient Experience pada Pasien Anak”

Barbara Walczyk Joers adalah Presiden dan Chief Executive Officer di Gillette Children’s Specialty Healthcare di Minnesota, AS sejak 2013. Gillette Children’s merupakan rumah sakit pertama di Amerika Serikat yang didanai publik dan didedikasikan untuk melayani anak-anak penyandang disabilitas, termasuk kini menjadi organisasi independen yang menyediakan perawatan subspesialisasi bagi anak-anak yang memiliki kondisi kompleks, langka, atau traumatis yang memengaruhi kinerja sistem muskuloskeletal dan neurologis.

Barbara menyampaikan bahwa Gillette Children's Specialty Healthcare telah mengembangkan berbagai program dan inisiatif untuk memastikan bahwa setiap pasien dan keluarga mereka memiliki pengalaman yang positif dan mendukung selama perawatan. Berikut adalah beberapa hal yang dilakukan untuk meningkatkan pengalaman pasien:

Pendekatan yang Sentris pada Pasien dan Keluarga, terdiri dari: Kolaborasi antara dokter, perawat, terapis, dan keluarga pasien untuk memastikan bahwa rencana perawatan disesuaikan dengan kebutuhan individu setiap anak; Menyediakan sumber daya pendidikan yang komprehensif bagi keluarga, termasuk informasi tentang kondisi medis anak, pilihan perawatan, dan cara mengelola gejala; Dukungan emosional kepada pasien dan keluarga mereka melalui konseling, kelompok dukungan, dan program relaksasi.

Fasilitas yang Ramah Anak, terdiri dari: Desain yang menyenangkan untuk ruang tunggu, kamar pasien, dan area bermain yang dirancang dengan cermat untuk menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan mengurangi kecemasan anak-anak; Penggunakan teknologi terbaru untuk diagnosis dan perawatan, namun tetap memastikan bahwa teknologi tersebut mudah digunakan dan tidak menakutkan bagi anak-anak.

Program Khusus, terdiri dari: Menyediakan rehabilitasi komprehensif untuk membantu anak-anak mencapai potensi penuh mereka, termasuk terapi fisik, okupasi, dan wicara; Menyediakan Pendidikan khusus bekerja sama dengan sekolah untuk memastikan bahwa anak-anak dengan kebutuhan khusus dapat terus belajar selama menjalani perawatan.

Kualitas Hidup, terdiri dari: Pengelolaan nyeri dengan menggunakan berbagai teknik untuk mengelola nyeri pada anak-anak, termasuk obat-obatan, terapi fisik, dan teknik relaksasi; Asuhan gizi bekerja sama dengan keluarga untuk memastikan bahwa anak-anak menerima nutrisi yang tepat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka.

  Point-point penting:
  1. Tujuan utama Gillette Children's Specialty Healthcare adalah untuk memberikan perawatan yang berkualitas tinggi dan pengalaman yang positif bagi setiap pasien dan keluarga mereka.
  2. Dengan fokus pada pendekatan yang sentris pada pasien, fasilitas yang ramah anak, dan program khusus, Gillette telah menjadi pemimpin dalam perawatan anak-anak dengan kondisi medis kompleks.

 

  Emmanuelle Hoche (Unicancer, Prancis), “Patient Experience pada Pasien Kanker”

Emmanuelle Hoche memiliki gelar Magister Bisnis Internasional dan juga Psikologi Klinis serta Psikopatologi. Sebelumnya dia adalah Pendiri dan Direktur dari sebuah firma konsultan sumber daya manusia selama 15 tahun, namun setelah menderita kanker payudara, Emmanuelle mengarahkan kariernya untuk meningkatkan pengalaman pasien dalam onkologi. Saat ini sebagai mantan pasien dan juga mantan pemberi pelayanan onkologi, dia bekerja sebagai Manajer Proyek Patient Experience di UNICANCER di Paris yang terdiri dari 18 pusat kanker komprehensif (CCC = Comprehensive Cancer Centers), yang semuanya didedikasikan untuk perawatan pasien, penelitian, dan pelatihan terkait onkologi. Kemitraan pasien merupakan aspek utama dari filosofi mereka, dengan fokus pada pengalaman dan keterlibatan pasien dalam pengambilan keputusan.

