Hari Gizi Nasional 2021, Fokus pada 1.000 HPK dan Usia Remaja
Hari Gizi Nasional selalu diperingati setiap tanggal 25 Januari. Berbicara mengenai Hari Gizi Nasional, tentunya tak lepas dari gizi yang didapatkan masyarakat terkhusus pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan usia remaja. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tahun ini dalam memperingati Hari Gizi Nasional tetap harus dilakukan di rumah saja mengingat pandemi COVID-19 yang belum usai.
Hari Gizi Nasional yang ke-61 tahun ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengusung tema Remaja Sehat, Bebas Anemia dengan slogan Gizi Seimbang, Remaja Sehat, Indonesia Kuat. Disampaikan oleh Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, dr. Kirana Pritasari, MQIH pada sambutannya dalam Panduan Kegiatan Hari Gizi Nasional mengatakan bahwa pada usia remaja, permasalahan mengenai gizi yang kurang baik dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit di usia dewasa serta berisiko melahirkan generasi yang bermasalah.
Indonesia masih dihadapkan pada dua masalah gizi, yaitu tingginya prevalensi stunting, wasting dan obesitas serta kekurangan zat gizi mikro terutama anemia yang masih menjadi tantangan besar. Pemerintah sudah melakukan upaya penanggulangan gizi mikro salah satunya dengan suplementasi Tablet Tambah Darah untuk remaja putri. Hal ini dianggap strategis dengan target yang spesifik untuk mempersiapkan calon ibu yang sehat serta melahirkan generasi yang berkualitas dan unggul.
Tentunya dalam menjalankan sebuah program yang melibatkan masyarakat Indonesia, khususnya dalam upaya penanggulangan masalah gizi yang ada di remaja Indonesia membutuhkan komitmen yang tinggi. Baik dalam penguatan regulasi, penguatan edukasi dan promosi, integrasi kegiatan dan pembiayaan serta akses pangan bergizi dan monitoring program.
Untuk Bunda ketahui, perbaikan gizi masyarakat Indonesia kini difokuskan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan dan usia remaja yang merupakan sentral pembangunan kesehatan yang nantinya sebagai investasi pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar 32 persen, atau 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal ini disebabkan oleh asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktifitas fisik.
Mengacu pada RPJMN 2020-2024, percepatan penurunan stunting menjadi 14 persen dan wasting menjadi 7 persen pada tahun 2024 merupakan tujuan pembangunan kesehatan. Maka dari itu, dengan perbaikan gizi yang difokuskan secara spesifik pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan dan usia remaja dianggap lebih efisien.
Indonesia membutuhkan remaja yang kreatif, produktif, serta kritis untuk kemajuan bangsa. Remaja dapat mencapai produktifitas dan kreativitas yang optimal serta pemikiran yang kritis, apabila mereka dalam keadaan yang sehat. Remaja yang sehat juga dilihat dari sosial, psikologis, dan kognitif, yang berarti tak hanya dilihat sehat secara fisik.
Tak hanya dengan memberikan suplementasi Tablet Tambah Darah untuk remaja putri, penyuluhan mengenai 1.000 HPK pun juga perlu dilakukan. Tujuan diadakannya penyuluhan ini diharapkan agar masyarakat dapat memahami pentingnya 1.000 HPK bagi bayi mereka, serta diharapakan agar masyarakat tahu caranya dan termotivasi untuk melaksanakan 1.000 HPK pada bayi mereka dengan sukses.