Part 1
Pusat Kedokteran Tropis FKKMK UGM bersama Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FKKMK UGM bekerja sama dengan CDC USA telah melakukan kegiatan serosurvey COVID-19 di 4 provinsi di Indonesia. Hasil dari kegiatan bertajuk “Cross-sectional COVID-19 Serosurveillance in Several Provinces in Indonesia: as Part of the INSPIRASI Program” telah disampaikan dalam forum yang berlangsung di Jakarta pada Selasa, 20 Juni 2023.
Vaksinasi COVID-19 akan memasuki tahun ke-3 pelaksanaannya. Vaksinasi merupakan intervensi kesehatan masyarakat yang terbukti cost-effective dalam pencegahan penyakit menular. Meskipun awalnya terdapat antusiasme yang tinggi terhadap vaksin booster, saat ini banyak warga yang enggan dan lalai melakukan vaksinasi booster. Dalam upaya melawan pandemi ini, vaksinasi COVID-19 telah terbukti meningkatkan kekebalan tubuh masyarakat dan mengurangi risiko penularan virus. Kadar antibodi yang tinggi yang dihasilkan oleh vaksin juga menjadi pertanda penting dalam menilai efektivitasnya.
Selain itu, dengan tersedianya produksi vaksin COVID-19 dalam negeri, kita perlu membentuk strategi dalam upaya transformasi sistem kesehatan dan membangun pharmaceutical resilience. Kegiatan serosurvey yang dilaksanakan di empat provinsi ini akan menjadi kunci penting dalam memberikan rekomendasi mengenai penerimaan dan cakupan vaksinasi, dengan harapan dapat melindungi masyarakat dari pandemi ini dan memberikan solusi yang efektif di masa depan.
Kegiatan serosurvey COVID-19 dilaksanakan di 63 kabupaten/kota dari 4 provinsi di Indonesia, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan, dengan melibatkan 3.600 partisipan yang terbagi ke dalam 144 cluster. Hasil penelitian menunjukkan rerata titer seroprevalensi antibodi COVID-19 adalah di atas 80%. Informasi lebih rinci mengenai data ini dapat diakses melalui tautan berikut: https://public.tableau.com/app/profile/a.watsiq.maula/viz/SerosurveillanceCOVID-19Kabupaten/DashboardSerosurveillance . Rerata durasi optimal serokonversi dari vaksin COVID-19 berada pada rentang waktu 6 bulan, dan menunjukkan kecenderungan penurunan kadar antibodi seiring berjalannya waktu. Dalam upaya menghadapi situasi ini, pemerintah memiliki prioritas untuk fokus pada vaksinasi anak-anak.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan program vaksinasi oleh masyarakat. Salah satunya adalah ketersediaan akses vaksin yang terjangkau secara finansial. Hanya 18.7 % dari responden yang bersedia membayar untuk memperoleh vaksin, dengan batasan biaya sebesar 50 ribu rupiah. Sumber informasi terkait vaksinasi yang dipercaya oleh mayoritas responden adalah puskesmas, kepala desa, keluarga, teman, atau tetangga, dan lainnya, yaitu kader, guru, media televisi, saluran berita, dan pihak RT maupun RW. Hasil penelitian juga menunjukkan masyarakat banyak mengakses vaksinasi di lokasi non-fasilitas kesehatan.
Kesimpulan
- Tingkat vaksinasi dasar pada kelompok sasaran usia telah mencapai lebih dari 80%, namun cakupan vaksinasi booster hanya sebesar 24,5%
- Layanan vaksinasi di luar fasilitas kesehatan lebih banyak diakses oleh masyarakat
- Salah satu hambatan terbesar dalam penerimaan vaksin adalah kekhawatiran terhadap efek samping dan komorbiditas
- Persepsi bahwa pandemi belum berakhir, adanya potensi gelombang baru COVID-19, tinggal di area perkotaan (urban), tinggal di Pulau Jawa, riwayat infeksi COVID-19 sebelumnya, dan jenis pekerjaan sebagai profesional berkaitan dengan status vaksinasi booster
Part 2
Provinsi Sulawesi Selatan
PKMK-Yogyakarta. Pada Selasa 20 Juni 2023 diselenggarakan “Diseminasi Hasil Serosurvey COVID-19 di Provinsi Sulawesi Selatan”. Kegiatan dilaksanakan secara hybrid di Hotel JS luwansa Jakarta. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Pusat Kedokteran Tropis FKKMK UGM bersama Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FKKMK UGM bekerja sama dengan CDC USA. Paparan Hasil Serosurvey COVID-19 di Provinsi Sulawesi Selatan disampaikan oleh Ansariadi, PhD yang berasal dari FETP UNHAS.
Kegiatan dibuka dengan penyampaian hasil yang dipaparkan oleh Ansariadi dengan memfokuskan pembahasan hasil pada 4 komponen yakni karakteristisk partisipan, serosurvalensi COVID-19, cakupan vaksinasi COVID-19, serta pengetahuan tentang vaksin dan sikap terhadap pandemi.
Partisipan yang berkontribusi dalam survey yakni sebanyak 913 orang yang berasal dari 16 Kabupaten/Kota. berikut di atas karakteristisk responden yang sebagian besar berjenis kelamin perempuan dengan sebagian besar responden pada usia dengan rentang 18-44 tahun. Untuk hasil serosurvailance COVID di Sulawesi Selatan didapatkan bahwa 88,2% sudah ada serosurvailancenya, dengan nilai di urban lebih tinggi dibandingkan responden di daerah rural, hal ini sejalan dan tidak jauh berbeda dengan hasil serosurvei yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Kemenkes, 2022.
