Meningkatkan Layanan Primer dan Preventif dengan Praktik dan Edukasi Interprofesional

Layanan preventif/pencegahan penyakit dikaitkan dengan penurunan angka kesakitan dan kematian, terutama di bidang kanker, penyakit kronis, penyakit menular (imunisasi), kesehatan mental, penyalahgunaan zat, penglihatan, dan kesehatan mulut. Transisi dari pengobatan penyakit ke preventif dapat mengurangi kejadian penyakit kronis dan menurunkan biaya perawatan kesehatan. Meskipun terdapat manfaat dari perawatan preventif, jumlah individu yang menerima semua layanan preventif yang direkomendasikan masih terbatas. Literatur mengenai tingkat pemanfaatan layanan kesehatan secara preventif masih terbatas dan bervariasi berdasarkan populasi, usia, dan jenis layanan preventif. Penelitian oleh Borsky et al. melaporkan bahwa kurang dari 8% dari seluruh orang dewasa di Amerika Serikat menerima semua perawatan preventif yang direkomendasikan.

Layanan preventif dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk akses terhadap layanan kesehatan, biaya, ketepatan waktu rekomendasi oleh penyedia layanan primer, dan kapasitas sistem layanan kesehatan untuk memberikan layanan yang dibutuhkan. Untuk membantu mengurangi hambatan dalam memperoleh layanan preventif, terdapat peningkatan minat untuk memanfaatkan tim interprofesional (IP) dalam pemberian layanan klinis dan preventif. Tim interprofesional mempunyai posisi yang baik untuk mengatasi kompleksitas yang terkait dengan praktik terkait prevensi, manajemen kesehatan masyarakat, koordinasi layanan, dan akses terhadap layanan kesehatan.

Sebuah studi yang diterbitkan oleh Schor et al. berjudul “Pekerjaan multidisiplin mempromosikan pengobatan preventif dan pendidikan kesehatan di layanan primer: survei cross-sectional,” menilai dan membandingkan penyediaan layanan pendidikan preventif dan kesehatan dalam tiga model layanan primer di Maccabi Healthcare Services, organisasi layanan kesehatan terbesar kedua di Israel. Tujuan dari penelitian mereka adalah untuk menguji dampak pendekatan tim terhadap penyediaan dan penerimaan layanan preventif. Tiga model perawatan dibandingkan. Model Kolaboratif terdiri dari seorang dokter dan perawat terdaftar; Model Kerja Tim terdiri dari ahli gizi, dokter, perawat terdaftar, dan pekerja sosial; dan Model Praktik Mandiri terdiri dari dokter praktik tunggal. Perawatan Model Kolaboratif dan Kerja Tim memiliki tingkat penjadwalan janji temu yang lebih proaktif, partisipasi pasien dalam kelompok pendidikan kesehatan, dan hasil kesehatan menengah yang lebih baik seperti tes darah tersembunyi, kadar lipid, dan vaksinasi influenza bila dibandingkan dengan praktik dokter independen. Prediktor tambahan terhadap penerapan pengobatan preventif dan pendidikan kesehatan yang lebih tinggi adalah pekerjaan profesional kesehatan (perawat dan ahli gizi) dan praktik kesehatan pribadi profesional kesehatan.

Pada tahun 2010, World Health Organization (WHO) dan organisasi interprofesional internasional terkemuka lainnya mengadopsi istilah “interprofesional”. WHO mendefinisikan tim interprofesional dalam konteks pendidikan, dan definisi mereka juga berlaku untuk praktik klinis. Istilah “interprofesional” (IP) berlaku ketika dua atau lebih profesi belajar atau berlatih bersama untuk meningkatkan hasil kesehatan. Sebaliknya, “multiprofesional” berarti lebih dari satu, namun tidak berarti bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Praktik interprofesional vs. multiprofesional atau multidisiplin lebih akurat menggambarkan apa yang diinginkan dalam tim layanan kesehatan.

Dua kriteria penting untuk tim yang berkelanjutan dan efektif mencakup kepemimpinan yang baik dan struktur tim yang kuat. Dalam sistem kesehatan, kepemimpinan memiliki peran penting dalam mendukung tim IP. Karakteristik utamanya mencakup pemodelan dan advokasi kerja tim IP, penyediaan sumber daya dan infrastruktur (lingkungan, staf, pelatihan, insentif, dll.), dan mendorong kepemimpinan tim bersama, tujuan dan pengambilan keputusan. Schor et al. mencatat pentingnya kepemimpinan dan dukungan organisasi dalam kerja tim, melibatkan anggota tim IP, memberikan pelatihan, dan mengevaluasi kebijakan biaya atau insentif untuk kinerja.

Selain kepemimpinan, komposisi dan struktur tim juga penting untuk mencapai kinerja dan hasil yang optimal. Dalam studi Schor et al., disiplin profesional yang diwakili dalam Model Kolaboratif mencakup dokter dan perawat, dan Model Tim mencakup dokter, perawat, ahli gizi, dan pekerja sosial. Meskipun struktur tim, peran, dan interaksi tidak dievaluasi dalam penelitian ini, komposisi dan peran tim perawatan interprofesional idealnya ditentukan oleh kebutuhan perawatan pasien. Langkah pertama ketika mengembangkan tim perawatan primer IP yang efektif adalah menilai kesenjangan dalam layanan pasien dan kebutuhan pasien. Jumlah dan jenis profesi akan dikerahkan secara optimal untuk mengatasi kesenjangan tersebut.

Continuing professional development (CPD) dan Interprofessional education (IPE)

Schor et al. mengidentifikasi hubungan antara pelatihan pengobatan preventif yang diberikan oleh organisasi layanan kesehatan dan penerapan tindakan preventif, serta alat pendidikan kesehatan yang diberikan pada pasien. Para profesional yang terlibat dalam Model Teamwork dan Kolaborasi IP yang menerima pelatihan pengobatan prevensi memberikan layanan pengobatan preventif dan pendidikan kesehatan pada tingkat yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan model dokter independen. Pengembangan profesional berkelanjutan (CPD), yaitu pendidikan dan pelatihan bagi dokter yang berpraktik, membantu menciptakan dan meningkatkan keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang dirancang untuk mempertahankan kompetensi profesional dan kualitas layanan, kepercayaan diri dalam praktik, dan kepuasan kerja. CPD khusus untuk mempraktikkan pengetahuan dan keterampilan, seperti layanan preventif dan kesehatan masyarakat, serta kompetensi kerja tim IP membantu mendukung penyedia layanan kesehatan kolaboratif yang siap melakukan praktik.

IPE dalam klinis diperlukan seperti halnya CPD. Untuk membangun dan mendukung keterampilan tim IP, CPD sebagai kompetensi dasar IP dibutuhkan untuk meningkatkan perawatan berbasis tim IP di layanan kesehatan primer. Khusus untuk pengetahuan klinis dan layanan preventif, Kerangka Kurikulum Preventif Klinis dan Kesehatan Masyarakat/Clinical Prevention and Population Health Curriculum (CPPH) adalah sumber daya yang mengidentifikasi konten pendidikan utama untuk diintegrasikan ke dalam kurikulum siswa dan CPD. Kolaborasi antara lingkungan akademis dan praktik dalam kompetensi berbasis tim IP dan klinis dapat bermanfaat bagi pasien, tim, dan praktik.

Selengkapnya dapat diakses di:
https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7092466/