Model Penelitian “Mixed Method Evaluation”
(Sebuah Alat Ukur Optimalisasi Pelaksanaan Audit Keselamatan Pasien dan Metode Evaluasi Sistem Audit)
Apa yang secara umum dan selama ini kita pahami sebagai faktor-faktor yang berkaitan langsung dengan mutu pelayanan kesehatan serta tingkat keselamatan pasien hanya berkisar pada tata kelola/manajemen penyedia layanan kesehatan, kompetensi tenaga medis, fasilitas, peralatan medis dan kemutakhiran teknologi medis. Hal tersebut menjadi wajar jika terdapat faktor di luar pemahaman umum tersebut belum mendapat perhatian yang semestinya di lingkungan medis Indonesia. Adapun faktor yang dimaksud adalah audit keselamatan pasien.
Audit keselamatan pasien, terlepas dari urgensi fungsinya secara teoritik memang belum tergolong dalam jenis isu atau diskursus yang cukup populer serta belum ditanggapi secara memadai dalam dunia medis di Indonesia. Penyebab ketidakpopuleran tersebut adalah perhatian khalayak umum yang cenderung hanya tertuju pada isu-isu dan persoalan medis konvensional, juga disebabkan oleh karaguan dan pesimisme banyak pihak akan keseriusan pelaksanaannya serta potensi outcome yang dapat secara konkrit dihasilkan. Model pelaksanaan audit yang bersifat internal serta jangkauan publikasi hasil audit yang terbatas bagi kalangan sendiri (internal rumah sakit), berikut minimnya hasil-hasil nyata yang dapat dirasakan secara langsung dalam konteks perbaikan mutu pelayanan serta kemajuan sistem prevensi medical error, kerap mengundang kecurigaan tentang pelaksanaan audit yang hanya bersifat formalitas dan seadanya. Meskipun hal ini tentu saja tidak berlaku universal, namun dapat dikatakan bahwa sebagian besar rumah sakit di Indonesia memang belum mampu menunjukkan performa pelayanan yang prima.
Berbagai indikasi atau kecurigaan di atas tentu belum cukup dijadikan pijakan untuk menarik suatu kesimpulan apalagi menilai baik-buruknya pelaksanaan audit rumah sakit di Indonesia. Diperlukan setidaknya beberapa tahapan pengujian yang sistematis dan terukur serta dilandaskan pada metodologi berikut instrumen (alat uji) yang jelas. Dengan kata lain, diperlukan satu rangkaian penelitian yang mencakup keseluruhan aspek dalam pelaksanaan audit untuk menarik kesimpulan sekaligus memberikan masukan atau rekomendasi evaluasi sistem audit, dan terpenting dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Walaupun demikian, di samping penelitian pendekatan komparatif antara praktik pelaksanaan audit dengan apa yang secara teoritik ditetapkan sebagai model atau pola audit yang ideal dapat dilakukan sebagai bentuk tahapan awal untuk setidaknya mendapat gambaran berupa satu kesimpulan sementara (hipotesis).
Cara kerja pendekatan komparatif misalnya dapat dilakukan dengan menyusun daftar pertanyaan-pertanyaan perivikatif yang berkaitan dengan sifat dan prinsip-prinsip dasar pelaksanaan audit yang ideal secara teoritik. Cara ini bertujuan untuk mendeteksi tingkat kesesuaian antara pelaksanaan audit dengan ketetapan prinsip-prinsip teoritik sebuah audit yang ideal. Adapaun prinsip-prinsip dasar ideal yang perlu diketahui sebagai sifat sebuah pelaksanaan audit yang baik meliputi independensi, objektivitas, verifikasi ketersediaan sistem konsultasi mengenai resiko kerugian pasien, dan terpenting audit yang baik harus mampu mendorong kesinambungan peningkatan peluang keselamatan pasien. Sementara, list pertanyaan dapat mencakup objektivitas tim auditor, independensi tim auditor, sejauh mana hasil audit yang berupa outcomes ditindaklanjuti dan dikonversi menjadi kebijakan atau agenda evaluasi, hingga pada pertanyaan yang berkaitan dengan tindakan nyata yang dilakukan pihak manajemen/decission maker paska audit. Selanjutnya jawaban-jawaban yang diperoleh dari list pertanyaan yang diajukan tersebut dikomparasikan dengan standar ideal teoritik yang ditetapkan sebelumnya, untuk selanjutnya diolah sebagai bahan penarikan hipotesis. Cara ini cukup valid untuk sekedar melihat kecenderungan keseuaian das sein dan das sollen.
