Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Kekuatan dan Kelemahan Pelayanan Asuhan Kebidanan: Perspektif Pasien

Pengguna pelayanan kesehatan memiliki pengalaman berharga yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan oleh provider terkait. Adanya persepsi yang berbeda antara bidan dan pasien terhadap pelayanan asuhan kebidanan, memerlukan keterlibatan pasien dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Tujuan artikel ini untuk mengetahui:

  • Aspek mutu pelayanan kebidanan yang paling dihargai oleh pasien
  • Aspek mutu pelayanan kebidanan yang dapat ditingkatkan menurut kaum perempuan
  • Bagaimana pengalaman kaum perempuan dapat dipergunakan untuk menilai mutu dan meningkatkan program mutu oleh praktik kebidanan individual,

Pelayanan obstetrik di Belanda diberikan oleh primary caregiver (dokter dan bidan) serta secondary caregiver (dokter spesialis kandungan). Pada tahun 1990, perwakilan dari pasien, provider pelayanan kesehatan, agen asuransi, dan pemerintah di Belanda bertemu secara formal dalam Leidschendam Conferences, dimana mereka mendiskusikan bagaimana mutu pelayanan kesehatan terbaik dapat ditingkatkan. Semua pihak sependapat bahwa pelayanan kesehatan disediakan berdasarkan kebutuhan dibandingkan berdasarkan ketersediaan. Para bidan di Belanda mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan mutu organisasi, Royal Dutch Midwifery Association (KNOV) menyusun suatu sistem mutu untuk mengembangkan organisasi secara sistematis dan pengadaan pelayanan kebidanan.

Pada penelitian yang dilakukan pada 2004 di Belanda, data dikumpulkan dari 358 responden yang merupakan ibu muda dari 57 bidan. Kuesioner yang dipergunakan memuat berbagai aspek meliputi; prenatal, natal, periode post partum, dan memuat dua pertanyaan terbuka.

Sebanyak 312 responden berpartisipasi dalam penelitian ini dan diperoleh data berupa daftar sebanyak 870 aspek yang dihargai oleh responden dalam perawatan kebidanan yang mereka peroleh. Berikut adalah aspek-aspek tersebut; sopan santun (337 pernyataan positif), kompetensi profesional (224 pernyataan positif), dukungan (57 pernyataan positif). Aspek-aspek tersebut dapat dikategorikan sebagai kekuatan dalam pelayanan asuhan kebidanan. Namun, 177 responden memberikan pernyataan negatif yang memerlukan perbaikan lebih lanjut terkait aspek-aspek tersebut, yakni; dimensi organisasi (65 pernyataan negatif), kebijakan (62 pernyataan negatif), dan informasi (46 pernyataan negatif).

Aspek-aspek yang menjadi penekanan bahasan pada penelitian ini mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan, meliputi:

  • Aspek Interpretasi Individu
  • Kompetensi Profesional
  • Informasi
  • Sopan Santun
  • Dukungan
  • Organisasi
  • Evaluasi
  • Kebijakan

Hasil penelitian ini dapat menjadi awal pengembangan instrumen peningkatan mutu pelayanan kesehatan dari perspektif kaum perempuan atau pasien yang menggunakan layanan kebidanan. Namun tidak semua hasil pada penelitian ini dapat diterapkan pada semua praktik layanan kebidanan. Bersama dengan seluruh kolega, provider lain, pasien, bidan sebaiknya 'mengenali' pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh responden. Ketika bidan dapat mengenali kekuatan dan kelemahan pada pelayanan kebidanan yang mereka berikan, maka suatu strategi yang berfokus pada pasien dapat dikembangkan dan tidak hanya mengacu pada kebijakan mutu Royal Dutch Midwifery Association (KNOV).

Disarikan oleh : Lucia Evi I.
Sumber : Bienke et al. (2006) Strengths and Weaknesses of Midwifery Care From the Perspective of Women. Evidence Based Midwifery: 4, 2006, nr. 2, p. 53-59.
http://nvl002.nivel.nl/postprint/PPpp2276.pdf