Strategi UNICANCER terdiri dari 3 prioritas:

  • Pasien sebagai “co-pilot” pelayanan kesehatan: memfokuskan kepada pengalaman pasien dan penilaian hasil oleh pasien; mempromosikan akses yang setara untuk pelayanan kesehatan; menyediakan dukungan jangka panjang dan cakupan wilayah yang lebih baik.
  • CCC sebagai garda terdepan dalam memerangi kanker: berupaya dalam aspek mutu, e-health, inovasi, dan kerjasama
  • Membangun jejaring kerjasama dengan fokus regional: memperbesar pelayanan, membangun jejaring “town-hospital”, dan berperan dalam inisiatif pencegahan.

Secara praktis UNICANCER mendorong dan mendukung semua CCC untuk: Memperkuat upaya patient partnership; Mengembangkan communities of practices; Menyusun pedoman tematik dan melakukan analisa keberhasian berbagai inisiatif; Mengembangkan peluang kerjasama antara CCC; Menyusun tools yang dapat digunakan untuk proses pengambilan keputusan dan struktur dari patient partenership; dan Mereplikasi upaya yang telah dicoba dan berhasil di CCC yang lain (misalnya patient-partnership dalam kemoterapi pathways); serta Meningkatkan respon sesuai kebutuhan keluarga pasien yang memberikan pelayanan kesehatan di rumah (family caregiver), seperti pedoman bantuan sosial dan finansial, dukungan psikologi, dan perawatan akhir hayat.

  Point penting:
  1. Kemitraan pasien di Prancis saat ini telah didasarkan pada kerangka legislatif dan peraturan yang telah terbit dari tahun 2002. Dimana Kemitraan dan pengalaman pasien didasarkan pada empat nilai: keunggulan, solidaritas, inovasi, dan manusia di atas segalanya.
  2. UNICANCER memiliki tiga misi bersama: Pelayanan, Penelitian, dan Pelatihan.
  3. UNICANCER memiliki strategi dengan tiga prioritas: Pasien sebagai pendamping perawatan; Mempromosikan akses yang sama ke layanan kesehatan; serta Dukungan jangka panjang dan cakupan teritorial yang lebih baik. Secara teknis mereka telah menyusun berbagai rekomendasi pedoman pelayanan, seperti pedoman bantuan sosial dan finansial, dukungan psikologis, rasa hormat, dan kepedulian bagi pasien kanker.
  4. UNICANCER juga bertujuan untuk menciptakan peluang kolaborasi baik di Prancis dan luar negeri, mengembangkan panduan perekrutan di pusat-pusat, dan berbagi model tindakan khusus yang diterapkan di pusat-pusat tersebut.

Sesi selanjutnya: ARTIFICIAL INTELLEGENCE

 

 

Penulis:

Hanevi Djasri
Schiphol, Amsterdam, 16 September 2024, 18:00

 

 

 

Diseminasi Riset
Kolaborasi dan Kemitraan dalam Menghadapi Tantangan Kesehatan Masyarakat Pasca Pandemi

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM
bekerja sama dengan CDC US

 

  Latar Belakang

Pada akhir tahun 2023, Indonesia mengalami kenaikan kasus COVID-19 yang signifikan. Kementerian Kesehatan Indonesia mencatat adanya sebaran varian baru COVID-19, yang dikenal sebagai JN.1. Hingga 19 Desember 2023, varian ini terdeteksi dalam 41 kasus yang ditemukan melalui pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) terhadap 77 sampel. Ini merupakan 43 persen dari 453 kasus konfirmasi COVID-19 yang tercatat sejak November hingga awal Desember 2023. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran karena penyebaran virus yang cepat dan beban yang ditimbulkannya pada sistem kesehatan Indonesia.

Masalah penting lainnya yang muncul bersamaan dengan pandemi adalah Long COVID. Ini adalah kondisi di mana pasien yang telah sembuh dari COVID-19 mengalami gejala yang berkepanjangan, termasuk kelelahan kronis, masalah pernafasan, dan gangguan fungsi otot. Meskipun gejala Long COVID telah terdokumentasi dengan baik di negara-negara lain, di Indonesia masih terdapat keterbatasan pengetahuan dan penelitian mengenai kondisi ini. Akibatnya, upaya pengobatan dan pencegahan Long COVID di Indonesia menjadi lebih sulit.