Sebelum lebih jauh masuk pada ulasan tentang pengujian audit yang berbasis pada penelitian. Beberapa hal yang penting untuk diketahui bersama guna menciptakan persepsi yang sebangun tentang audit internal adalah kriteria-kriteria apa saja yang harus dipenuhi sebagai pra syarat guna menciptakan suatu sistem audit internal yang baik. Kriteria pertama adalah persepsi yang tepat dalam memaknai istilah "internal" pada konteks audit keselamatan pasien. Merujuk pada jurnal yang dipublikasikan BMC Health Services Research (2013), istilah internal tidak serta merta dapat dimaknai sebagai pelaksanaan audit yang laik disangsikan tingkat objektivitas penilaiannya karena dilakukan oleh rekan sejawat pada satu departemen atau instansi yang sama. BMC Health Service Research juga menetapkan definisi istilah "internal" sebagai beberapa orang/staf yang berasal dari departemen atau istansi yang sama yang telah dibekali kompetensi/kecakapan di bidang audit dari pelatihan yang diselenggarakan oleh instansi bersangkutan, tetapi memiliki ruang kerja yang spesifik (kerja auditing) pada badan tersendiri yang bersifat independen sekaligus memiliki otoritas tertentu. Artinya sebuah proses audit internal dikatakan memenuhi salah satu syarat, apabila model pengaturan kelembagaan yang berkaitan dengan kerja audit menyerupai definisi sebagaimana diuraikan oleh BMC Health Service Research tersebut. Sementara pra-syarat lain yang harus dipenuhi terkait pelaksanaan audit internal adalah pelibatan healthcare professional pada tahap evaluasi paska audit. Sudahkah kriteria dan pra-syarat tersebut dipenuhi dalam pelaksanaan audit internal keselamatan pasien di Indonesia?
Lebih lanjut, melalui artikel ini penulis berinisiatif memperkenalkan satu model pendekatan penelitian yang di samping berfungsi sebagai alat uji dan sarana penilaian/penarikan kesimpualan, juga secara bersamaan dapat dimanfaatkan/difungsikan sebagai instrumen evaluasi suatu sistem audit. Inisiatif ini berangkat dari kondisi serta berbagai persoalan umum yang masih kerap terjadi dalam dunia kesehatan di Indonesia. Sebagaimana telah disinggung di awal artikel ini, audit internal dalam konteks keselamatan pasien kerap direspon dan ditanggapi secara apriori oleh banyak kalangan. Penyebabnya bisa sangat beragam, salah satu yang paling penting adalah berkaitan dengan sistem dan mekanisme pelaksanaan audit internal yang urung menimbulkan keyakinan publik terkait objektivitas dan urgensi hasilnya. Namun satu hal yang pasti adalah bahwa ragam situasi dan persoalan-persoalan tersebut masih berada pada wilayah yang sangat kabur. Oleh karena itu, upaya penulis memperkenalkan suatu model penelitian dan instrumet evaluasi ini dapat dikatakan sebagai usaha untuk menarik persolan tersebut pada ruang diskursus akademik yang lebih terang.
Mixed Method Evaluation
Mixed method Evaluation dilakukan dengan menggabungkan instrumen pengukuran kualitatif dan kuantitatif untuk mengukur beberapa hasil audit pada tingkat yang berbeda, yakni: pengaruh pada tingkat keselamatan pasien, perubahan/peningkatan kinerja tenaga profesional/tenaga medis, dan pengaruh terhadap kelembagaan/organisasi. Peneliti menggunakan instrumen secara luas diterapkan dan diteliti secara mendalam untuk mengukur efek samping, pengalaman pasien, kerja tim, dan budaya keselamatan pasien di antara penyedia layanan kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem audit untuk memantau dan meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit. Desain penelitian ini menentukan waktu untuk tahapan pengambilan data selama 18 bulan yang dibagi menjadi 2 tahapan waktu, tahapan pertama yakni proses pengumpulan data selama 3 bulan sebelum dilakukan audit hingga audit dimulai sedangkan tahapan kedua dilakukan proses pengumpulan data setelah proses audit selesai hingga 15 bulan berikutnya. Data primer yang dikumpulkan berupa efek samping dan komplikasi. Data sekunder berupa pengalaman pasien, rasio standar kematian, pasien rawat inap, budaya keselamatan pasien, dan iklim tim. Data-data lain yang dikumpulkan berupa ulasan rekam medis, kuesioner, data administrasi rumah sakit, dan pengamatan untuk menilai hasil.
