Kerangka Acuan
Kamis 23 Oktober 2025  |  Pukul 13.00 - 15.00 WIB
Situasi Saat Ini: Operasi tetap menjadi salah satu cara paling efektif untuk mengurangi angka kematian, dengan lebih dari 300 juta prosedur dilakukan secara global setiap tahun. Namun, sekitar 40% operasi mengakibatkan berbagai komplikasi. Komplikasi ini menyebabkan waktu pemulihan yang lebih lama, peningkatan biaya perawatan kesehatan, dan luaran pasien yang negatif. Keadaan ini tidak cocok untuk sistem kesehatan yang membutuhkan efisiensi, terlebih di masa JKN. Oleh karena itu diperlukan implementasi strategi pelayanan perioperatif yang efektif secara lebih konsisten.
Apa Solusinya? Berbagai teknik efisiensi saat ini dikembangkan di global. Salahsatunya adalah penerapan Protokol ERAS® (Enhanced Recovery After Surgery) yang telah terbukti secara signifikan mengurangi: (1) komplikasi pascaoperasi, (2) memperpendek masa rawat inap, dan (3) mempercepat pemulihan pasien. Studi menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap pedoman ERAS® dapat mengurangi masa rawat inap di rumah sakit hingga lebih dari 30%, menghasilkan penghematan biaya sebesar €2.500 hingga €5.500 per operasi di Inggris. Peningkatan ini tidak hanya meningkatkan luaran pasien tetapi juga memberikan efisiensi yang tinggi bagi penyedia layanan kesehatan.
Webinar ini menyajikan program ERAS®, yang dikembangkan oleh ERAS® Society dan diimplementasikan oleh Encare, yang dirancang untuk meningkatkan perawatan perioperatif dan luaran pasien menggunakan praktik berbasis bukti. Program ini mencakup Protokol ERAS®, Sistem Audit Interaktif ERAS® (EIAS), dan Program Implementasi ERAS® (EIP). Encare berkolaborasi dengan ERAS® Society untuk menawarkan EIAS dan EIP secara global kepada rumah sakit dan sistem kesehatan, menyediakan perangkat penting untuk implementasi yang efektif.
Tujuan Kegiatan:
- Memahami konsep ERAS sebagai alat untuk peningkatan efisiensi pelayanan klinisi.
- Menyajikan berbagai pengalaman klinisi di terkait dengan upaya mempercepat pemulihan pasca operasi di Indonesia
- Membahas kemungkinan implementasi ERAS di RS Indoenesia
Pembicara:
Eva Reinander (Encare, ERAS@ Society)
Pembahas:
Dr. dr. Birowo SpAn(K) Departemen Anastesi
dengan pembahas lainnya dari: Instalasi Kamar Bedah dan Anestesiologi RS Sardjito, Kepala KSM Bedah, KaKSM Kebidaan dan Kandungan, KaKSM Ortopedi, KaKSM Urologi, Kepala Departemen Keperawatan Bedah, dan lain-lain.
Fasilitator:
Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM: Dr. dr. Hanevi Jasri MARS, dan Prof. Laksono Trisnantoro.
Materi
| Pengantar Diskusi Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD
 | materi | 
| Dr. dr. Birowo SpAn(K) | materi | 
 
 
Reportase
Pusat Kebijakan & Manajemen Kesehatan PKMK FK-KMK UGM bersama Departemen Anestesiologi dan Bedah RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta menyelenggarakan Webinar Internasional untuk membahas urgensi penerapan Enhanced Recovery After Surgery (ERAS) sebagai strategi kunci mencapai efisiensi biaya dan kualitas luaran pasien di tengah tantangan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada Kamis (23/10/2025). Acara ini menghadirkan pembicara dengan perspektif global dari Encare, serta pandangan manajerial, klinis, dan kebijakan dari pakar kesehatan Indonesia.
Sesi Pembukaan dan Kritik terhadap Praktik Bedah
 Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D. (PKMK FK-KMK UGM) membuka sesi dengan membuka diskusi terhadap praktik bedah. Beliau menyoroti bahwa variasi lama rawat Inap (LOS) yang lebar dalam prosedur seperti operasi kolon menunjukkan ruang perbaikan yang besar di Indonesia.
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D. (PKMK FK-KMK UGM) membuka sesi dengan membuka diskusi terhadap praktik bedah. Beliau menyoroti bahwa variasi lama rawat Inap (LOS) yang lebar dalam prosedur seperti operasi kolon menunjukkan ruang perbaikan yang besar di Indonesia.
