Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Considerations for National Public Health Leadership in Advancing Sexual Health

Tantangan bidang kesehatan masyarakat terkait perilaku seksual, termasuk HIV/AIDS, penyakit menular seksual (PMS) lainnya, hepatitis virus, kehamilan tidak diinginkan, dan kekerasan seksual, merupakan masalah kesehatan dunia dan memengaruhi 3 dari 8 Millennium Development Goals seperti mengurangi mortalitas anak, meningkatkan kesehatan mental, dan melawan HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya. Tantangan ini umumnya lebih tinggi derajat keparahannya di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.

Di Inggris, terdapat hampir 400.000 diagnosis PMS baru yang muncul setiap tahunnya. Angka tersebut merupakan kenakan sejumlah 30% dari angka sejak tahun 2000. pada negara uni Eropa , lebih dari 27.00 infeksi HIV baru muncul setiap tahunnya, dan sekitar 44% dari seluruh kehamilan di Eropa merupakan kehamilan tidak diinginkan. Pada negara Australia, diperkirakan 170.000 orang hidup dengan infeksi hepatitis B dan 34% wanita melaporkan telah mengalami kekerasan seksual dalam 12 bulan terakhir. DI negara Amerika serikat, diperkirakan 19 juta PMS dan hampir 50.000 infeksi HIV baru muncul tiap tahunnya; 1,2 juta orang hidup dengan HIV/AIDS, dan 800.000 hingga 1,4 juta orang hidup dengan infeksi hepatitis B kronis; lebih dari 1,8 juta wanita mengalami kehamilan tidak diinginkan, dan 1,3 juta wanita dirudapaksa. Kelahiran pada remaja di Amerika Serikat terhitung lebih tinggi dibandingkan negara Barat lainnya. Penderita kanker di alat reproduksi, dan kanker lainnya terkait PMS seperti human papilloma virus (HPV) dan virus hepatitis B, dan isu fungsi seksual (seperti disfungsi ereksi, nyeri dalam hubungan seksual, dan libido rendah) juga merupakan kekhawatiran dalam kesehatan seksual, terutama orang dewasa di dunia.

Luaran kesehatan reproduksi dan seksual menunjukkan ketidakadilan dalam kesehatan yang sangat timpang. Beberapa kelompok terus-menerus mengalami tantangan besar dalam melindungi kesehatan seksual mereka karena keterbatasan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang meningkatkan risiko mereka untuk mengalami luaran dampak kesehatan yang buruk. Wanita sebagai kelompok yang mengalami dampak buruk lebih banyak akibat dari kehamilan tidak diinginkan dan kekerasan seksual dibandingkan pria. hal ini juga berdampak pada kelompok usia remaja; minoritas ras dan etnis; lesbi, gay, biseksual, dan transgender; lelaki seks lelaki (LSL); dan yang memiliki disabilitas. Populasi ini banyak mengalami sindemik, dua atau lebih masalah kesehatan yang berkaitan secara sinergis, yang menimbulkan beban penyakit berlebih.

Kesehatan seksual menurut Centers for Disease Control and Prevention/Health Resources and Services Administration Advisory Committee on HIV, Viral Hepatitis, and STD Prevention and Treatment (CDC/HRSA CHACHSPT) merupakan kondisi kesejahteraan yang berhubungan dengan seksualitas sepanjang hidupnya yang melibatkan dimensi fisik, emosional, mental sosial, dan spiritual. Kesehatan seksual merupakan elemen intrinsik dari kesehatan manusia berdasarkan pendekatan seksualitas, hubungan, dan reproduksi yang positif, adil, dan terhormat yang bebas dari paksaan , ketakutan, diskriminasi stigma, rasa malu, dan kekerasan. Hal tersebut, termasuk kemampuan untuk memahami manfaat, risiko, dan tanggung jawab dari perilaku seksual; pencegahan dan perawatan penyakit dan dampak buruk luaran lainnya; dan kemungkinan untuk memenuhi hubungan seksual. Secara umum, kesehatan seksual dipengaruhi oleh konteks sosio ekonomi dan budaya, termasuk peraturan, praktik, dan layanan, yang mendukung luaran kesehatan bagi individu, keluarga, dan komunitas.