Terkait cakupan vaksinasi di Sulawesi Selatan sudah mencapai 83,7%, seperti data di atas, dimana mereka dengan komorbid pernah mendapatkan vaksin sebesar 80,6%, dan booster pada responden comorbid hanya 12,1% dan masih sedikit cakupannya, dan perlu di direkomendasikan untuk dapat dilakukan vaksin lanjutan.
Hasil yang terakhir disampaikan oleh pak Ansari yakni mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku, yang dapat dilihat pada slide di atas, bawah sebagian besar 77,55% menyatakan vaksin tidak mencegah COVID 19, hal ini mungkin dikarenakan sudah 2 tahun COVID-19 berlalu dan sudah merasa tidak cemas dengan COVID-19 yakni sebesar 67,36%. Dan sebagian bersa menyatakan sudah tidak berisiko terinfeksi sebesar 48,30%, dan ketika ditanyakan apakah kasus COVID-19 masih bisa naik maka sebagian besar berpendapat bahwa tidak akan naik, dan sebagain besar setuju bahwa pandemi akan berakhir.
Sebelum menutup presentasinya, Ansari memberikan kesimpulan bahwa kekebalan di komunitas telah mencapai lebih dari 80%, serta vaksinasi dasar pada usia target dan kelompok dengan comorbid sudah mencapai lebih dari 80%, dan vaksinasi booster pada orang dengan comorbid masih rendah yakni sebesar 12,1%.
Reporter: Andriani Yulianti
Part 3
Provinsi Jawa Barat
Pusat Kedokteran Tropis FKKMK UGM bersama Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FKKMK UGM bekerja sama dengan CDC USA telah melakukan kegiatan serosurvey COVID-19 di 4 provinsi di Indonesia, salah satunya di Jawa Barat. Pemaparan hasil kegiatan serosurvey COVID-19 di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan pada hari Selasa 20 Juni 2023, secara hybrid di Hotel JS luwansa Jakarta.
Kegiatan serosurvey COVID-19 di Jawa Barat melibatkan 909 partisipan. Ditemukan berbagai karakteristik yang memberikan gambaran tentang situasi vaksinasi dan seroprevalensi COVID-19 di wilayah tersebut. Mayoritas partisipan (43%) berusia 18-44 tahun, dan sebagian besar memiliki pendapatan bulanan antara 1-5 juta rupiah. Sebanyak 44% partisipan memiliki kondisi komorbid.
Penelitian ini juga menunjukkan perbedaan tingkat seroprevalensi COVID-19 antara daerah rural dan urban. Hasilnya menunjukkan bahwa seroprevalensi COVID-19 di Jawa Barat secara keseluruhan mencapai 81,7%, dengan tingkat seroprevalensi di daerah rural sebesar 79,9% dan di daerah urban sebesar 90,7%. Penentuan daerah rural dan urban menggunakan stratifikasi dari Badan Pusat Statistik (BPS). Partisipan yang menerima dosis booster vaksin menunjukkan tingkat seropositif sebesar 89%.
Selanjutnya, terdapat perbedaan keinginan untuk divaksinasi berdasarkan jenis kelamin. Perempuan memiliki keinginan lebih tinggi terhadap vaksinasi. Menariknya, masyarakat menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap vaksinasi di luar fasilitas kesehatan. Sedangkan berdasarkan jenisnya, masyarakat memilih vaksin dari luar dibandingkan vaksin dalam negeri, seperti Indovac.
Terkait pengetahuan tentang vaksin dan sikap terhadap pandemi, mayoritas responden, sebesar 80%, menyatakan bahwa vaksin tidak mampu mencegah COVID-19. Mayoritas responden (54%) juga mengungkapkan bahwa mereka tidak merasa cemas setelah periode COVID-19 varian Omicron. Sebanyak 45% responden mengatakan bahwa mereka menganggap diri mereka tidak berisiko, dan 43% bahkan menyatakan bahwa COVID-19 sudah berakhir.
Kesimpulan dari hasil serosurvey di Jawa Barat sebagai berikut:
- Tingkat vaksinasi dasar di Jawa Barat telah mencapai angka di atas 80%
- Capaian vaksin COVID-19 dosis booster pada populasi komorbid masih rendah, yaitu sebesar 20%
Masih terdapat pekerjaan rumah terkait kepercayaan masyarakat terhadap vaksinasi. Secara umum, di 4 provinsi terlihat adanya hubungan positif antara tingkat pendidikan dan keinginan untuk mengikuti vaksinasi booster. Persentase orang yang telah menerima vaksin booster meningkat seiring dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Data statistik menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menerima vaksinasi. Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi hal tersebut adalah akses informasi yang lebih baik, kepercayaan masyarakat yang lebih besar dan pemahaman tentang pentingnya vaksinasi pada mereka yang berpendidikan tinggi.
Temuan ini menggambarkan kompleksitas persepsi dan pengetahuan masyarakat terkait pandemi, dan menyoroti pentingnya pendidikan dan informasi yang akurat dalam mempromosikan pemahaman yang tepat mengenai vaksinasi dan keadaan pandemi.