"Efisiensi bukan berarti mahal. Kualitas tidak selalu berbanding lurus dengan biaya tinggi. Saat ini, banyak praktik tradisional justru memilih yang terburuk bagi pasien, yang mengakibatkan LOS panjang dan biaya tinggi," tegas Prof. Laksono.
Pembicara mendorong para klinisi dan manajer untuk membuat case study mendalam di Indonesia, menggunakan data yang detail, untuk membuktikan hasil nyata peran ERAS. Prof. Laksono juga menyoroti potensi pemanfaatan data BPJS untuk mengidentifikasi area yang belum efisien dan membandingkannya dengan luaran setelah implementasi ERAS.
ERAS: Prinsip Kualitas dan Kepatuhan (Eva Reinander, Encare)
 Eva Reinander dan dr. Winner, MARS, MMedSc.,MSc (Encare, ERAS® Society) menegaskan bahwa prinsip utama ERAS adalah menjadikan kualitas berbasis praktik terbaik (evidence-based best practice) sebagai motor efisiensi. ERAS merupakan langkah niat untuk membuat efisiensi dengan mengurangi tradisi yang tidak lagi menguntungkan pasien. Eva menjelaskan bahwa untuk mencapai efisiensi dan cost saving yang tinggi seperti yang telah terbukti di Amerika Selatan, Korea Selatan, dan Australia diperlukan sistem audit yang ketat (seperti EIAS) untuk memastikan kepatuhan yang konsisten. Kehadiran teknologi audit inilah yang mengatasi tantangan terbesar dalam implementasi: compliance decay atau penurunan kepatuhan seiring waktu.
Eva Reinander dan dr. Winner, MARS, MMedSc.,MSc (Encare, ERAS® Society) menegaskan bahwa prinsip utama ERAS adalah menjadikan kualitas berbasis praktik terbaik (evidence-based best practice) sebagai motor efisiensi. ERAS merupakan langkah niat untuk membuat efisiensi dengan mengurangi tradisi yang tidak lagi menguntungkan pasien. Eva menjelaskan bahwa untuk mencapai efisiensi dan cost saving yang tinggi seperti yang telah terbukti di Amerika Selatan, Korea Selatan, dan Australia diperlukan sistem audit yang ketat (seperti EIAS) untuk memastikan kepatuhan yang konsisten. Kehadiran teknologi audit inilah yang mengatasi tantangan terbesar dalam implementasi: compliance decay atau penurunan kepatuhan seiring waktu.
 
Dinamika Klinis: Anestesiologi dan Kontrol Stres Fisiologis (Dr. dr. Birowo, SpAn(K))
 Dr. dr. Birowo, SpAn(K) (Departemen Anestesiologi) membahas implementasi ERAS sebagai tantangan untuk mengubah budaya dan doktrin tradisional dalam pelayanan bedah. Beliau menjelaskan bahwa ERAS adalah usaha untuk memodifikasi respons stres fisiologis dan psikologis terhadap operasi besar melalui pendekatan multimodal. Protokol Anestesi ERAS yaitu:
Dr. dr. Birowo, SpAn(K) (Departemen Anestesiologi) membahas implementasi ERAS sebagai tantangan untuk mengubah budaya dan doktrin tradisional dalam pelayanan bedah. Beliau menjelaskan bahwa ERAS adalah usaha untuk memodifikasi respons stres fisiologis dan psikologis terhadap operasi besar melalui pendekatan multimodal. Protokol Anestesi ERAS yaitu:
- Terkait Puasa Singkat dan Cairan, Dr. Birowo mengonfirmasi bahwa diperbolehkan memberikan cairan karbohidrat tinggi 2 jam sebelum masuk kamar operasi. Hal ini bertujuan menghindari dehidrasi yang memicu fluid overload (kelebihan cairan) saat intra-operasi, yang terbukti menghambat penyembuhan luka dan proses pemulihan.
- Kaitannya dengan Analgesia dan Mobilisasi, protokol anestesi ERAS menekankan analgesia multimodal opioid sparing dan dukungan untuk mobilisasi dini.
