Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Memperingati Hari Lanjut: Usia Pola Tidur pada Lanjut Usia

image: https://www.mattressclarity.com/wp-content/uploads/2018/11/elderly_man_sleeping.jpg 

Seorang bapak lanjut usia, minta kepada keluarganya mengantarkan dirinya untuk bertemu dokter di Poliklinik. Bapak tersebut menyampaikan kepada keluarganya, pola tidurnya menjadi berubah dibandingkan sebelumnya. Akhir-akhir ini ia tidak dapat tidur seperti dulu. Dahulu saat sudah tertidur, ia dapat tidur hingga bangun di pagi hari, tanpa terputus (utuh). Belakangan ini, terjadi perubahan pola tidur, dimana tidurnya pasti ada periode terbangun di malam hari, terputus-putus, kemudian terkadang masih dapat melanjutkan tidur dan lain waktu tidak dapat lagi melanjutkan tidur.

Tidur sangat berhubungan dengan kondisi fisik dan psikis sehingga tidur merupakan salah satu indikator yang sering dievaluasi berbagai praktisi kesehatan untuk mengetahui kondisi kesehatan seseorang apakah terdapat penyakit tertentu atau sudah ada perbaikan dalam proses pemulihannya. Banyak gangguan kesehatan justru terdeteksi dari munculnya gangguan tidur yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Di sisi lain, hasil evaluasi tidurnya yang sudah mulai teratur mengindikasikan keadaan kesehatan seseorang yang dalam proses pemulihan telah mengalami kemajuan.

Sampai saat ini belum ada literatur yang menjelaskan secara komprehensif mengenai pemahaman manusia tentang tidur. Padahal semua manusia membutuhkan tidur. Walaupun demikian, penelitian demi penelitian tentang tidur terus dilanjutkan dari waktu ke waktu, guna memahaminya secara mendalam. Para ahli mempunyai kesepakatan umum bahwa tidur sangat berhubungan erat dengan proses fisiologis dan psikologis. Selain itu, para ahli juga memiliki pendapat yang relatif sama tentang kemungkinan-kemungkinan fungsi dari tidur, yaitu: tidur berperan saat perbaikan dan pemulihan fisik dan psikis, konsolidasi memori, konservasi energi, dan juga ikut berperan dalam pertumbuhan dan perbaikan sel-sel saraf dan mengatur ulang keadaan emosi. Hal ini menggambarkan betapa manusia membutuhkan tidur dikarenakan tidur terkait erat dengan kualitas hidup seseorang. Tidur yang terganggu dapat hampir mempengaruhi semua aspek pada diri seseorang.

Studi dari berbagai literatur menunjukkan proses tidur yang sama pada semua golongan usia. Keadaan tidur yang normal terbagi menjadi dua, yaitu rapid eye movement (REM) dan non-rapid eye movement (Non-REM). Tidur Non-REM terdiri dari 4 tahap.

  • Tahap 1, sebanyak 5% dari jumlah total tidur, merupakan tahapan tidur paling ringan dengan karakteristik tampak sangat tenang, nafas dan denyut nadi melambat, tekanan darah menurun dan kadang masih ada episode pergerakan badan.
  • Tahap 2, merupakan persentase paling besar dari jumlah total tidur dengan kondisi tidur masih mirip dengan tahap satu.
  • Tahap 3 dan 4, 25% dari jumlah total tidur, pada tahap ini terjadi tidur yang paling dalam dan rileks. Gangguan tidur seperti mimpi buruk, berjalan sambil tidur dan mengompol terjadi pada tahap ini. Tahap 3 dan 4, persentasenya akan menurun seiring bertambahnya usia. Tidur REM ditandai dengan tidak adanya lagi gerakan tubuh, meningkatnya denyut nadi, pernapasan juga tekanan darah, mimpi, ereksi alat kelamin. Tidur REM yang mengisi 25% dari total proses tidur, juga akan menurun persentasenya seiring bertambahnya usia.

