Antara Clinical Leader dengan Clinical Performance

edi4febUS News tiap tahun mengeluarkan daftar rumah-sakit terbaik, hampir selama 20 tahun berturut-turut, Mayo Clinic selalu menjadi salah satu RS terbaik.

Mayo Clinic adalah jejaring RS dan sarana pelayanan kesehatan lainnya yang bersifat swasta not-for-profit yang mulai didirikan sejak 120 tahun lalu di Rochester, Minnesota, Amerika.

Saat ini Mayo Clinic mengkhususkan dirinya untuk menangani kasus-kasus sulit (tertiary care) serta terkenal akan inovasi dan terapi yang efektif. Banyak pasien dirujuk ke Mayo Clinic dari berbagai daerah di Amerika dan juga belahan dunia lain.
Tiga prinsip utama yang dikatakan oleh pengelola Mayo Clinic untuk menjadi The Best Hospitals (atau juga World Class Hospital) adalah: Mengutamakan pelayanan bukan keuntungan, mengutamakan pelayanan dan kesejahteraan pasien, dan mendorong setiap staf untuk meningkatkan profesionalisme.

Meski hampir semua sarana pelayanan kesehatan saat ini menyatakan diri mengutamakan ketiga hal diatas namun Mayo Clinic secara konsisiten selalu menerapkan hal tersebut dalam operasinal sehari-hari. Untuk pengelolaan SDM terutama faktor kepemimpinan mereka mengembangkan leadership model dimana: Para klinisi diminta memimpin institusi baik pelayanan, pendidikan dan penelitian; Para klinisi diminta meningkatkan kemampuan leadership melalui learning-by-doing saat praktek kedokteran; Hubungan klinisi dan manajer sangat erat bahkan disamakan dengan hubungan "pernikahan"; Klinisi juga mengikuti sistem penggajian seperti SDM lainnya dan diharapkan dapat bekerja di Mayo Clinic hingga masa pensiun.

Pengalaman Mayo Clinic dan juga berbagai sarana pelayanan lainnya telah membuktikan bahwa kompetensi para pemimpin klinis (clinical leaders) sangat berpengaruh dalam kinerja pelayanan klinis (clinical performance). Pengalaman ini juga dapat menjadi masukan untuk mewujudkan mimpi "world class health care" di Indonesia yaitu dengan melakukan upaya sungguh-sungguh dari berbagai pihak untuk meningkatkan kompetensi kepemimpinan para clinical leader. Hal ini dapat dimulai sejak masa pendidikan dengan memasukkan kurikulum leadership, saat rekruitmen oleh sarana pelayanan kesehatan dengan menilai kompetensi kepemimpinan, dan saat bekerja dengan menyusun program pelatihan kepemimpinan secara periodik. (hd)