Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Tracks Patient Safety & Quality Improvement

Bagian 1

Patient Safety: a Journey through Collaboration, Leadership and Partnership

isq 3

Mike Durkin merupakan seorang Penasihat Senior Kebijakan dan Kepemimpinan Keselamatan Pasien dari Institut of Global Health Innovation (Senior Advisor on Patient Safety Policy and Leadership Institute of Global Health Innovation). Beliau adalah Pakar yang ditunjuk oleh ISQua, dianugerahi Fellowship of the Royal College of Physicians of London atas jasanya dalam Keselamatan Pasien serta sebagai Dewan Penasihat penelitian, kebijakan, dan keselamatan pasien nasional dan internasional. Pada sesi Plenary tentang Patient Safety: a Journey through Collaboration, Leadership and Partnership Durkin memberikan materi dengan topic “Time to move to a cultural era in patient safety of values, ethics and leadership at every level“. Penyampaian materi dimoderatori oleh Dr. Ezequiel Garcia Elorrio yang merupakan presiden ISQUA 2024 dan menjadi salah satu pendiri dan anggota dewan Institute for Clinical Effectiveness and Health Policy (IECS) di Buenos Aires – Argentina.

Durkin memulai penyampaian materi dengan menggarisbawahi pentingnya evaluasi jangka panjang atas perawatan pasien di rumah sakit, dengan fokus pada analisis hasil pengobatan dan upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan untuk menghindari kegagalan di masa depan serta menyoroti bahwa pemimpin yang efektif tidak hanya fokus pada mencari kesalahan, tetapi juga pada mengidentifikasi dan mengatasi akar masalah, agar staf dapat bekerja lebih efisien, serta menekankan pentingnya bukti ilmiah dan data dalam pengambilan keputusan.

Beberapa contoh dikemukakan bagaimana NHS (National Health Service) melakukan peninjauan dan menyelidiki kematian pasien agar tidak terulang di masa depan, menurut Durkin tentu saja ini menitikberatkan sebuah budaya yang dibangun untuk terus melakukan analisis dari kematian yang terjadi sehingga dapat meningkatkan kualitas perawatan kesehatan dan mencegah masalah serupa di masa depan. Durkin juga menekankan pentingnya mempertimbangkan nilai (value) dan nilai-nilai (values) dalam sistem kesehatan selain mutu. Bahwa kualitas tidak hanya tentang efisiensi dan keamanan, tetapi juga tentang memperhatikan apa yang benar-benar dihargai oleh pasien dan masyarakat. Namun saat ini kita dihadapkan pada hambatan terbesar dalam pencegahan kesalahan di industri pelayanan kesehatan yakni adanya budaya punishment. Budaya punishment di sistem kesehatan malah akan menjadi penghalang untuk pencegahan kesalahan. Dengan memberikan hukuman, para pelaku di industri kesehatan mungkin enggan untuk melaporkan kesalahan atau belajar dari kesalahan tersebut, sehingga memperlambat upaya untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan kolaboratif.

Durkin juga menekankan pentingnya pemantauan kejadian yang tidak diinginkan dalam sistem kesehatan. Data yang diperoleh dari pemantauan yang dilakukan dapat digunakan untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien. Dan yang paling esensial dalam topik keselamatan pasien yang dilakukan oleh NHS bahwa kepemimpinan yang kuat diperlukan untuk mendorong dan mengimplementasikan inisiatif keselamatan pasien dalam setiap area yang telah diidentifikasi, serta pentingnya mengukur hasil dari upaya peningkatan keselamatan pasien. Dengan mengukur hasil, kita dapat mengetahui seberapa efektif upaya yang telah dilakukan dan mengidentifikasi area yang masih perlu ditingkatkan.

Dalam hasil survei yang disampaikan oleh Durkin menunjukkan bahwa masih ada celah dalam memberikan perawatan yang aman dan berkualitas bagi pasien yakni pentingnya perspektif pasien, hal ini menunjukkan betapa pentingnya mendengarkan pendapat pasien untuk mengetahui apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Perlunya penambahan staf bahwa Rumah sakit perlu merekrut lebih banyak perawat untuk memastikan bahwa setiap pasien mendapatkan perawatan yang memadai. Pentingnya komunikasi antara petugas medis dan pasien, serta antara rumah sakit dan pasien setelah pasien pulang serta perlunya pasien mendapatkan dukungan yang lebih baik, baik selama di rumah sakit maupun setelah pulang, untuk membantu mereka pulih dan mengelola kondisi mereka.

Dalam presentasinya Durkin juga menyoroti pentingnya kerja sama internasional dalam meningkatkan keselamatan pasien. Dengan membandingkan praktik-praktik terbaik di berbagai negara, kita dapat belajar dan menerapkannya untuk meningkatkan kualitas perawatan kesehatan di seluruh dunia. Karena sebuah penelitian dapat membantu dalam mengembangkan standar global untuk keselamatan pasien. Pertukaran Pengetahuan dapat mendorong terjadinya pertukaran pengetahuan dan pengalaman antar negara serta peningkatan kualitas perawatan dengan mengadopsi praktik terbaik, sehingga kita dapat mengurangi risiko terjadinya kesalahan medis dan meningkatkan kualitas perawatan pasien.

