Upaya Petugas Kesehatan dalam Mengurangi Angka Kematian Ibu di Tuban
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu indikator yang menunjukan kesejahteraan masyarakat di dalam sebuah negara. Dan Indonesia juga memiliki tujuan untuk menurunkan angka kematian ibu di dalam salah satu tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs).
Membahas tentang kematian ibu, kematian ibu adalah kematian selama masa kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah kehamilan akibat sebab-sebab yang berkaitan dengan permasalah-permasalahan yang mungkin terjadi oleh kehamilan sendiri atau penangananya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera.
Dalam catatan WHO, pada tahun 2017 sendiri rata-rata 810 wanita meninggal dunia setiap harinya karena komplikasi pada kehamilan maupun saat persalinan. Di Indonesia, angka kematian ibu secara umum mengalami penurunan selama periode 1991-2015. Dari yang tadinya 390 AKI menjadi 305 per 1.000.000 kelahiran hidup. Namun, angka tersebut masih belum mencapai target SDGs Indonesia, yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka kematian ibu hamil di Indonesia memang masih tinggi. Namun, bukan berarti Anda hanya bisa pasrah dengan keadaan. Anda justru harus memperjuangankan agar angka tersebut tidak terus meningkat.
Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh ibu hamil untuk menurunkan risiko kematian adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat sejak sebelum, selama, dan setelah kehamilan. Jangan lupa juga untuk melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Pendataan Angka Kematian Ibu di Jawa Timur
Sebenernya Jawa Timur sendiri adalah salah satu provinsi dengan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) nya yang cukup tinggi. Namun pada dua tahun terkahir ini terlebih AKI di Jawa Timur cenderung menurun.
Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada tahun 2016, untuk angka kematian ibu secara nasional dapat mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2019, angka kelahiran ibu di provinsi Jawa Timur mencapai 89,81 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini memang menurun dibandingkan pada tahun 2018 yang dapat mencapai 91,45 per 100.000 kelahiran hidup.
Dengan hal seperti ini dapat menggambarkan hasil nyata dari kinerja yang lebih baik dari seluruh bagian di bidang kesehatan di Jawa Timur karena faktor dukungan baik dari segi manajemen program KIA maupun sistem pencatatan dan pelaporan yang juga semakin lama semakin membaik.
Dan di Jawa Timur sendiri, pada tahun 2019, angka kematian ibu mencapai 89,81 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini harus tetap menjadi hal yang patut terus diawasi dan dipertimbangkan dalam upaya menekan Angka Kematian Ibu di Indonesia, sesuai tujuan dari SDGs ke 3 yaitu, Kehidupan Sehat dan Sejahtera. Sesuai dengan target SDGs point 1, “Pada tahun 2030, mengurangi rasio angka kematian ibu menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran”.
Pada tahun 2019, Angka Kematian Ibu (AKI) tertinggi di Provinsi Jawa Timur terdapat di Kabupaten Situbondo yang menyentuh 198.00 per 100.000 kelahiran hidup, yang mana sebanyak 18 ibu meninggal disaat maupun 42 hari setelah masa kehamilan. Dan untuk Angka Kematian Ibu terendah di Jawa Timur ada di Kota Batu, yaitu 31.23 per 100.000 kelahiran hidup atau sebanyak 1 ibu meninggal.
Angka Kematian Ibu di Daerah Tuban yang Masih Tinggi
Sedangkan di kabupaten Tuban, Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 114.59 per 100.000 kelahiran hidup. Seperti data di bawah ini yang bersumber dari Laporan Kematian Ibu (LKI), Dinas Kesahatan Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Tuban adalah Kabupaten tertinggi nomer 9 setelah Kabupaten Blitar yang mencapai 117.33 per 100.000 kelahiran hidup.
Ada sebagian penyebab yang menjadi faktor tingginya kematian ibu yang terjadi pada tahun 2019, yaitu Pre Eklamsi /Eklamsi yang mana mencapai 31,15% atau sebanyak 162 orang dan yang mengalami pendarahan mencapai 24,23%, dan adapun penyebab yang lain-lainnya yaitu 23,1% atau 120 orang.
