Pengalaman Penerapan Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di RS
Poster 1 - dr. Muhammad Ardian C.L.,dr.,Sp.OG.,M.Kes (RSP UNAIR)
Infeksi nosokomial pada daerah operasi masih cukup tinggi pada tahun 2017, standarnya 2% malah 2,5% di lokasi penelitian. Pendekatan dengan ICRA (manajemen risiko) untuk menyelesaikan kasus nosokomial. Studi penelitian dengan pendekatan kualitatif deskriptif.
Temuan pertama, terdapat penemuan kuman pada alat, didapatkan tromol yang rusak hanya diisolasi saja dan tidak ada pelaporan mengenai alat yang rusak kepada pihak manajemen. Temuan kedua, kultur udara diruang operasi didapatkan angka diatas rata-rata. Temuan ketiga, para dokter skrubing (cuci tangan) lebih cepat jika dibandingkan dengan tenaga perawat dan dokter muda karena semakin senior makin cepat cuci tangannya.
Perbaikan-perbaikan terus dilakukan dan masih memerlukan waktu serta evaluasi akan dilakukan pada semester kedua tahun 2017. Adanya pendekatan manejerial dengan pendekatan ICRA pencegahan kasus ILO/ IDO dapat teratasi dalam kurun waktu 2 bulan terakhir dan diperlukan leadership dan koordinasi agar dapat tercapai.
Dalam sesi tanya jawab, untuk dr. Ardian mendapatkan satu pertanyaan yaitu pengendalian kasus nosokomial di Rumah Sakit disebabkan oleh tutup tomol yang rusak, bisa dijelaskan pada aspek manajemen dan sistemnya?, pertanyaan ini langsung dijawab oleh pembicara bahwa penemuan kasus nosokomial pertama kali ditemukan di Rumah Sakit bukan pada Tim NISSC melainkan pada tim mikrobiologi. Rumah Sakit melakukan sosialiasi kepada seluruh dokter dan perawat dan kami lakukan monitoring dan apabila terdapat kasus tidak secara ramai melainkan lakukan pelaporan untuk ditindaklanjuti secara baik dan benar.
Poster 2 - dr. Linda Dimyati (RS Mata Dr. YAP Yogyakarta)
Peningkatan mutu di Rumah Sakit perlu adanya berkesinambungan dalam mengatasi mutu pelayanan di Rumah Sakit. Rumah Sakit Mata Dr. YAP telah terakreditasi paripurna sejak tahun 2015 dan saat ini masih mempertahankan, akan tetapi adanya akreditasi tidak membuat indikator mutu menjadi lebih baik. Sehingga dibutuhkan suatu indikator mutu dengan ditetapannya SK Direktur.
Peningkatan kompetensi SDM diperlukan guna pelatihan mutu menjadi mandaroty training wajib bagi seluruh karyawan Rumah Sakit, pelatihan/workshop mutu dan manajemen resiko, dan penetapan indikator Rumah Sakit. Adanya budaya mutu dalam Rumah Sakit diharapkan mampu meningkatkan indikator mutu dengan melibatkan semua karyarwan yang ada di Rumah Sakit.
Dalam sesi tanya jawab, untuk dr. Linda mendapatkan satu pertanyaan yaitu adakah dana alokasi khusus untuk mendukung indikator mutu?, pertanyaan ini langsung dijawab oleh pembicara bahwa indikator kinerja mutu dibagi atas 2 yaitu basic kompetensi dan kinerja unit/ Individu. Karyawan Rumah Sakit yang kinerjanya baik sudah mendapatkan alokasi dana berupa reward bagi karyawan yang berprestasi dan bersikap baik.
Reporter : Agus Salim, S.KM., MPH