Bagian 1
Can ‘Living’ Guidelines Be Made and If So Will They Be Used? An Evaluation of the Australian Living Stroke Guidelines
Presentasi ini oleh Prof. Peter Hibbert dan timnya dari Australian Institute of Health Innovation mengevaluasi Living Stroke Guidelines (LSGs) di Australia, yang berfokus pada penerapan panduan klinis yang diperbarui secara berkala untuk perawatan stroke. Presentasi ini menyimpulkan bahwa panduan ‘living’ seperti LSGs dapat meningkatkan kualitas perawatan dengan memastikan panduan yang selalu diperbarui dan relevan dengan perkembangan bukti terbaru.
Poin-poin utama:
- Panduan Praktik Klinis (CPGs):
- CPGs adalah pernyataan yang mencakup rekomendasi untuk mengoptimalkan perawatan pasien, berdasarkan tinjauan sistematis bukti dan penilaian manfaat serta risiko pilihan perawatan.
- Panduan ini telah menjadi bagian dari sistem kesehatan sejak 1990-an untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien. Namun, masalah seperti duplikasi, ukuran dokumen yang besar, dan keterlambatan pembaruan sering terjadi.
- Masalah dengan Panduan yang Usang:
- Satu dari lima rekomendasi dalam panduan klinis menjadi usang dalam waktu tiga tahun. Hal ini menekankan pentingnya pembaruan yang lebih cepat.
- Panduan ‘Living’ (LSGs):
- LSGs adalah pendekatan baru di mana panduan diperbarui secara berkala berdasarkan bukti terbaru, sehingga rekomendasi dapat diubah seiring dengan munculnya data baru. Panduan ini berbeda dari pendekatan tradisional yang merevisi seluruh dokumen sekaligus.
- Stroke Foundation Australia, bekerja sama dengan Cochrane Australia, mulai menerapkan metode pengembangan panduan ‘living’ ini pada 2017, termasuk lebih dari 300 rekomendasi yang mencakup 80 topik klinis.
- Evaluasi LSGs:
- Evaluasi dilakukan untuk memahami dampak LSGs terhadap beban kerja, efisiensi produksi panduan, dan penerimaan di antara pengguna akhir. Evaluasi menggunakan metode survei kuantitatif dan wawancara kualitatif, serta data Google Analytics untuk mengukur akses panduan selama lima tahun.
- Hasil survei menunjukkan bahwa 69% pengguna memiliki kepercayaan yang lebih besar pada LSGs dibandingkan versi statis sebelumnya, dan 66% mengikuti rekomendasi panduan.
- Hambatan dan Fasilitator dalam Pengembangan LSGs:
- Hambatan termasuk kurangnya integrasi antara platform perangkat lunak dan alat kolaboratif serta beban kerja yang tidak dapat diprediksi. Namun, kolaborasi antara pemangku kepentingan dan pengakuan kontribusi menjadi fasilitator utama.
- Meskipun panduan ini meningkatkan kepercayaan dan kredibilitas, ada kekhawatiran tentang kesinambungan dan pendanaan yang berkelanjutan.
- Kesimpulan:
- LSGs dapat diimplementasikan secara berkelanjutan dalam lembaga yang memiliki sumber daya yang baik. Panduan ini memungkinkan pembaruan rekomendasi yang terus menerus sesuai dengan bukti baru.
- Ke depan, fokus harus diarahkan pada kondisi dengan beban penyakit yang tinggi dan perubahan bukti yang cepat, serta pentingnya komunikasi yang efektif dan penyediaan sumber daya untuk mendukung adopsi panduan yang terus berubah.
Penulis: dr. Eka Viora, SpKJ, FISQua
Bagian 2
WHO: From Policy to Practice: Application of Quality and Safety Service Delivery Framing
Sesi ini menampilkan banyak presentan, mereka memaparkan tentang cara menghubungkan kebijakan tingkat tinggi dengan praktik klinis sehari-hari. Salah satu kebijakan yang dibahas yaitu tentang global medication without harm. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meluncurkan kampanye global Medication Without Harm pada tahun 2017. Kampanye ini bertujuan untuk mengurangi bahaya yang terkait dengan penggunaan obat dan meningkatkan keselamatan pasien di seluruh dunia.
