Hepatitis Masih Jadi Masalah Kesehatan Dunia
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (P2PML Kemkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, penyakit hepatitis masih merupakan masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia.
Khusus Indonesia, Nadia menyebutkan, penderita penyakit hepatitis sebanyak 18 juta orang dan penderita hepatitis C sebanyak 2,5 juta orang.
“Pada masa pandemi Covid-19 memberikan dampak pada upaya penanganan kesehatan esensial termasuk upaya pengendalian pencegahan penyakit hepatitis,” kata Nadia pada webinar Hari Hepatitis Sedunia XII Tahun 2021 dengan tema Segera Tangani Hepatitis, Rabu (28/7/2021).
Ia menambahkan, perkembangan program penanganan hepatitis pada 2020 telah dilakukan di 470 kabupaten/kota. Diketahui, 470 kabupaten/kota tersebut telah melaksanakan deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil.
Dari dideteksi hepatitis B kepada 2.682.000, ditemukan sebanyak 1,68% atau 4.500 di antaranya diketahui terinfeksi hepatitis B. Selain itu, sebanyak 32.387 bayi yang lahir dari ibu hepatitis B telah mendapatkan hepatitis B immune globulin (HBIg) kurang dari 24 jam setelah kelahiran.
Sementara itu, untuk awal 2021 hingga akhir Juni ini ada 909.000 ibu hamil yang periksa hepatitis B dan yang positif adalah 15.403 atau 1,7%. Selain itu, terhadap 9.087 bayi yang lahir dari ibu terinfeksi hepatitis B.
“Sebagai upaya pencegahan, maka sudah sebanyak 8.493 mendapatkan HBIG kurang dari 24 jam setelah kelahiran,” ucapnya.
Nadia juga mengatakan, selain upaya dilakukan terhadap hepatitis B, maka sejak 2017 telah dilaksanakan layanan tata laksana hepatitis C dengan menggunakan obat direct acting antiviral atau DAA dengan efek samping yang lebih rendah dan tingkat kesembuhan yang lebih tinggi. Hal ini guna mencegah munculnya kanker hati atau penyakit sirosis.
“Pengobatan hepatitis C ini juga merupakan upaya pencegahan untuk memutus mata rantai penularan hepatitis C, mengingat vaksinasi hepatitis C sampai saat ini belum tersedia. Nah secara bertahap program terus memperluas pemeriksaan anti HSV2,” paparnya.
Dikatakan dia, pemeriksaan viral load HSV2 ini dengan menggunakan alat tes cepat molekuler untuk deteksi dini serta memperluas akses layanan pengobatan DAA hingga saat ini.
“Layanan pengobatan DAA telah tersedia di 40 rumah sakit yang tersebar di 18 provinsi dan secara bertahap akan diperluas layanannya agar merata di 34 provinsi di Indonesia,” ucapnya.
Selanjutnya. Nadia pada peringatan Hari Hepatitis Sedunia ke-12 ini dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian dan tindakan nyata secara global, regional, dan nasional dalam mengurangi beban hepatitis di masyarakat.
“Komitmen global dibangun saat ini diinisiasi oleh Indonesia bersama dengan Brasil dan Kolombia. Dan sejak saat itu berbagai upaya terus dilakukan dalam rangka deteksi dini dan pencegahan penyakit hepatitis,” pungkasnya.
sumber: https://www.beritasatu.com/kesehatan/806495/hepatitis-masih-jadi-masalah-kesehatan-dunia