Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Rempah khas Indonesia Bakal Diuji Mutu Standar Tingkat Internasional

Screen Shot 2017 08 04 at 2.59.02 PMJAKARTA--Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi Badan Standardisasi Nasional (BSN) Kukuh S. Achmad mengungkapkan bahwa saat ini ada beberapa komoditas rempah khas Indonesia yang tengah diusulkan untuk diuji mutu dan standar kuliatasnya kepada Codex Alimentarius.

Codex Alimentarius Commission (CAC), biasanya cukup disebut Codex, merupakan badan antar pemerintah yang bertugas melaksanakan Joint FAO/WHO Food Standards Programme (program standar pangan FAO/WHO) yang bertujuan untuk melindungi kesehatan konsumen, menjamin praktek yang jujur (fair) dalam perdagangan pangan internasional serta mempromosikan koordinasi pekerjaan standardisasi pangan yang dilakukan oleh organisasi internasional lain.

Beberapa jenis rempah-rempah khas Indonesia yang bakal diuji di antaranya, lada hitam, lada putih, palam, bawang merah, tepung sagu dan tempe.

"Untuk rempah jenis pala standarnya memang harus diperjuangkan di tingkat internasional Karena ini merupakan salah satu produk unggulan Indonesia," ungkap Kukuh kepada Kaltim Post di Gedung BPPT I, Jakarta, Kamis (3/8).

Kukuh menjelaskan, jika pala sudah sesuai dan memenuhi standar maka selanjutnya akan dibahas mengenai praktek perdagangannya. "Seluruh anggota sebelumnya memang sudah sepakat untuk menggunakan standar Codex," ujarnya.

Sementara itu, Vice Chair Codex, Prof, Purwiyatno juga mengatakan bahwa saat ini pala asal Indonesia memang menjadi komoditas penting dan menjadi produk unggulan Indonesia. Namun, Indonesia juga tengah memperjuangkan jenis rempah lainnya, salah satunya lada. Diketahui, kualitas lada asal Indonesia saat ini belum mampu memenuhi standar internasional.

Menurutnya, kondisi ini akan membuahkan hasil yang positif asalkan Indonesia harus bisa berjuang memperbaiki kualitasnya sejak awal. "Ini yang menjadi tantangan bagi Indonesia. Karena ini juga akan berkaitan dengn international trade-nya. Maka ini yang sedang menjadi pembahasan dan perdebatan. Jika tidak terus diperjuangan, maka dikhawatirkan hasilnya akan negatif bagi Indonesia," pungkasnya. (sar/pro)

 

Sumber: http://news.prokal.co/