Reporter: Eva Tirtabayu Hasri S.Kep.,MPH

Selain menjaga keselamatan pasien, keselamatan petugas kesehatan juga harus dijaga, ungkap dr. Novika Handayani membuka forum diskusi mutu pelayanan kesehatan online. Sekitar 60-an dokter meninggal karena positif COVID-19 dan PDP COVID. Apa penyebabnya? dr. Firman Fauzan Arief Lutfie, Sp.JP (Ketua Tim Code Blue RSA UGM) memaparkan bahwa code blue yang belum optimal dapat menjadi salah satu penyebab tingginya angka kematian pasien COVID-19. Divisi Manajemen Mutu Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK - KMK UGM secara rutin menyelenggarakan forum ini (22/7/20).

Pelaksanaan Code blue (CB) yang optimal sangat penting untuk menjaga menjaga keselamatan tim emergensi RS dan pasien selama masa pandemi. CB menurunkan angka kematian di RSA UGM, tahun 2017 sebesar 50,62%, tahun 2019 sebesar 45%. Setelah code blue berhasil, tenaga kesehatan juga perlu memberikan bantuan hidup lanjut dengan cara memastikan APD saat menolong pasien, ada tim resusitasi non wabah sebanyak 6 orang, tim resusitasi wabah 3-4 orang, defibrilasi dilakukan secepat mungkin untuk menghindari intubasi resiko droplet/ berubah jadi airborne, early warning system dijalankan mutlak dijalankan, algoritma menyesuaikan situasi kondisi lapangan (hanya dalam kondisi wabah).

dr. Meirina Mulia Wardani, MPH (Kepala Seksi Pelayanan Medik RS UNS, Dosen FK UNS) juga berbagai pengalaman tentang manajemen instalasi gawat darurat RS UNS di ERA COVID-19 bahwa perubahan sistem terjadi sangat cepat sehingga dilakukan penguatan skrining awal, pemisahan jalur dan area seluruh lini, pengelolaan SDM, dan penerapan APD.

dr. Nenny Sri Mulyani, Sp.A (K) - Ketua Komite Mutu Keselamatan Pasien RSUP Dr. Sardjito sependapat dengan pendapat dr. Meirina dan dr. Firman bahwa tetap mengedepankan dimensi mutu safety, selain itu juga dimensi mutu WHO yang lain. Perlu pengukuran outcome oleh manajemen, seperti mengunakan indikator respon time IGD, length of stay.