Di seluruh dunia, diperkirakan biaya yang disebabkan oleh kesalahan pengobatan mencapai sekitar $42 miliar USD per tahun. Kesalahan ini dapat terjadi pada berbagai tahap dalam proses penggunaan obat. Faktor-faktor seperti sistem pengobatan yang lemah dan kondisi manusia, misalnya kelelahan, lingkungan yang tidak memadai, atau kekurangan tenaga medis, dapat memengaruhi praktik peresepan, transkripsi, pemberian, dan pemantauan obat, yang berpotensi menyebabkan bahaya serius, kecacatan, atau bahkan kematian.
Guna menghindari kesalahan pengobatan, WHO meluncurkan Global Patient Safety Action Plan 2021-2030. Kegiatan berfokus pada 7 strategi, yaitu:
Strategic objective 1. Policies to eliminate avoidable harm in health care
Strategic objective 2. High-reliability systems
Strategic objective 3. Safety of clinical processes
Strategic objective 4. Patient and family engagement
Strategic objective 5. Health worker education, skills and safety
Strategic objective 6. Information, research and risk management
Strategic objective 7. Synergy, partnership and solidarity
Poin-poin utama:
- Kampanye Medication Without Harm yang diinisiasi oleh WHO merupakan langkah krusial untuk mengurangi kesalahan medis yang berkaitan dengan penggunaan obat serta meningkatkan keselamatan pasien secara global. Inisiatif ini penting dalam membangun sistem kesehatan yang lebih aman dan efisien, mengurangi dampak dari penyakit yang dapat dicegah, serta meningkatkan kualitas hidup pasien di seluruh dunia.
- Peningkatan sistem pelaporan terkait efek samping obat dan kesalahan pengobatan yang dapat digunakan untuk memperbaiki praktik pengelolaan obat baik di tingkat rumah sakit maupun dalam sistem kesehatan secara keseluruhan.
- Memberikan pelatihan kepada tenaga kesehatan mengenai praktik pengelolaan obat yang aman dan efisien, serta menyusun pedoman berbasis bukti untuk praktik terbaik dalam penggunaan obat.
- Mengoptimalkan penggunaan teknologi, seperti rekam medis elektronik dan sistem informasi kesehatan, untuk meningkatkan keamanan dalam penggunaan obat dan mencegah terjadinya kesalahan pengobatan.
- Mengajak berbagai sektor, termasuk industri farmasi, organisasi non-pemerintah, dan lembaga internasional, untuk bekerja sama dalam merancang kebijakan yang mendukung penggunaan obat yang lebih aman.
- Kesalahan Pemberian Obat: Kesalahan dalam pemberian obat sering kali disebabkan oleh ketidakcocokan informasi antara dokter, apoteker, dan perawat, serta kurangnya informasi yang lengkap mengenai alergi atau kondisi medis pasien.
- Polifarmasi pada Lansia: Banyak lansia yang mengonsumsi berbagai obat untuk mengelola kondisi medis yang berbeda, yang dapat meningkatkan risiko interaksi obat yang berbahaya.
Usulan berbagai tindak lanjut
- Kementerian Kesehatan, akademisi, dan lembaga akreditasi menyusun elemen penilaian patient centre care
- Menyusun pedoman implementasi dan pengukuran patient centre care untuk penyakit esensial
- Kementerian kesehatan perlu membuat sebuah kanal pengetahuan untuk membagikan praktik-praktik terbaik berbasis bukti di level Global/ international maupun praktik-praktik keselamatan pasien yang ada di Indonesia.
- Kementerian kesehatan perlu melakukan review kembali terkait langkah-langkah melakukan investigasi keselamatan pasien yang berkualitas
- Pelayanan kesehatan perlu membangun sistem pelaporan insiden yang aman dan berbasis IT dan konfidensial untuk mendorong tenaga kesehatan melaporkan kesalahan tanpa takut akan sanksi.
Eva Tirtabayu Hasri S.Kep, MPH