Kompetensi Kesehatan Digital di Kalangan Profesional Layanan Kesehatan: Tinjauan Sistematis
The World Health Organization (WHO) mendefinisikan dan mengkategorikan intervensi kesehatan digital dalam konteks layanan kesehatan sebagai “fungsi diskret dari teknologi digital untuk mencapai tujuan sektor kesehatan”. Kerangka kerja yang dikembangkan oleh WHO mencakup berbagai alat dan intervensi digital, seperti telemonitoring, penggunaan artificial intelligence, algoritma pengambilan keputusan, dan pengumpulan data kesehatan. Berdasarkan bukti yang tersedia, digitalisasi telah meningkatkan kualitas layanan, memengaruhi berbagai hasil di tingkat sistem (misalnya, keamanan dalam pemberian obat dan lama rawat inap di rumah sakit) dan di tingkat individu (misalnya, peningkatan kemampuan fungsional/kognitif dan kepuasan pasien).
Meskipun memiliki potensi efektivitas, digitalisasi belum sepenuhnya diterapkan dalam praktik klinis. Beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai hambatan potensial, termasuk ketersediaan teknologi, sumber daya keuangan, dan keterampilan tenaga kesehatan dalam menggunakan teknologi digital. Untuk meningkatkan digitalisasi layanan kesehatan, tenaga kesehatan telah diakui sebagai faktor kunci dalam transformasi digital sektor kesehatan.
Berbagai istilah telah dikembangkan sejauh ini dalam literatur untuk merujuk pada kompetensi kesehatan digital. Istilah yang paling umum adalah eHealth literacy, yang telah didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan informasi yang diperoleh dari sumber elektronik untuk menyelesaikan masalah kesehatan. Kerangka konseptual yang menggambarkan konsep dan komponen eHealth literacy telah dikembangkan untuk warga dan pasien. Sebagai contoh, kerangka kerja Lily dari Norman dan Skinner mencakup 6 kompetensi literasi, yaitu literasi kesehatan, tradisional, informasi, ilmiah, komputer, dan media.
Sebuah tinjauan terbaru menunjukkan bahwa sebagian besar intervensi yang bertujuan meningkatkan kompetensi kesehatan digital tenaga kesehatan fokus pada kemampuan, bukan motivasi, dalam menggunakan eHealth. Intervensi yang mempromosikan kompetensi kesehatan digital sebaiknya juga mempertimbangkan faktor sosial dan lingkungan, serta pendekatan partisipatif, untuk mendukung juga aspek emosional dan psikologis dalam penggunaan teknologi. Di sisi lain, terdapat ketimpangan dalam aspek pengajaran, pengembangan diri, dan kemampuan belajar. Kerangka kerja National Health Service (NHS) mengenai kapabilitas digital mencakup domain yang berkaitan dengan kemampuan, misalnya menggunakan teknologi digital untuk pembelajaran pribadi dan mengajar orang lain.
Sebagaimana disoroti oleh tinjauan sebelumnya, kami juga menemukan bahwa kompetensi yang diteliti masih sebagian besar berfokus pada perspektif tenaga kesehatan. Namun, perhatian yang lebih besar diperlukan dalam mempertimbangkan kompetensi untuk menilai kebutuhan pasien, sikap, hambatan, faktor pendukung, dan potensi manfaat dari dilatih oleh tenaga kesehatan dalam penggunaan teknologi dan informasi elektronik secara aman dan tepat untuk masalah kesehatan.
Pengembangan kurikulum dan pelatihan berbasis bukti untuk meningkatkan kompetensi digital tenaga kesehatan secara menyeluruh, termasuk aspek non-teknis seperti kesiapan mental dan edukasi pasien penting untuk menjadi fokus utama. Oleh karena itu, dari penilaian kompetensi berdasarkan persepsi diri yang sebagian besar menyangkut isu umum, upaya kini sebaiknya diarahkan pada pengembangan alat penilaian layanan kesehatan digital yang berpusat pada pasien dan mampu mendeteksi seluruh kompetensi spesifik yang terlibat dalam seluruh proses.
Selengkapnya dapat diakses melalui: