16 Mei 2023
Kepada Dokter Internship di DI Yogyakarta
Program Dokter Internship Indonesia (PIDI) merupakan program yang ditujukan kepada seluruh dokter yang baru saja dinyatakan lulus setelah mengikuti Uji Kompetensi Mahasiswa Program Pendidikan Dokter (UKMPD). PIDI bertujuan untuk memantapkan kualitas dokter yang baru lulus sebelum akhirnya berpraktik secara mandiri ataupun melalui fasilitas pelayanan kesehatan. Pada periode kedua ini, DI Yogyakarta menerima sebanyak 127 peserta program internship yang terdiri atas 47 orang dokter umum dan 80 orang dokter gigi.
Sejalan dengan pilar ketiga transformasi kesehatan yaitu Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan, maka Pusat Kebijakan Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FKKMK UGM turut hadir mendukung program internship dokter Indonesia di DI Yogyakarta dengan memberikan pengantar mengenai penyakit-penyakit infeksi yang perlu diwaspadai berpotensi menjadi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB).
Peneliti PKMK FKKMK UGM, dr. M. Hardantyo P., MPH, PhD menyampaikan tentang sistem kewaspadaan dini dan respons yang saat ini tengah beroperasi di Indonesia di mana memerlukan koordinasi antara dokter umum dan petugas surveilans di Puskesmas. Dokter umum merupakan personel yang pertama kali berhadapan dengan pasien yang kemungkinan mengalami gejala penyakit berpotensi wabah. Gejala ini harus segera dikenali sehingga dapat dilakukan pencatatan dan tindak lanjut atas informasi yang didapatkan.
Selanjutnya dr. Aldilas Achmad Nursetyo, MS menjelaskan tentang algoritma penegakan diagnosis atas 24 penyakit yang dipantau di dalam SKDR. Kemudian diperkenalkan juga kode ICD-10 yang berfungsi untuk melengkapi algoritma yang sudah ada. Tujuannya terutama adalah menyamakan persepsi antara dokter dan petugas surveilans dalam menangani pasien sesuai definisi operasional yang sama, serta menyamakan antara dokter di puskesmas lain sehingga terdapat keseragaman penegakan diagnosis. Kegiatan kemudian ditutup dengan diskusi dan tanya jawab.
Materi selengkapnya dapat di akses melalui: bit.ly/MateriSKDR-16mei
23-24 Mei 2023
Kepada Dokter Fungsional Puskesmas Kabupaten Gunungkidul dan Kota Yogyakarta
Gunungkidul, 23-24 Mei 2023 dan Kota Yogyakarta 30 – 31 Mei 2023
Pengenalan gejala penyakit infeksi berpotensi wabah merupakan hal yang penting dalam hal kesiapsiagaan menghadapi ancaman pandemi di masa depan. Dokter umum fungsional yang bertugas di Fasilitas Layanan Kesehatan (FASYANKES) primer merupakan ujung tombak penting dalam mengenali gejala dini potensi wabah tersebut. Selain itu, kerja sama antara dokter umum dengan petugas surveilans dalam fasyankes primer menjadi hal penting untuk meningkatkan kualitas pengenalan secara dini potensi tersebut.
Melalui Program INSPIRASI, PKMK FKKMK UGM berhasil menstandarisasi definisi operasional algoritma 24 penyakti infeksi berpotensi wabah menggunakan Kode ICD-10. Kode ini yang akan melengkapi algoritma yang sudah ada sehingga pelaporan kasus menjadi lebih terstandar dan mempermudah proses pengumpulan data setiap harinya oleh petugas surveilans. Kode-kode ini kemudian didistribusikan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dan juga puskesmas melalui surat edaran yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta. Di Gunungkidul, kegiatan pertemuan dengan dokter umum fungsional ini dilakukan pada 23-24 Mei 2023. Sedangkan dengan Kota Yogyakarta diadakan pada 30 – 31 Mei 2023.
Bersamaan dengan pilar ketiga transformasi kesehatan, yakni Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FKKMK UGM turut berpartisipasi dalam mendukung program internship dokter Indonesia di DI Yogyakarta. Mereka memberikan pengenalan mengenai penyakit infeksi yang harus diwaspadai karena berpotensi menjadi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB).
dr. M. Hardantyo P., MPH, PhD, seorang peneliti PKMK FKKMK UGM, menjelaskan tentang sistem kewaspadaan dini dan tanggapan yang sedang beroperasi di Indonesia. Sistem ini membutuhkan koordinasi antara dokter umum dan petugas surveilans di Puskesmas. Dokter umum adalah personel pertama yang berhadapan dengan pasien yang mungkin mengalami gejala penyakit yang berpotensi menjadi wabah. Penting untuk segera mengenali gejala ini agar informasi dapat dicatat dan ditindaklanjuti. Selanjutnya, dr. Aldilas Achmad Nursetyo, MS, menjelaskan tentang algoritma untuk mendiagnosis 24 penyakit yang dipantau dalam SKDR. Ia juga memperkenalkan kode ICD-10 yang melengkapi algoritma yang sudah ada. Tujuannya adalah untuk menyamakan pemahaman antara dokter dan petugas surveilans dalam menangani pasien sesuai definisi operasional yang sama, serta menciptakan keseragaman dalam penegakan diagnosis di antara dokter di puskesmas lain.
Reporter: dr. Aldilas Achmad Nursetyo, MS
Materi selengkapnya dapat di akses melalui: bit.ly/MateriSKDR-16mei