Reportase Forum Diskusi Mutu Pelayanan Kesehatan: Tantangan Mutu Pelayanan Imunisasi Anak di Era COVID-19: Bagaimana Peran Pemerintah, Tenaga Kesehatan dan Komunitas?

Pada Kamis, 10 September 2020, PKMK FK - KMK UGM kembali menyelenggarakan Forum Diskusi Mutu Pelayanan Kesehatan Online seri keempat. Kegiatan ini diselenggarakan bekerjasama dengan Indonesian Healthcare Quality Network (IHQN) dan Komunitas Parenting La Familia Jogja. Kegiatan dilakukan melalui zoom meeting yang diikuti 163 peserta dan YouTube streaming yang diikuti oleh 258 peserta. Moderator kegiatan ini adalah dr. Novika Handayani dan diisi oleh tiga pembicara yaitu dr. Ngabila Salama, MKM selaku Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dr. Mei Neni Sitaresmi, Ph.D, Sp.A(K) selaku konsultan tumbuh kembang Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKKMK UGM/RSUP Dr. Sardjito dan dr. Purnamawati, Sp.A(K), M.Med.Paed dari Yayasan Orangtua Peduli.

Pemateri pertama yaitu dr. Ngabila Salama, MKM memaparkan tantangan mutu pelayanan imunisasi anak di DKI Jakarta seperti adanya keterbatasan pelaksanaan layanan imunisasi (ditutupnya posyandu dan sekolah), pemotongan anggaran program imunisasi, keraguan/ketakutan masyarakat untuk membawa anaknya imunisasi ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) dan tidak tersedianya vaksin IPV. Hal ini menimbulkan penurunan cakupan imunisasi baduta. Strategi yang dilaksanakan untuk menanggulangi hal ini adalah meningkatkan sosialisasi pentingnya imunisasi termasuk melalui sosial media, pelaksanaan defaulter tracking sesuai pedoman bagi bayi yang belum lengkap imunisasinya, penguatan lintas sektor dan lintas program dalam mendukung program imunisasi serta aktif menjalankan 3T: TESTING, TRACING, TREATMENT dan menghimbau masyarakat untuk selalu menjalankan 3M: MEMAKAI MASKER, MENJAGA JARAK, MENCUCI TANGAN untuk menekan penyebaran COVID-19.

ngabila

Gambar 1. Dr. Ngabila Salama, MKM saat memaparkan materi

Pemateri kedua yaitu dr. Mei Neni Sitaresmi, Ph.D, Sp.A(K) menjelaskan bahwa dalam rapid assessment yang dilakukan oleh WHO dan UNICEF pada 20-29 April 2020 di 5329 puskesmas didapatkan pelayanan imunisasi di fasyankes yang terganggu, bahkan terhenti baik sebagian ataupun terhenti sepenuhnya. Selain itu, terdapat penilaian perilaku tenaga kesehatan yang menunjukkan kekhawatiran sebesar 59%. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko adanya KLB dari Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti campak, difteri dan polio bila cakupan imunisasi dasar anak tidak terpenuhi. Sehingga beliau berpesan untuk tidak hanya berfokus pada COVID-19 tapi juga perlu peningkatan surveilans terhadap PD3I, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dan tidak lupa catch-up immunization bagi anak yang terlambat imunisasi. dr. Mei juga menjelaskan panduan imunisasi dari Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia yang harus dipatuhi baik tenaga Kesehatan maupun pasien agar pelayanan berjalan dengan aman.

Gambar 2. Dr. Mei Neni Sitaresmi, Ph.D, Sp.A(K) saat presentasi

Setelah pemaparan materi, dr. Purnamawati, Sp.A(K), M.Med.Paed memberi pembahasan khususnya terkait situasi ini di komunitas. Beberapa hal yang harus menjadi perhatian adalah ketakutan para orang tua untuk membawa anaknya imunisasi ke fasyankes, adanya kekosongan vaksin, kebingungan terkait jadwal imunisasi, konsep catch-up dan tantangan yang melibatkan peranan sektor publik dan swasta. Dalam hal ini, masyarakat perlu diberi informasi tentang teknis pelayanan imunisasi saat ini dan diedukasi tentang pentingnya vaksin.

Gambar 3. Dr.Purnamawati, Sp.A(K) selaku founder Yayasan Orangtua Peduli

Saat sesi diskusi, peserta antusias memberi pertanyaan. Banyak hal menarik yang didiskusikan salah satunya adalah pentingnya pemberian vaksin kombinasi dan imunisasi simultan/imunisasi ganda. Tenaga kesehatan maupun orang tua jangan ragu dengan pemberian vaksin kombinasi dan imunisasi ganda apalagi di era pandemi ini untuk mengurangi kunjungan pasien sehingga akan mengurangi risiko transmisi COVID-19. Vaksin kombinasi maupun multiple injection dinilai aman dan efektif, mengurangi trauma serta mempercepat perlindungan terhadap anak serta efisien dalam segi biaya. Orang tua dapat mendiskusikan hal ini dengan tenaga kesehatan. Selain itu tenaga kesehatan juga diminta untuk meyakinkan para orang tua khususnya bagi mereka yang mampu untuk memenuhi imunisasi tambahan (di luar subsidi pemerintah) bagi anaknya karena imunisasi tersebut juga penting dalam memberi perlindungan bagi anak.

Pelaksanaan imunisasi home-service saat ini juga menjadi tren. Apakah pelayanan imunisasi seperti ini aman? Apa saja risiko dari pelayanan imunisasi home-service? Silakan tonton selengkapnya presentasi materi dan diskusi pada link berikut

video

Penulis: dr. Novika Handayani