Promosi kesehatan sebagai layanan kesehatan masyarakat esensial

Pemimpin dalam kesehatan masyarakat sangat memahami peran penting dari promosi kesehatan dan pembuatan keputusan yang sehat dapat mencegah penyakit infeksi dan kronis, serta cedera. Dalam beberapa dekade, pendekatan dengan promosi kesehatan telah menjadi salah satu cara untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang terkait seksualitas dan perilaku seksual yang mengilhami kesehatan seksual sebagai aspek penting dalam kesehatan secara menyeluruh dan kesejahteraan individu, keluarga , komunitas, dan negara. Beban kesehatan yang besar, pengeluaran untuk dampak buruk yang terkait perilaku seksual, dan peningkatan minat dalam menggunakan pendekatan promosi kesehatan untuk mengatasinya, sektor kesehatan masyarakat sebaiknya mempertimbangkan untuk mengatasi kesehatan seksual karena beberapa alasan.

  1. Pendekatan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan seksual secara tradisional bergantung pada intervensi, termasuk edukasi, skrining, terapi, notifikasi pasangan, imunisasi, dan layanan pencegahan lainnya, yang utamanya berfokus pada luaran negatif, seperti penyakit dan dampak buruk lainnya terkait perilaku seksual. Cara ini sering berfungsi terkategori dalam kolaborasi yang terbatas antar program dan belum memberikan hasil optimal.
  2. Semua negara menghadapi tantangan dalam menurunkan pembiayaan layanan kesehatan, sehingga membutuhkan pendekatan yang hemat biaya untuk layanan kesehatan dan kesehatan masyarakat. Anggaran yang terbatas meningkatkan efisiensi dalam pemberian layanan kesehatan dan praktik kesehatan masyarakat. Investasi pada layanan kesehatan reproduksi dan seksual dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial. Menyediakan kesehatan seksual yang lebih luas dapat membantu individu untuk membuat pilihan kesehatan seksual yang sehat dan meningkatkan pencegahan HIV, PMS lainnya, kehamilan tidak diinginkan, dan kekerasan seksual, serta dengan potensi menurunkan pembiayaan pelayanan kesehatan.
  3. Fokus kesehatan seksual konsisten dengan prioritas kesehatan nasional
  4. Misi intrinsik kesehatan masyarakat untuk menilai dan memformulasikan respon terhadap masalah kesehatan.

Kerangka promosi kesehatan seksual

shp

Dari dampak yang substansial dan biaya dampak buruk dari luaran terkait perilaku seksual, entitas kesehatan masyarakat dapat membentuk pendekatan kesehatan masyarakat yang lebih terkoordinasi untuk memajukan kesehatan seksual. Pendekatan ini dapat melengkapi dan mempersatukan kerangka kesehatan seksual untuk menekankan pentingnya promosi kesehatan dalam mendukung dan meningkatkan kontrol penyakit dan aktivitas pencegahan dalam lingkup kesehatan masyarakat. Kerangka ini meliputi 5 prinsip kunci, yakni:

  1. Mengkontektualisasikan isu. Dalam kerangka kesehatan seksual, kontrol dan pencegahan penyakit tetap merupakan fokus utama kesehatan masyarakat. Usaha dapat diperkuat dengan mendorong perspektif yang lebih kuat yang mempertimbangkan faktor kompleks pada tahap individu, relasi, komunitas, dan luaran kesehatan seksual nasional.
  2. Menekankan kesejahteraan. Kesehatan seksual membutuhkan pendekatan holistik yang dapat menggabungkan aspek fisik, emosional, mental, sosial, dan spiritual dari seksualitas. Dalam kerangka kesehatan seksual, fokus inti melakukan pendekatan holistik pada kesehatan manusia dari luaran penyakit, yang tergabung ke dalam agenda pencegahan dan kesejahteraan baru, juga dapat membantu melawan stigma yang umumnya muncul beriringan dengan kesehatan seksual.
  3. Fokus pada hubungan yang positif dan saling menghargai. Pentingnya hubungan yang penuh hormat bagi kesehatan seksual dapat menyediakan titik temu bagi tindakan dalam mencegah dan meningkatkan kesehatan. Hubungan yang positif dan saling menghargai dalam berbagai jenis (seperti orangtua-anak. pasangan, dan sebaya) menunjukkan faktor protektif bagi berbagai isu kesehatan. sehingga dapat membuat hubungan esensial yang sehat bagi perkembangan manusia.
  4. Memahami dampak seksualitas bagi kesehatan. Memahami dan mengartikulasikan komponen kesehatan seksual merupakan aspek esensial untuk penguatan pencegahan penyakit, kesehatan reproduksi, pencegahan kekerasan, dan komponen lain menjadi kerangka kesejahteraan yang lebih luas.
  5. Mengambil pendekatan sindemik untuk pencegahan. Pendekatan inklusif berpotensi memperkuat kolaborasi dan komunikasi antar staff yang menyediakan layanan yang berbeda dalam program yang beragam. Hal ini membantu merincikan divisi untuk mengatasi, masalah kesehatan seksual.

