Rumah Sakit Saat Ini Penuh Pasien Covid-19, Waspada DBD Muncul
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan, Didik Budijanto menyatakan, pengendalian malaria atau demam berdarah dengue (DBD), saat pandemi Covid-19 di Tanah Air terbilang ekstra.
Diakuinya, ada potensi wabah DBD atau malaria yang sudah muncul di Jakarta dan beberapa wilayah lainnya, sementara rumah-rumah sakit penuh dengan pasien Covid-19. Menurutnya, program malaria dan fasilitas layananan kesehatan harus tetap mempertahankan kondisi yang optimal untuk mendukung layanan malaria atau DBD.
"Utamanya ketersediaan obat dan logistik malaria dan DBD di setiap layanan kesehatan. Petugas dinas kesehatan provinsi dan kabupaten atau kota wajib memantau dan mengantisipasi layanan malaria atau DBD pada saat pembatasan sosial," katanya saat konferensi pers secara virtual bertema Bersama Masyarakat Menuju Indonesia Bebas Malaria yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan pada Jumat (23/4/21).
Didik menjelaskan p,enyakit tular vektor dan zoonotik merupakan penyakit menular melalui vektor dan binatang pembawa penyakit seperti malaria dan demam berdarah. Untuk mengatasinya diupayakan pengendalian vektor yang mencakup deteksi jenis vektor nyamuk dan serangga lainnya yang berpotensi menularkan penyakit tular vektor. Upaya ini juga diperkuat dengan kegiatan surveilans vektor untuk memantau perkembangan dan penyebarannya.
Setiap area sekitar manusia harus diupayakan untuk dikaitkan dengan pemenuhan standar baku mutu untuk pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit, yang meliputi angka kepadatan dan habitat perkembangbiakannya.
Upaya penanggulangan penyakit ini dengan menurunkan populasinya serendah mungkin, sehingga keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit di suatu wilayah.
Dengan sosialisasi dan penjelasan yang terstruktur dan masif kepada masyarakat, diharapkan timbul kesadaran dan motivasi masyarakat tentang bahayanya vektor dan binatang pembawa penyakit, sehingga ikut berperan dalam pengendalian dan pencegahannya.
"Selain itu dimaksimalkan juga tata kelola kasus penyakit dengan mendeteksi dan melakukan peningkatan kapasitas layanan kesehatan di tingkat puskesmas maupun rumah sakit daerah serta meng-update pencegahan DBD. Masyarakat pun turut dilibatkan dan perlunya advokasi komitmen daerah dalam mencegah penyakit makin meluas," terangnya.
Didik juga menambahkan bila saat ini strategi komunikasi dan promosi kesehatan tetap dilakukan untuk mencegah peningkatan morbiditas dan mortalitas serta responsif untuk situasi pandemi Covid-19.
Lalu pemerintah juga memanfaatkan media potensial untuk sosialisasi pencegahan dan pelayanan malaria ke masyarakat yaitu jejaring sosial pesan SMS, radio, TV, media sosial, poster, baliho, megafon dan lainnya.
Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemkes, Maxi Rein Rondonuwu menjelaskan penanggungan pencegahan malaria harus tetap dilakukan karena beberapa bagian wilayah Indonesia masih alami kondisi rentan malaria, terutama pada wilayah bagian timur.
"Dengan pencegahan ini semoga tujuan Indonesia bebas malaria di tahun 2030 bisa cepat tercapai. Dan itu perlu dari dukungan dari semua lintas sektor dan lapisan masyarakat untuk bersatu melawan Covid-19 dan malaria menuju Indonesia sehat," ucap Maxi.