Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Pentingnya Menjaga Kualitas Layanan Kesehatan Anak pada Kondisi Kasus Gawat Darurat Kesehatan Mental

Kondisi kesehatan mental anak dan remaja kini telah menjadi perhatian besar di banyak negara. Sayangnya, pengetahuan tentang kualitas layanan kesehatan mental dan pengalaman keluarga dalam perawatan selama periode perawatan masih terbatas. Peningkatan kasus krisis kesehatan mental anak faktanya tidak selalu sejalan dengan ketersediaan tempat perawatan di rumah sakit jiwa. Akibatnya, banyak anak dan remaja yang harus menunggu di unit gawat darurat atau ruang rawat inap rumah sakit umum. Kondisi kekosongan menunggu di unit gawat darurat tersebut disebut mental health boarding. Sebuah penelitian kualitatif oleh McCarty et al. (2022) menyoroti pengalaman orang tua dan tenaga kesehatan dalam menghadapi situasi ini.

Penelitian ini menemukan bahwa masa “boarding” sering kali tidak memberi lingkungan yang benar-benar mendukung pemulihan anak. Seluruh informan baik orang tua maupun dokter memiliki pendapat bahwa pengalaman ini mirip seperti berada di ruang tahanan. Persepsi ini muncul karena informan mengungkapkan bahwa kondisi boarding hanya diisi dengan aktivitas yang terbatas sehingga justru memperburuk kecemasan maupun depresi anak. Penelitian ini juga mengidentifikasi tiga aspek penting yang mempengaruhi kualitas layanan: (1) infrastruktur pelayanan seperti pelatihan tenaga kesehatan, komposisi tim, dan kondisi fisik ruang rawat; (2) proses pelayanan mencakup komunikasi, pembagian peran, serta prosedur yang jelas; dan (3) luaran yang terukur, seperti keselamatan pasien, pengalaman keluarga, status kesehatan mental, kecepatan penanganan, dan beban emosional tenaga kesehatan.

Bagi praktisi kesehatan, temuan ini menjadi pengingat penting untuk menyeimbangkan aspek keselamatan dalam kondisi gawat darurat secara komprehensif. Implikasinya, rumah sakit perlu berinovasi dalam menciptakan lingkungan boarding yang lebih ramah dan terapeutik. Contohnya dapat dilakukan dengan menyediakan ruang aktivitas fisik sederhana yang nyaman serta memperkuat koordinasi antar profesi. Selain itu, komunikasi yang jelas dan konsisten antara tenaga kesehatan dengan keluarga pasien penting dipertimbangkan. Dukungan kebijakan publik dan peningkatan sumber daya di komunitas juga penting agar anak-anak tidak berlarut-larut menunggu perawatan. Penelitian ini memberi pesan jelas: boarding bukan sekadar waktu tunggu melainkan periode kritis yang harus dikelola dengan bijak agar tidak memperburuk kondisi mental anak. Melalui perbaikan kualitas layanan pada masa tunggu, generasi muda dapat terlindungi dari dampak jangka panjang krisis kesehatan mental.

Disarikan oleh:
Nikita Widya Permata Sari, S. Gz., MPH (Peneliti Divisi Mutu PKMK FK-KMK UGM)

Selengkapnya:
https://shmpublications.onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/jhm.12906