Potential benefits of a sexual health framework

Adoption of a sexual health framework as part of a multisectoral approach for public health action35 has several potential benefits. First, it has the potential to engage new and diverse partners linked by mutual goals, a commitment to addressing common determinants, and a desire to seek and enhance synergistic impacts. Second, the sexual health framework can normalize open, honest, and respectful conversations around sexuality and sexual responsibility and their contributions to overall health and well-being. Third, because STIs and other adverse health outcomes are highly stigmatized conditions, use of a broader, health-focused framework has the potential to reduce stigma, fear, and discrimination associated with these conditions. Fourth, the sexual health framework provides opportunities to enhance the efficiency and effectiveness of prevention messages and services by packaging an array of often disparately presented messages and services within a comprehensive structure

Strategi potensial untuk memajukan kesehatan seksual

Usaha untuk mengatasi masalah kesehatan menggunakan kerangka kesehatan seksual dapat menstimulasi upaya kesehatan masyarakat yang baru dan kreatif di level nasional. Strategi tersebut adalah:

  1. Memberikan kepemimpinan nasional. Pekerjaan kesehatan masyarakat yang memungkinkan kerjasama dengan partner multisektor di tingkat nasional, provinsi, dan lokal untuk mengimplementasikan pendekatan tersebut.
  2. Meningkatkan kemitraan strategis. Kemitraan yang dinamis dapat membentuk dan mendukung upaya kesehatan masyarakat. Kelompok dari berbagai sektor (seperti bisnis, layanan kesehatan, dan akademia) juga politik, agama, dan sosial penting untuk mencapai persetujuan dalam isu sulit yang membutuhkan dukungan luas dan meningkatkan upaya kesehatan seksual yang efektif.
  3. Memperkuat dasar sains: surveilans, monitoring dan evaluasi, serta penelitian. Untuk mengoptimalkan upaya kesehatan seksual nasional, kegiatan dalam domain saintifik penting, seperti meningkatkan surveilans untuk meningkatkan aktivitas monitor dan luaran terkait kesehatan seksual (seperti pengetahuan, komunikasi, sikap, akses layanan dan kelengkapan, perilaku seksual, hubungan, dan dampak buruk); monitoring evaluasi untuk menilai implementasi kegiatan kesehatan seksual; dan penelitian untuk membentuk dan menilai pendekatan pencegahan baru yang mengatasi celah dalam menggunakan kerangka kesehatan seksual secara efektif.
  4. Mendorong tindakan kebijakan yang efektif. Pembangunan dan implementasi kebijakan yang sesuai dapat mendukung akses yang lebih baik ke pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual yang aman, lingkungan yang mendukung (bebas tekanan, diskriminasi, dan kekerasan) yang dapat berdampak pada perilaku seksual. Pemangku kebijakan dapat mengidentifikasi dan mendukung kebijakan berdasarkan bukti terkait kesehatan seksual.
  5. Memperkuat infrastruktur dan memberikan pelatihan penyediaan layanan kesehatan seksual yang layak
  6. Mendukung kesadaran dan meningkatkan pengetahuan lewat komunikasi dan edukasi

Komunikasi dapat diperkuat untuk membuat upaya yang sinergis dalam mengupayakan kesehatan seksual. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan secara umum mengenai kesehatan seksual penting untuk dilakukan bagi masyarakat, komunitas, organisasi, dan pemangku kebijakan lainnya.

Selengkapnya dapat mengakses: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3562752/