Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Headline

Belum selesai carut marut BPJS Kesehatan dengan penyedia layanan kesehatan. Masyarakat Indonesia diguncangkan kembali dengan masalah kecurangan JKN, yang sering disebut fraud dalam bahasa asing.

Ketika penulis menulis kata "fraud", penulis agak ragu. Pertanyaannya "Apakah masyarakat luas mengenal "fraud"?. Apalagi disandingkan dengan BPJS kesehatan. Terlepas dari semua itu, penulis mencoba berbagi informasi tentang fraud dalam JKN yang dilakukan oleh pasien atau peserta.

Hasil penelitian oleh Jing Li dkk menyebutkan 31% kemungkinan peserta melakukan fraud. Fraud atau kecurangan dalam JKN harus mengandung unsur Misrepresentation of material fact (adanya janji/ petunjuk yang palsu/menyesatkan mengenai suatu fakta penting), Intent (adanya kesengajaan), Trust (dilanggarnya kepercayaan), Victim (adanya pihak yang dikorbankan), dan Damage (berakibat kerusakan/ kerugian).

art-9nov

Bercermin dari berbagai diskusi dengan petugas BPJS Kesehatan dan penyedia layanan kesehatan. Ditemukan potensi fraud yang dilakukan oleh peserta BPJS Kesehatan di Indonesia. Namun, tidak ada angka yang menunjukkan prosentase potensial fraud yang dilakukan oleh peserta. Permenkes No. 36 Tahun 2015 tentang Kecurangan dalam JKN menyebutkan berbagai potensi fraud yang kemungkinan terjadi di Indonesia:

  1. Membuat pernyataan yang tidak benar dalam hal eligibilitas (memalsukan status kepesertaan) untuk memperoleh pelayanan kesehatan,
  2. Memanfaatkan haknya untuk pelayanan yang tidak perlu (unneccesary services) dengan cara memalsukan kondisi kesehatan,
  3. Memberikan gratifikasi kepada pemberi pelayanan agar bersedia memberi pelayanan yang tidak sesuai atau tidak ditanggung,
  4. Memanipulasi penghasilan agar tidak perlu membayar iuran terlalu besar,
  5. Melakukan kerjasama dengan pemberi pelayanan untuk mengajukan klaim palsu,
  6. Memperoleh obat dan/atau alat kesehatan yang diresepkan untuk dijual kembali.

Fraud yang dilakukan oleh peserta BPJS Kesehatan menimbulkan kerugian secara finansial dan berdampak pada kualitas layanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan. Pasien secara tidak sadar menjadi obyek fraud yang dapat dilakukan oleh rumah sakit. Pemahaman pasien yang awam akan standar pelayanan klinis memudahkan dokter memberikan pelayanan atau tindakan yang tidak semestinya.

Di Chicago ada dokter spesialis yang melakukan 750 katerisasi jantung yang tidak diperlukan. Selain itu, ada seorang dermatologis dari Michigan yang beberapa kali membedah wajah pasien dengan alasan untuk mengangkat tumor yang sebenarnya tidak ada.

Institute of Medicine of the National Academies memperkirakan fraud dalam pelayanan kesehatan mencapai $75 billion dalam satu tahun (2013), dan FBI memperkirakan kerugian antara $78 milyar dan $260 milyar (2012). Ini artinya bahwa negara memang sangat dirugikan oleh fraud.

Motif fraud bersifat universal. Untuk itu sektor kesehatan harus memiliki integritas tinggi memerangi fraud. Penelitian bertahun-tahun menunjukkan bahwa minoritas tidak jujur tidak dapat dibasmi tetapi dengan mengembangkan budaya anti fraud yang kuat dapat memaksimalkan jumlah mayoritas yang jujur. Inilah pentingnya pemahaman tentang fraud oleh masyarakat. Pemahaman fraud harus diberikan kepada masyarakat agar tidak menjadi pelaku dan obyek fraud dalam layanan kesehatan.

Oleh: Eva Tirta Bayu Hasri, S.Kep., MPH.
Sumber: Jing Li & Kuei-Ying Huang & Jionghua Jin & Jianjun Shi. A survey on statistical methods for health care fraud detection: Springer Science Business Media. 2007.

Peningkatan mutu pelayanan kesehatan harus dilakukan secara continue dan melibatkan semua unsur pelayanan yang ada di fasilitas kesehatan. Salah satu cara yang paling ampuh dengan menerapkan Quality Improvement (QI). Data menunjukan bahwa banyak pelayanan yang selama ini diberikan masih jauh dari bermutu, penelitian dari Brook, dkk menemukan bahwa sepertiga dari pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit justru tidak meningkatkan kesehatan pasien, peresepan obat yang tidak sesuai, hasil laboratorium yang tidak di-follow-up, dan sebagainya.