Menurut Durkin di masa depan, ada beberapa pertanyaan yang perlu di jawab di masa depan dan pentingnya melihat masalah keselamatan pasien secara lebih holistik dan melibatkan pasien secara aktif dalam proses peningkatan kualitas, diantaranya:

  1. Apakah data dapat menunjukkan tingkat keamanan perawatan saat ini dan di masa depan, bukan hanya di masa lalu? Hal ini terkait dengan memastikan apakah upaya peningkatan keselamatan pasien efektif.
  2. Apakah data dapat mencakup seluruh perjalanan pasien, tidak hanya saat mereka di rumah sakit? Terkait dengan pengalaman pasien sebelum, selama, dan setelah perawatan di rumah sakit.
  3. Apakah data dapat mencakup pengalaman pasien saat menunggu perawatan, bukan hanya saat mereka menerima perawatan? Terkait dengan waktu tunggu yang lama karena dapat meningkatkan kecemasan pasien dan berpotensi mempengaruhi hasil perawatan.
  4. Apakah data dapat mengukur persepsi pasien tentang keamanan pelayanan, bukan hanya aspek klinisnya? Hal ini terkait dengan kepuasan pasien dan kesediaan mereka untuk mencari perawatan medis.
  5. Apakah data dapat menunjukkan perbedaan pengalaman pasien berdasarkan latar belakang sosial ekonomi dan etnis?hal ini terkait karena seringkali kelompok minoritas dan masyarakat yang kurang beruntung/minim akses seringkali mengalami ketidaksetaraan dalam akses dan kualitas perawatan kesehatan.

Sebagai penutup, Durkin mengingatkan bahwa meskipun sistem dan teknologi sangat penting dalam pelayanan kesehatan, namun pada akhirnya kualitas pelayanan ditentukan oleh manusia yang menjalankannya. Dimensi etika merupakan faktor kunci yang tidak dapat diabaikan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan serta pentingnya melakukan evaluasi terhadap setiap pasien yang dirawat di rumah sakit karena evaluasi ini tidak hanya sebatas melihat apakah pengobatan berhasil atau tidak, tetapi juga menggali lebih dalam untuk mencari tahu mengapa suatu pengobatan gagal dan bagaimana mencegah kegagalan serupa di masa depan.

Poin-poin utama:

  1. Pentingnya gaya kepemimpinan yang berempati karena dapat meningkatkan motivasi staf, mendorong inovasi, dan menciptakan budaya kerja yang positif.
  2. Pimpinan sebaiknya dapat menciptakan keamanan psikologis yakni menciptakan lingkungan kerja yang positif dan produktif. Dimana setiap orang di organisasi merasa aman untuk menjadi diri sendiri dan berbagi ide, merasa bebas untuk mencoba hal-hal baru dan mengembangkan solusi yang kreatif, lebih fokus pada pekerjaan karena tidak terbebani oleh rasa takut atau khawatir, dan Lebih bahagia yang akan membuat lebih puas dengan pekerjaan mereka dan memiliki hubungan yang lebih baik dengan rekan kerja.
  3. Meningkatkan kinerja tim karena kerjasama tim yang lebih baik akan meningkatkan kinerja keseluruhan organisasi.
  4. Perlunya komitmen bersama mulai dari level atas hingga bawah, harus memiliki komitmen yang kuat terhadap keselamatan. Berikan pemahaman bahwa setiap individu memiliki peran dalam menciptakan lingkungan yang aman.
  5. Organisasi perlu memiliki sistem yang efektif untuk mengidentifikasi potensi masalah atau bahaya sebelum terjadi insiden. Sistem ini dapat berupa laporan insiden, survei, atau mekanisme pelaporan lainnya.
  6. Tenaga Kesehatan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mereka dengan aman. Ini dapat dicapai melalui pelatihan formal maupun pembelajaran informal.
  7. Pentingnya kerjasama yang baik antar untuk menciptakan budaya keselamatan. Setiap anggota tim harus saling mendukung dan menghormati.
  8. Organisasi harus secara aktif mendorong perilaku yang aman, etis, dan saling menghormati. Hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan, penguatan positif, dan contoh yang baik dari pimpinan.
  9. Semua sistem dan proses dalam organisasi harus dirancang dengan mempertimbangkan aspek keselamatan dengan standar yg jelas. Sistem-sistem ini harus secara berkala ditinjau dan ditingkatkan.
  10. Pentingnya komunikasi dalam konteks keselamatan pasien

Penulis: Andriani Yulianti, SE MPH

 

 

  Ke halaman utama