Tes PCR Belum Capai 30.000 Per Hari, Satgas Covid-19 Ungkap Kendala
Hingga kini target pemerintah menaikkan jumlah tes Covid-19 dengan metode polymerase chain reaction (PCR) hingga 30.000 spesimen dan meningkat menjadi 50.000 per hari belum terwujud. Rata-rata tes swab PCR secara nasional masih di kisaran 28.000 spesimen per hari.
Berdasarkan standar Badan Kesehatan Dunia (WHO), pemeriksaan atau tes swab PCR di sebuah negara idealnya 1000 per 1 juta penduduk, artinya tiap 1 juta penduduk 1000 di antaranya harus dilakukan pemeriksaan PCR. Kalau di Indonesia setara dengan 54.000 per hari. Di Indonesia jumlah tes swab saat ini sudah mengalami kemajuan dibanding pada awal-awal pandemi, meskipun jumlahnya belum sesuai standard.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito mengungkapkan, pemeriksaan PCR hanya beberapa kali mencapai 30.000 per hari, misalnya hari ini, Jumat (7/8/2020) mencapai 30.159 spesimen. Sebanyak 29.691 spesimen menggunakan metode rapid test PCR, dan 468 spesimen dengan tes cepat molekuler (TCM).
Menurut Wiku, jumlah lab terus bertambah, dan saat ini sudah ada 320 lab yang aktif beroperasi melakukan uji Covid-19. Tetapi secara kapasitas masih perlu diperbaiki. Lab-lab yang sudah bagus dengan lab-lab yang baru terlibat dalam pemeriksaan Covid-19 harus dibuat supaya memiliki standar yang sama.
“Dari 320 lab itu kapasitasnya lain-lain, kan tergantung SDM-nya, tergantung alat, banyak hal. Justru di situlah setiap lab harus dioptimalkan sesuai dengan apa yang dia punya. Kalau misalnya dia SDM nya banyak tetapi cara kerjanya tidak diatur, mungkin jadi lama. Tetapi kalau cara kerjanya diatur dia lebih efisien, dan menampung lebih banyak,” kata Wiku kepada Beritasatu.com, Jumat (7/8).
Pengaturan cara kerja ini menurut Wiku penting. Bagi rumah sakit ketika akan mengirimkan swab pasien ada kepastian mereka kirim ke lab yang mampu mengerjakannya cepat, sehingga tidak perlu mengantre.
Menurut Wiku, terbatasnya SDM di lab juga menjadi kendala. Beberapa lab libur di hari Sabtu dan Minggu karena kekurangan tenaga yang tetap bekerja di hari libur. SDM yang bekerja di lab juga bukan tenaga sembarangan. Harus memiliki keterampilan atau skill yang khusus dalam pemeriksaan virus.
“Jumlah SDM yang seperti itu juga tidak mudah. Karena ini soal keterampilan. Harus ada pelatihan dan pendidikan yang tidak sembarang orang bisa, karena ini menangani virus yang berbahaya bukan hanya Covid-19, tapi virus lain,” kata Wiku.
Menurut Wiku, dengan SDM yang cukup dan cara kerja yang diatur, meskipun mesin PCR hanya satu, jumlah spesimen yang diperiksa akan lebih banyak. Lab-lab bisa beroperasi melakukan pemeriksaan 24 jam seperti di rumah sakit apabila SDM-nya memadai.
Dalam kondisi jumlah kasus Covid-19 terus meningkat, pemeriksaan 24 jam memang diperlukan. Tapi menurut Wiku, ini tidak mudah dilakukan. Selain itu, keamanan SDM di lab juga harus dilindungi. Mereka tidak bisa bekerja terlalu lama di dalam lab karena berisiko terinfeksi.