Perspektif Mutu Pelayanan dan JKN (Dr. dr. Hanevi Djasri, MARS, FISQUA)
 Dr. dr. Hanevi Djasri, MARS, FISQUA (Spesialis Mutu Pelayanan) menyoroti pentingnya ERAS dari sudut pandang mutu dan kebijakan. Terkait mutu dan biaya, Dr. Hanevi menekankan bahwa mutu yang baik tidak selalu harus mahal. ERAS membuktikan bahwa kualitas didasarkan pada praktik terbaik (best practice) yang terbukti ilmiah, yang secara otomatis membawa efisiensi. Kemudian soal tantangan kepatuhan terdapat hambatan terbesar dalam implementasi ERAS di Indonesia adalah budaya organisasi dan masalah kepatuhan yang tidak konsisten (compliance decay). Terakhir, kaitannya dengan strategi penguatan mutu, dalam rangka mengatasi hambatan budaya dan memastikan keberlanjutan mutu, manajemen harus menggunakan data audit yang transparan (misalnya dari sistem EIAS) sebagai alat umpan balik untuk membangun akuntabilitas dan kolaborasi lintas disiplin. ERAS adalah inisiatif yang sangat sejalan dengan tuntutan JKN menuju pelayanan kesehatan berbasis nilai (value-based healthcare).
Dr. dr. Hanevi Djasri, MARS, FISQUA (Spesialis Mutu Pelayanan) menyoroti pentingnya ERAS dari sudut pandang mutu dan kebijakan. Terkait mutu dan biaya, Dr. Hanevi menekankan bahwa mutu yang baik tidak selalu harus mahal. ERAS membuktikan bahwa kualitas didasarkan pada praktik terbaik (best practice) yang terbukti ilmiah, yang secara otomatis membawa efisiensi. Kemudian soal tantangan kepatuhan terdapat hambatan terbesar dalam implementasi ERAS di Indonesia adalah budaya organisasi dan masalah kepatuhan yang tidak konsisten (compliance decay). Terakhir, kaitannya dengan strategi penguatan mutu, dalam rangka mengatasi hambatan budaya dan memastikan keberlanjutan mutu, manajemen harus menggunakan data audit yang transparan (misalnya dari sistem EIAS) sebagai alat umpan balik untuk membangun akuntabilitas dan kolaborasi lintas disiplin. ERAS adalah inisiatif yang sangat sejalan dengan tuntutan JKN menuju pelayanan kesehatan berbasis nilai (value-based healthcare).
Strategi Manajemen: Insentif dan Efisiensi Tempat Tidur (Dr. dr. Darwito, SpB Onk (K))
 Dr. dr. Darwito, SpB Onk (K) (Direktur RSA UGM) memaparkan bagaimana manajemen menerjemahkan ERAS sebagai alat untuk efisiensi dan kualitas:
Dr. dr. Darwito, SpB Onk (K) (Direktur RSA UGM) memaparkan bagaimana manajemen menerjemahkan ERAS sebagai alat untuk efisiensi dan kualitas:
- Program terukur, hal ini dilakukan RSA UGM dengan memprogramkan inisiatif Fast-Track, termasuk untuk Seksio Sesarea (Caesarean Section), yang berhasil memangkas LOS dari satu minggu menjadi tiga hari.
- Poli Perioperatif diupayakan melalui kunci dari manajemen adalah Poliklinik Perioperatif yang sudah stand by di RSA UGM. Poliklinik ini memastikan pasien dioptimasi di fase pra-admisi (sebelum masuk OP), sehingga 60% pasien sudah siap operasi.
- Insentif tim diberikan untuk mendorong kepatuhan, tim yang berhasil menjalankan fast-track diberikan insentif per pasien (sekitar Rp 500.000). Hal ini membuktikan bahwa ERAS adalah investasi yang menguntungkan.
- Sehingga hal tersebut menghasilkan dampak efisiensi → "RS dapat efisien. Adanya keterbatasan bisa 1 Tempat Tidur (TT) yang harusnya dipakai 7 hari bisa di cut menjadi efisiensi. Pasien tenang, dokter tenang," ujar Dr. Darwito, menekankan manfaat langsung ERAS pada manajemen pemanfaatan tempat tidur.
Sesi Diskusi Kritis dan Tindak Lanjut
- Sektor Swasta → Eva Reinander mengonfirmasi bahwa sangat mungkin bagi rumah sakit swasta yang sebagian besar klinisinya part-timer untuk mengimplementasikan ERAS, asalkan ada komitmen dan penggunaan sistem audit (EIAS) untuk menjaga standar.
- Kerja Tim → Dr. Birowo kembali menekankan bahwa ERAS adalah keputusan multidisiplin yang melibatkan psikolog, ahli gizi, perawat, dan manajer, serta membutuhkan manajemen rehabilitasi medis dan kerja tim yang erat.
Webinar ditutup oleh Prof. Laksono yang menegaskan bahwa hasil diskusi ini menjadi modal penting bagi pengembangan kebijakan kesehatan berbasis bukti di Indonesia. Materi kegiatan dapat diakses melalui mutupelayanankesehatan.net
video webinar
Reporter:
Salwa Nada Agfi Arofah (Divisi Manajemen Mutu, PKMK UGM)