Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

KLB hepatitis A di Pacitan: Lima hal yang perlu Anda ketahui

Screen Shot 2019 07 19 at 1.43.39 PMPemerintah Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, menetapkan kejadian luar biasa (KLB) menyusul temuan lebih dari 800 warganya terjangkit penyakit hepatitis A selama dua pekan terakhir.

Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah seiring sebaran yang terus meluas.

Hanya dalam kurun waktu dua pekan, penyakit hepatitis A, atau biasa disebut penyakit kuning, menyebar luas dengan sangat pesat di sejumlah kecamatan di Pacitan, Jawa Timur.

Saat ini, sebanyak 877 warga di lima kecamatan terjangkit penyakit infeksi virus yang dapat menular melalui makanan dan minuman ini.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan Eko Budiono mengatakan jumlah kasus hepatitis A dimungkinkan akan terus bertambah seiring sebaran yang terus meluas hingga sekarang.
"Penyebaran cukup pesat karena mobilitas masyarakat. Mungkin orang sini pergi ke luar kota dan mereka bersalaman. Model penularannya sekarang dari person to person," ujar Eko kepada BBC Indonesia, Minggu (30/06).

Namun, Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto mengimbau masyarakat untuk tidak perlu khawatir. Sebab, penyakit ini tidak berbahaya dan bisa sembuh dengan sendirinya.
Berikut lima hal yang perlu Anda ketahui tentang hepatitis A yang menjangkiti warga Pacitan.
Kejadian Luar Biasa
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan Eko Budiono menjelaskan, wabah penyakit ini mulai teridentifikasi pada 13 Juni lalu dengan jumlah penderita awal sebanyak 24 orang.

Hanya dalam dua pekan, penyebaran penyakit ini sangat pesat. Pada Minggu (30/06) terdata 877 warga yang terduga terjangkit wabah ini.
"Namun trennya saat ini tambahan penderita barunya sudah sangat menurun. Kemarin tanggal 27 Juni penderita baru hanya satu," jelas Eko.
Sebanyak 309 orang yang dinyatakan positif mengidap hepatitis A kini dirawat di fasilitas kesehatan, sementara sisanya dirawat di rumah masing-masing.
Terdapat enam kecamatan yang teridentifikasi menjadi sebaran penyakit kuning, yakni Kecamatan Sudimoro, Ngadirojo, Tulakan, Tegalombo dan Arjosari.
"Pertama kali muncul di Puskesmas Sudimoro, kemudian geser ke Kecamatan Ngadirojo, kemudian geser laki ke Kecamatan Tulakan. Sekarang lagi ada penambahan di Kecataman Arjosari kemudian Tegalombo," jelas Eko.

Dari lima kecamatan tersebut, penderita hepatitis tertinggi berada di Kecamatan Sudimoro, yakni mencapai 481 orang lebih.
Sementara di Kecamantan Ngadirojo ada 137 orang dan Kecamatan Tulakan ada 54 orang dan sisanya tersebar di dua kecamatan yang lain.
Camat Sudimoro, Wawan Pujiatmoko, menyebut penyakit itu kini menyebar di sepuluh desa di Kecamatan Sudimoro.
"Karena persebaran yang cepat ini yang mungkin menjadi kekhawatiran ini akan menjadi berkembang," cetusnya.
Wawan menjelaskan mereka yang terjangkit virus ini kemudian dirawat di dua puskesmas dan dua klinik di kecamatan tersebut.
Lantaran jumlah pasien melebihi daya tampung, kebanyakan dari mereka terpaksa tidur di tempat tidur darurat (velt bed).
"Sebagian juga sudah dirujuk ke puskesmas di kecamatan tetangga, juga ke RSUD Pacitan."
Karena jumlahnya yang kian bertambah, Pemerintah Kabupaten Pacitan menetapkan kejadian luar biasa (KLB) Hepatitis A pada 25 Juni lalu.

Apa penyebabnya?
Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto menjelaskan hepatitis A adalah terminologi yang digunakan untuk penyakit infeksi pada hati yang disebabkan oleh virus tipe A.
"Hepatitis A masuk ke dalam tubuh melalui saluran makanan. Jadi bisa melalui makanan yang tercemar virusnya atau minuman yang tercemar virusnya," jelas Achmad.
Orang yang terjangkit penyakit ini kemudian menyebarkan virus Hepatitis A melalui cairan kencing atau feses. Virus ini kemudian menyebar ke makanan atau minuman dengan berbagai metode dan cara yang kemudian dikonsumsi orang banyak.
"Yang paling memungkinkan dengan outbreak (wabah) yang seperti ini mungkin ada cemaran sumber air oleh virus A sehingga air ini digunakan secara massal oleh banyak orang padahal air ini mengandung virus A," jelasnya.
"Ini kemudian menjadi jawaban mengapa cepat sekali dalam waktu singkat langsung banyak [orang yang terjangkit virus hepatitis A]," jelasnya.
Selain itu, berkurangnya pasokan air bersih di daerah Pacitan ditengarai menjadi penyebab merebaknya penyakit hepatitis A di wilayah itu.