Tujuan spesifik dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek dari audit pada hasil keselamatan pasien dan kinerja penyedia layanan kesehatan. Pertanyaan utama penelitian adalah :
- Apakah audit berpengaruh pada peningkatan keselamatan pasien dan peningkatan profesionalitas pelayanan rumah sakit?
- Apa saja yang mendasari proses dan mekanisme efek keselamatan pasien pada saat audit dilakukan?
Metode dan instrumen yang digunakan dalam sistem audit
sistem audit |
metode |
Instrumen |
pengukuran |
Mempelajari kebijakan dan kualitas indikator |
Alat penilaian diri secara online berdasarkan standar praktek hukum, nasional, dan profesional |
wawancara semi-terstruktur dari penyedia layanan kesehatan |
Bentuk standar wawancara |
|
pengamatan sistematis (diskusi misalnya dokter komplikasi dan handover pasien) |
Bentuk standar observasi |
|
Kuesioner tentang tim fungsi penyedia layanan kesehatan |
Inventarisasi Iklim Kerja Tim |
|
Umpan balik dari hasil audit oleh presentasi dan laporan |
Ulasan catatan pasien untuk mengukur efek samping |
Record Standarisasi bentuk review berdasarkan protokol awalnya dikembangkan oleh Harvard Praktik Kedokteran Studi |
Penilaian kualitas catatan pasien medis dan keperawatan |
Bentuk Standarisasi penilaian |
|
Penilaian dari manajemen dokumen (misalnya protokol dan prosedur) dan ditetapkan dalam pedoman kepatuhan |
Bentuk penilaian Standarisasi sebagian didasarkan pada instrumen SETUJU |
|
Tindak lanjut: meninjau kembali 15 bulan setelah audit untuk memantau perbaikan |
Penilaian dan penilaian kualitas konsultasi dan kolaborasi dengan mitra internal dan eksternal utama |
Appraisal Standarisasi dan penilaian kuesioner |
Metode dan instrumen untuk mengukur efek dari audit
variabel hasil |
Sumber data |
Frekuensi (jenis) pengukuran dan ukuran sampel per pengukuran |
Saat pengukuran |
Unit analisis |
hasil utama |
||||
Efek samping dan komplikasi |
Retrospektif rekam pasien berdasarkan protokol awalnya dikembangkan oleh Harvard Praktik Kedokteran Studi |
2 (sebelum dan sesudah pengukuran) n = 400 |
- 3 bulan; + 15 bulan |
Sabar |
hasil sekunder |
||||
pengalaman pasien |
Berkualitas indeks konsumen kuesioner berdasarkan Penilaian konsumen dari Penyedia Kesehatan dan Sistem |
3 (sebelum dan sesudah pengukuran) n = 800 |
- 3 bulan; + 9 bulan dan 15 bulan |
Sabar |
Angka kematian Standarisasi |
Data administrasi rutin rumah sakit |
Terus (time series) n = 233 * |
Bulanan |
Sabar |
rumah sakit berkepanjangan tinggal |
Rutin Data administrasi rumah sakit |
Terus (time series) n = 3268 ** |
Bulanan |
Sabar |
iklim tim |
Inventarisasi tim Iklim [ 18 ] |
2 (sebelum dan sesudah pengukuran) n = 132 *** |
- 3 bulan; + 15 bulan |
Profesional atau tim |
budaya keselamatan pasien |
Survei rumah sakit pada Pasien Budaya Keselamatan |
2 (sebelum dan sesudah pengukuran) n = 132 *** |
- 3 bulan; + 15 bulan |
Profesional |
|
Keselamatan berjalan arounds |
2 (sebelum dan sesudah pengukuran) n = 8 |
- 3 bulan; + 15 bulan |
Departemen |
* Jumlah pasien di delapan departemen yang meninggal pada tahun 2012.
** Jumlah penderita lama tinggal pada tahun 2012 di delapan departemen.
*** Rata jumlah penyedia layanan kesehatan klinis per departemen.
Oleh: Eva Tirta Bayu Hasri, S.Kep, MPH.
Sumber: Hanskamp-Sebregts et al. Effects of auditing patient safety in hospital care: design of a mixed-method evaluation . BMC Health Services Research 2013, 13:226