Banyak ahli berpendapat bahwa QI merupakan salah solusi strategi yang menjanjikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. QI menitikberatkan pada pendekatan sistem dan implementasi secara berkelanjutan isu-isu atau masalah-masalah terkait pelayanan yang mana masalah tersebut akan diberikan skala prioritas oleh provider, mana yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Perencanaan dan implementasi QI nantinya akan dilakukan oleh tim yang berasal dari berbagai department atau bagian terkait dalam organisasi pelayanan kesehatan termasuk klinisi. Tujuan dari tim QI ini adalah menghasilkan keputusan yang inovatif terkait masalah yang ditentukan sebelumnya berdasarkan data statistikal dan problem solving tools. Walaupun QI merupakan solusi yang menjanjikan namun banyak rumah sakit yang telah melaksanakan QI masih mengalami kebingungan dalam implementasinya, terutama dalam mengadopsi ide-ide atau inovasi baru yang dihasilkan. Oleh karena itu, berhasil atau tidaknya QI bergantung pada individual dan organisasi tersebut serta membutuhkan leadership yang kuat, pelatihan dan support yang luas, pengukuran dan sistem pencatatan data yang relevan, dukungan insentif dan SDM, serta budaya kerja yang kuat untuk melakukan perubahan.

Hal lain yang menyebabkan QI gagal diimplementasikan adalah banyak rumah sakit yang melihat QI sebagai penghakiman atas kesalahan dari klinisi atau staf yang terlibat dalam pelayanan, padahal fokus dari QI adalah persamaan persepsi, kontrol dan peningkatan pelayanan. Oleh karena itu, QI memberikan kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan nilai indikator mutu rumah sakit. Misalnya dalam mendesain sistem pembayaran berbasis kinerja bisa menggunakan informasi yang diperoleh dari QI seperti kedisiplinan staf, kecepatan penanganan pasien, dan kepuasan pasien.

Salah satu studi yang membahas tentang kontribusi QI dalam peningkatan indikator mutu rumah sakit  dilakukan oleh Weiner, dkk pada 1.784 Community College Hospital di US yang melaksanakan program QI. Dari hasil analisis, Weiner, dkk menemukan ada hubungan yang signifikan antara implementasi QI dan angka indikator mutu rumah sakit. Rumah sakit yang melibatkan banyak staf dan senior manager dalam QI cenderung mempunyia angka indikator mutu rumah sakit yang tinggi. Salah satu yang menarik, Weiner, dkk menemukan bahwa keterlibatan dari unit-unit yang berbeda dalam QI justru menurunkan angka indikator mutu rumah sakit. Hal ini diduga terjadi karena dengan keterlibatan dari banyak unit membuat senior manager dan staf rumah sakit sulit untuk membagi perhatian pada beberapa program QI yang ada di tiap unit. Selain itu, dengan banyaknya unit yang terlibat mau tidak mau alokasi dana pun harus dibagi-bagi sehingga yang diterima oleh unit-unit tersebut bisa jadi tidak mencukupi untuk implementasi QI. Sementara di dalam implementasinya QI sangat membutuhkan keterlibatan dan keahlian dari para anggota tim serta dukungan finansial. Bisa jadi program QI yang kurang berhasil disebabkan karena kurangnya dukungan teknis dan finansial, serta lemahnya koordinasi dan penetapan skala prioritas.

Hal lain yang menarik dalam penelitian yang dilakukan oleh Weiner, dkk adalah mereka menemukan bahwa ternyata keterlibatan klinisi justru tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap angka indikator rumah sakit. Hal ini diduga terkait dengan peran dari klinisi dalam QI. Banyak ahli percaya bahwa keterlibatan klinisi yang rendah bisa menjadi salah satu hambatan dalam QI. Klinis mempunyai peran penting dalam perencanaan dan alokasi sumber daya khususnya sumber daya medis. Keterlibatan yang rendah dari klinisi tidak selamanya disebabkan oleh manajemen, bisa jadi merupakan sikap dari klinisi tersebut, biasanya karena ketidakpercayaan, kurangnya waktu karena sibuk dengan pelayanan, dan takut apabila perubahan yang disarankan tidak memenuhi kebutuhan pasien.

Beberapa penelitian terkait menyatakan bahwa keterlibatan masal dari klinisi dalm QI tidaklah terlalu penting, yang lebih penting adalah keterlibatan penuh dari staf manajemen dan senior manager. Namun begitu, bebrapa klinisi dengan ide-ide dan inovasi yang baik harus tetap dilibatkan dan rumah sakit harus menampung saran atau ide yang diberikan dari klinisi sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan penelitian terbut bisa disimpulkan bahwa QI bisa menjadi pendorong dalam peningkatan angka indikator mutu rumah sakit. Namun implementasi dari QI sendiri harus fokus dan memperoleh dukungan dari semua pihak, baik dukungan teknis maupun finansial. Selain itu, keterlibatan semua pihak mulai dari manajemen sampai dengan klinisi sangat mempengaruhi keberhasilan dari QI.

Oleh : Stevie Ardianto Nappoe, SKM-Pusat Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kedokteran-UNDANA

Sumber : Weiner J. Bryan, et all. 2006. Quality Improvement Implementation and Hospital Performance on Quality Indicators. HSR : Healt Service Research, 41:2.

Pengembangan informasi tentang kualitas pelayanan kesehatan dapat membantu memperbaiki asuhan pelayanan, dimana harus ada information publicly available (transparan) yang kaya akan informasi dengan pengolahan dan analisis data informasi yang cermat serta bagaimana data digunakan dan dikembangkan untuk mutu pelayanan yang lebih baik.

