Peringatan Hari Dokter Nasional : Tantangan menjadi Dokter Indonesia Bermutu di Era SJSN 2014
63 tahun lalu tepatnya 24 Oktober 1950, berdirilah organisasi profesi dokter satu-satunya di Indonesia yang kita kenal dengan nama Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Sehingga setiap tanggal 24 Oktober, Indonesia memperingati Hari Dokter Nasional. Peringatan tahun ini diwarnai dengan diperolehnya Rekor Dunia oleh 1.061 dokter yang bermain angklung bersama di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Namun ada juga yang memperingati Hari Dokter Nasional dengan berdemo menyuarakan isi hati para dokter mengenai rendahnya tunjangan di daerah pelosok.
Masih jelas dalam ingatan kita di akhir September lalu, publik di kagetkan dengan prakteknya dokter spesialis asing di sebuah rumah sakit pemerintah di Tangerang selatan. Sehingga membuat PB IDI menyatakan akan membentuk Satgas Penertiban Praktek Kedokteran Dokter Asing atau SP2KDA. Apakah dengan melakukan hal tersebut adalah bentuk "kuratif" pada tidak akan datang lagi nya dokter asing ke Indonesia?
Selain pemberitaan dokter asing, pemberitaan di media pun masih dalam kasus yang sama yaitu memberitakan mengenai kurangnya dokter di daerah dan insentif dokter yang rendah di daerah terpencil. Belum lagi di Era SJSN tahun 2014, pelayanan kesehatan akan berpindah dari kuratif menjadi promotif dan preventif sehingga menjadi tantangan bagi dokter karena di mindset masyarakat, dokter bertugas untuk menyembuhkan pasien. Sehingga perlu adanya pengenalan pada masyarakat mengenai dokter keluarga / dokter layanan primer. Selain itu, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah datangnya dokter asing adalah memperbaiki pendidikan kedokteran mulai dari kurikulum dan tenaga pengajarnya. Karena untuk menghasilkan mahasiswa kedokteran yang bermutu, dunia pendidikan kedokteran haruslah memiliki tenaga pengajar yang memiliki kapasitas yang baik sebagai pengajar.