Siklus transisi tidur Non-REM dan REM dalam satu malam terdiri dari empat sampai lima kali. Jam tidur total normal pada orang dewasa adalah lima sampai sembilan jam. Dari beberapa catatan di atas terlihat dalam proses tidurnya sama, terdapat beberapa tahapan dari proses tidur normal yang terlihat penurunan persentasenya seiring bertambahnya usia. Hal ini mengakibatkan berkurangnya masing-masing siklus tidurnya. Siklus yang berkurang ini menyebabkan satu siklus ke siklus berikutnya tidak berkesinambungan lagi secara utuh, sehingga seseorang yang mengalami pengurangan siklus akan sering terbangun malam hari, dengan kata lain siklus tidurnya terfragmentasi. Kondisi tidur yang terfragmentasi ini tentu akan mengurangi jumlah total tidur pada lanjut usia. Literatur menyatakan kondisi penurunan jumlah total tidur ini berhubungan dengan lanjut usia, dengan perkiraan jumlah waktu satu sampai dua jam. Fenomena ini menyebabkan efisiensi tidur akan berkurang walaupun seseorang lebih lama berada di tempat tidur dalam kondisi waktu siklus tidurnya berkurang.

Bagaimana dengan skenario kasus lanjut usia pada awal tulisan ini? Apakah kondisi tersebut merupakan kondisi alami yang ada di lanjut usia? Dalam kasus tersebut, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut. Salah satu aspek yang harus ditelusuri di saat lanjut usia adalah nyeri. Nyeri adalah keluhan paling umum yang ditemukan dan sangat berhubungan dengan kualitas tidur. Sering buang air kecil juga salah satu yang umum terjadi yang mengakibatkan sering terbangun di malam hari. Keadaan psikologis juga dapat mempengaruhi tidur dan gangguan tidur dapat mempengaruhi kondisi psikologis.

Langkah-langkah yang dapat dipertimbangkan jika mengalami gangguan tidur pada lanjut usia.

  1. Menerima bahwa pola tidur memang sudah berubah saat lanjut usia dan perubahan yang terjadi dipastikan bukan karena adanya gangguan psikologis dan kelainan fisik.
  2. Menghindari makan berlebihan, terutama makanan yang meningkatkan dorongan buang air kecil seperti kopi dan teh, menjelang tidur.
  3. Membuat jadwal waktu tidur dan bangun yang teratur, walaupun sulit masuk tidur, tetap harus diusahakan bangun dan berangkat tidur pada jam sama setiap harinya.
  4. Jika sudah di tempat tidur selama 20 menit dan tidak dapat tidur, sebaiknya bangkit dari tempat tidur dan melakukan kegiatan fisik sesuai kemampuan serta kembali ke tempat tidur ketika sudah mengantuk.
  5. Kamar tidur sebaiknya hanya untuk tidur. Kegiatan lain seperti membaca, menonton televisi dan menggunakan alat elektronik lainnya disarankan dilakukan di luar kamar tidur.
  6. Menghindari waktu tidur siang yang lama dan tidak olahraga yang berlebihan di malam hari.
  7. Tidur dalam kondisi gelap. Suasana kamar yang gelap akan merangsang keluarnya hormon melatonin yang mengatur sistem sirkadian untuk mengatur jam tidur.
  8. Lingkungan kamar tidur diusahakan tenang dan nyaman.
  9. Menggunakan teknik relaksasi.
  10. Sangat tidak dianjurkan menggunakan obat apapun terkait masalah tidur tanpa pengawasan dokter.

Perubahan pola tidur memang terjadi pada lanjut usia. Sehingga pada lanjut usia ketika terjadi perubahan pola tidur, harus dicoba observasi terlebih dahulu, untuk membedakan apakah ini sebagai proses alamiah karena semakin bertambahnya usia atau gangguan tidur lainnya yang perlu berkonsultasi dengan profesi kesehatan.

Penulis:

Sabar P Siregar,
Praktisi Psikiater Dokdiknis
RS Soerojo Magelang