Kenapa Kabupaten Tuban Menjadi Tertinggi ke-9 di Jawa Timur
Ada berbagai alasan yang bisa menjawab para pembaca, mengapa Kabupaten Tuban bisa masuk kedalam 10 besar kota/ kabupaten di Jawa Timur dengan tingkat kematian ibu tertinggi.
Seperti dalam wancara saya dengan Ibu Yuliana, seorang bidan di Kabupaten Tuban, melalui wawancara secara virtual dengan salah satu apilikasi. “Kepercayaan nenek buyut itu loh, yang ga boleh makan ini itu atau bisa dibilang pantangan makan saat hamil. Ini tuh ya masih melekat di dalam kebiasaan masyarakat Tuban,” kata beliau pada Selasa (9/03/2021).
Lalu beliau juga menambahkan bahwa himpitan ekonomi juga menjadi salah satu penyebabnya. Karena para ibu hamil itu malah enggan ketika disarankan untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut dan lebih layak di luar daerah. Mereka menjadi berpikir kembali dan akhirnya mereka yang menangani hal itu juga kewalahan dan seperti serba salah kepada para ibu hamil. Di Tuban sendiri fasilitas serta kuota untuk perawatan ibu hamil memang belum banyak untuk memenuhi seluruh pasien ibu hamil. Itu sebabnya beberapa ibu hamil harus di rujuk ke rumah sakit luar daerah untuk mendapat kan penanganan dengan segera.
Ternyata tak sedikit juga para ibu hamil yang tidak mau nurut dengan apa yang dikatakan petugas kesehatan, seperti ketika disuruh meminum obat penambah darah namun malah tidak diminum.
“Ketika melakukan konsultasi kehamilan dan mereka ditanyai tentang keseharian dan diingatkan beberapa hal, para ibu hamil cenderung menjawab ‘iya-iya saja’, namun faktanya tidak benar-benar dilakukan,” ungkap ibu Yuliana terkait keluh kesah selama menjadi bidan di Kabupaten Tuban, dimana beliau merasa sedikit kesulitan mengontrol para ibu hamil yang ada.
Segala Upaya yang diberikan
Namun, para petugas kesehatanpun terus mencari upaya untuk ikut mencapai tujuan SDGs dan menekan angka kematian ibu terutama di Tuban.
Beberapa upaya yang sudah diagendakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban, seperti halnya para petugas kesehatan melakukan berbagai koordinasi dan mitra kerja bersama kader kesehatan dan bagian-bagian kesehatan yang lainnya. Mereka mencoba untuk memperluas informasi dengan bantuan dari berbagai bidang yang masih berhubungan dengan kesehatan.
Lalu ada juga kegiatan AnC (Antenatal Care) terpadu, ini dilakukan untuk pemeriksaan ibu hamil secara rutin. Seperti pemantauan kehamilan rutin pada ibu hamil. Adapun program kelas ibu hamil yang memang telah dilakukan di setiap desa di Tuban. Kegiatan ini juga menjadi agenda rutin di setiap desa di Kabupaten Tuban untuk memberikan edukasi dan informasi kepada ibu hamil maupun para wanita dan ibu di desa tersebut.
Untuk bidan-bidan dan dukun bayi desa, mereka juga sudah ikut melakukan berbagai deteksi dini untuk ibu hamil yang beresiko tinggi, sehingga dapat segera ditemukan permasalahan dan langsung bisa dilakukan tindakan. Kegiatan seperti pendeteksian dini memang sudah seharusnya diwajibkan ada untuk melakukan pendampingan pada ibu-ibu hamil beresiko tinggi. Biasanya yang dilakukan adalah mengingatkan kontrol dan pengisian kuisioner untuk memantau perkembangan para ibu hamil.
Melakukan sosialisasi atau penyuluhan di desa-desa, seperti ketika ada pertemuan atau PKK desa atau pada kesempatan-kesempatan yang ada pada ibu-ibu kader dan ibu-ibu hamil ini juga menjadi hal yang rutin di Kabupaten Tuban. Dan memang biasanya sudah ada jadwal tetapnya.
Dan masih ada banyak hal dan pr yang harus dikerjakan dan direncanakan untuk kedepannya. Itu semua dilakukan bertujuan untuk menekan angka kematian ibu dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, seperti halnya mencapai tujuan dari SDGs yang ada di Indonesia.