Pandemi juga menunjukkan bahwa kerja sama antar lembaga sangat penting dalam mengelola bencana kesehatan masyarakat. Tidak hanya Kementerian Kesehatan, tapi juga Kementerian Pertanian dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan perlu berkolaborasi dengan pendekatan One Health untuk mencegah dan menangani penyakit zoonosis. Kolaborasi ini penting untuk menghadapi tantangan kesehatan di masa depan.

Penelitian dalam kerangka "Kolaborasi dan Kemitraan dalam Menghadapi Tantangan Kesehatan Masyarakat Pasca Pandemi" memberikan informasi dan wawasan untuk mengatasi dampak kesehatan masyarakat setelah pandemi. Tujuan utamanya adalah menyebarkan hasil penelitian ini dan membahas masalah kesehatan yang akan muncul di masa depan.

  Tujuan Diseminasi

  1. Menyampaikan temuan, data dan analisis studi yang berkaitan dengan kebijakan dan rekomendasi dalam mengatasi tantangan kesehatan masyarakat pasca pandemi
  2. Mendapatkan umpan balik dari para stakeholder terkait temuan, data dan analisis studi untuk mendapatkan rekomendasi kebijakan bagi daerah
  3. Menyusun rencana tindak lanjut dalam penanganan long COVID-19 di Indonesia berdasarkan hasil temuan dan umpan balik

  Waktu dan Tempat

Hari : Rabu, 28 Februari 2023
Waktu : 07.30 - 16.00 Wib
Tempat : JS Luwansa Hotel and Convention Center,
Jl. H. R. Rasuna Said No.22 Kav. C, RT.2/RW.5, Karet Kuningan, Kecamatan Setiabudi, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta

 

Waktu Agenda            PIC/Fasilitator/Narasumber
07.30-08.00 WIB Registrasi peserta PKMK FK-KMK UGM
08.00-08.05 WIB Pembukaan dan Menyanyikan Lagu Indonesia Raya MC
08.05-08.30 WIB

Sambutan dan Pengantar

Kolaborasi dan Kemitraan dalam Menghadapi Tantangan Kesehatan Masyarakat Pasca Pandemi

  1. PKMK FK-KMK UGM
  2. Dirjen P2P
  3. Rebecca Merril – CDC US
08.30-10.00 WIB

Sesi I: Paparan Tim Peneliti

Gambaran Pasca Covid di Indonesia: Studi Kasus Jawa Timur dan Sulawesi Tenggara
(Siti Nurfadilah H)

materi

Sesi II: Paparan Tim Peneliti

Gangguan Kognitif dan Gejala Lanjut Pasca Akut Covid-19 di Indonesia
dr. Amelia Nur Vidyanti, Sp. N, Sub.Sp NGD (K), Ph.D

materi

Sesi III: Paparan Tim

Pengembangan Modul Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial Bagi Tenaga Kesehatan di RSUP. Nasional dr. Cipto Mangunkusumo - Dr. dr. Hervita Diatri, SpKJ(K)

materi

10.00-11.00 WIB Diskusi
  1. Tim Peneliti
  2. PKMK FK-KMK UGM
  3. CDC
11.00-12.00 WIB

Sesi IV: Paparan Tim Peneliti

Prevalensi Long Covid dan Faktor Berhubungan di Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia - Hayani Anastasia

materi

Sesi V: Paparan Tim Peneliti

Gambaran Penyintas Covid dan Faktor Risiko Long Covid Pada Populasi dengan Riwayat Covid-19 Berat
Dr. drg. Theodola Baning Rahayujati, M.Kes

materi

12.00-13.00 WIB Diskusi
  1. Tim Peneliti
  2. PKMK FK-KMK UGM
  3. CDC
13.00-14.00 WIB ISHOMA  
14.00-15.30 WIB

Penyampaian Policy Brief dan rencana tindak lanjut

policy brief

  1. PKMK FK-KMK UGM
  2. CDC
15.30-16.00 WIB Penutup
  1. PKMK FK-KMK UGM
  2. CDC
  3. MC