Hal ini diakui oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan Eko Budiono, yang menyebut kualitas sumber air yang dipakai oleh warga tidak terjamin kebersihannya.
"Kualitas air bersih yang ada itu memang perlu peningkatan, [bakteri] E coli-nya masih cukup tinggi, sepuluh kali lipat dari normal," jelasnya.
Kekeringan yang terjadi selama beberapa bulan terakhir juga ikut mempercepat penyebaran virus.
Selain itu, sanitasi masyarakat juga tidak terjaga dengan baik.
Dia mengatakan, usai Hari Raya Idul Fitri, banyak warga yang menggelar hajatan, namun menurutnya, pengelolaan makanannya tidak memperhatikan kebersihan.
Hal ini diakui oleh Camat Sudimoro, Wawan Pujiatmoko, yang menyebut dua pekan setelah Hari Raya Idul Fitri, jumlah warganya yang terjangkit penyakit ini meledak hingga ratusan warga.
"Itu langsung seratusan warga terjangkit dalam sehari dan itu terus saja berlanjut," kata dia.
Penyebaran penyakit ini semakin meluas karena kebanyakan dari warga yang terjangkit Hepatitis A enggan dirawat inap.
Padahal, semestinya, mereka diisolasi dari mereka yang belum tertular penyakit ini.

Seberapa bahaya penyakit ini?
Camat Sudimoro, Wawan Pujiatmoko mengaku banyak warganya yang khawatir dengan penyebaran penyakit ini.
Kekhawatiran ini juga diutarakan oleh Painen, warga Kecamatan Tulakan.
"Saya sangat khawatir sekali, masalahnya kalau di Pacitan ini kalau ada saudara atau teman yang sakit, itu pasti satu RT bisa menengok. Itu yang membahayakan malahan," kata dia.
Merujuk data Dinas Kesehatan Pacitan, saat ini ada lebih dari 50 warga Tulakan yang terjangkit virus yang menyebar melalui makanan dan minuman ini.
Namun, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan Eko Budiono menegaskan bahwa penyakit hepatitis A ini adalah penyakit hepatitis yang paling ringan.
"Hanya 0,13-0,35% kasusnya bisa dominan, artinya memuncak tinggi tapi ini bisa sembuh dengan sendirinya," kata dia.
"Istilahnya, penyakit ini tidak membunuh, tapi sangar karena mudah menyebar," imbuhnya.
Achmad Yurianto dari Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan mengatakan meski Hepatitis A berpotensi menjadi wabah, namun penyakit ini bukanlah penyakit yang berbahaya.
"Hepatitis A berpotensi menjadi outbreak dan menjadi banyak tapi perjalanan klinisnya seringkali bisa sembuh dengan sendirinya," ujarnya.
Kendati begitu, dia mengatakan, penyakit ini bisa berbahaya bagi pasien yang memang kondisinya tubuhnya tidak sehat.
"Pada orang-orang yang sudah diawali kondisi tubuhnya yang tidak sehat, memang bisa menjadi parah," cetusnya.

Secara umum, kondisi badan mereka yang terjangkit virus ini tampak letih, lesu dan lemah.
"Akibat fungsi livernya terganggu untuk memetabolisme bilirubin, sehingga akan terjadi pengendapan bilirubin di mata, sehingga selaput putih mata berwarna kuning," jelasnya.

Pangkal kuku mereka juga berwarna kuning.
Oleh masyarakat umum, penyakit ini kemudian disebut penyakit kuning.
Selain itu, warna cairan kecing penderita hepatitis A juga berwarna kuning kecokelatan.
"Itu adalah tanda-tanda ada fungsi lever yang tidak maksimal dalam metabolisme bilirubin."

Apa yang dilakukan untuk mengatasinya?
Dengan kondisi liver yang tidak maksimal karena terinfeksi, maka yang perlu dilakukan adalah mengurangi beban liver semaksimal mungkin.
Artinya, para pasien diharuskan istirahat total.
"Itu akan mengurangi beban liver yang sedang sakit. Diharapkan dengan seperti itu bisa sembuh sendiri dalam waktu yang tidak terlalu lama," kata Achmad Yurianto.
"Kalau memang sudah terinfeksi dengan grade yang tidak terlalu berat, biasanya dalam waktu dua minggu sudah pulih," imbuhnya kemudian.
Dia pun menambahkan, yang perlu dilakukan kemudian adalah mengamankan sumber makanan dan air yang diduga tercemar dan mengamankan orang yang sudah terjangkit untuk tidak menjadi sumber pencemaran yang baru.
Pasca-penetapan KLB hepatitis A, Dinas Kesehatan Pacitan langsung memberikan zat desinfektan air terhadap sumber dan tempat penampungan air.
Selain itu, pihaknya bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk menyediakan pasokan air bersih bagi daerah yang kekurangan air bersih.

Apa antisipasi bagi mereka yang belum terjangkit?
Camat Sudimoro, Wawan Pujiatmoko mengatakan untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pihaknya getol mensosialisasikan pola hidup bersih kepada warganya.
"Karena salah satu penularannya kan melalui media bekas tempat makan dan air," kata dia.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan Eko Budiono pun mengimbau masyarakat untuk selalu mencuci tangan sebelum menjamah makanan dan sesudah buang air besar.

Selain itu, ia mengimbau masyarakat untuk memasak air terlebih dulu sebelum dikonsumsi
"Karena virus hepatitis A itu tahan terhadap panas. Jadi kalau mendidih, jangan langsung digunakan, tunggu dua tiga menit terlebih dulu," kata dia.
Pascapenetapan KLB, Pemerintah Kabupaten Pacitan intensif melakukan sosialisasi untuk memutus rantai penularan hepatitis A.

 

 

Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-48782786