Pemerintah Inggris menggunakan 2 short independent reviews untuk mengukur kuantitas dari kualititas health care antara lain review tertutup dilakukan oleh general practices dan review kualitas asuhan pelayanan yang berfokuskan pada hasil pelayanan. Oleh karena itu, pemerintah Inggris mengambil beberapa langkah penting untuk menumbuhkan general practice workface, memperbaiki infrakstruktur, meningkatkan akses, memperbaiki birokrasi untuk meningkatkan kualitas. Langkah-langkah tersebut antara lain:

  • Improved untuk meningkatkan asuhan pelayanan
  • Options and sound untuk memungkinkan pasien dan pengguna pelayanan memilih dan memberi masukan dalam perbaikan pelayanan
  • Accountability and performance management untuk menyediakan data yang responsible dan dapat diakses oleh public
  • Research dilakukan oleh pihak ketiga yang independen

Beberapa website sudah berisi asuhan pelayan general practice dengan peringkat yang dikeluarkan oleh the care quality commission's (cqc) serta pemantauan kualitas general practice. Informasi yang tersedia antara lain kesehatan masyarakat Inggris, general practices profile, health and social care information, misalnya The Primary Care Web Tool developed oleh National Health System (NHS) berisi indikator setiap asuhan pelayan.

Banyak indikator serupa namun tidak identik, digunakan dan memberikan hasil yang berbeda hal ini disesuaikan dengan pengguna dengan profesi berbeda atau untuk umum dan apa tujuan penggunaanya. Mengingat angka penggunaan website tinggi maka survey tentang penggunaan penggunaan dan tujuan penggunaan valid dan reliable serta mencari cara menginformasikan asuhan pelayanan kesehatan yang berkualitas secara online.

Bagi tenaga kesehatan di general practice merasakan data di fasilitas kesehatan lebih berguna daripada data yang tersedia secara nasional namun secara keseluruhan data nasional digunakan oleh banyak fasilitas kesehatan karena update data tepat waktu dan cepat secara komputerisasi dari berbagai sumber data. Indikator gabungan peningkatan asuhan pelayanan dalam website dapat membantu public menemukan kualitas dari setiap general practice dan membantu mengidentifikasi prioritas yang digunakan untuk perbaikan, selain itu membantu bukan hanya memprioritaskan pada banyak pasien tapi pada kualitas pelayanan individu "see the wood from trees". Indikator gabungan biasa digunakan untuk mengukur pelayanan kepada 5 kelompok antara lain usia +75, usia <75 dengan kondisi sakit, ibu bersalin, anak-anak dan health mental  namun hal ini tidak sewenang-wenang digunakan karena tidak bisa memastikan preferensi yang jelas, selain itu ada tumpang tindih antar kelima kelompok tersebut dan kesenjangan yang siginifikan, ada data yang tersedia tidak cukup kuat untuk mengembangkan credible composite score dalam lima kelompok yang diidentifikasi.

Dalam menggunakan indikator gabungan perlu mempertimbangkan scope memperbaiki proses dalam pengembangan indikator general practices di level nasional misalnya memastikan stakeholder dalam penggunaan data website secara komprehensif dan mengidentifikasi prioritas dengan melibatkan banyak kepentingan untuk mengembangkan indikator yang kredibel. Pengembangan indikator dilakukan oleh organisasi independen guna peningkatan kualitas pelayanan general practice. Pengembangan indikator perlu dianalisis biaya dan dampaknya dalam menemukan model baru asuhan pelayanan terpadu yang berkualitas serta menggunakan data dengan menyelaraskan data lokal dan data nasional. Setelah pengembangan indikator maka perlu ada publishing indikator, publishing indikator adalah salah satu elemen dan diperlukan untuk mendukung penggunaan secara terpadu oleh public, tentu sudah menginterpretasi sumber daya, tujuan penggunaan dan yang paling pentig adalah transparansi.

Oleh : Dedison Asanab, S.KM (Peneliti Pusat Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kedokteran Undana)
Sumber : Jennifer Dixon, Emma Spencelayh, Anna Howels, Abraham Mandel, Felix Gille. 2005. Indicators of quality of care in general practices in England. The Health Foundation.

(Hari Ketiga, 30 September 2015)

Haichao Lei, PhD
Deputy DG, Beijing Health and Family Planning Commission
Improving Healthcare Quality and Safety in China
Policies, Practices and Progresses

5okt2

Seiring meningkatnya populasi di negara Cina, kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang memadai pun turut bertambah. Menyiasati hal ini, pemerintah Cina telah melakukan identifikasi tantangan dan menetapkan strategi jangka panjang untuk menjawab tantangan tersebut. Strategi ini dituangkan dalam bentuk perbaikan sistem, penerbitan kebijakan, dan peningkatan sumberdaya. Semuanya dilakukan dengan satu tujuan yaitu menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien dengan mengedepankan kualitas dan keamanan.

Melihat kompleksnya layanan kesehatan dan banyaknya perbedaan standar layanan pada institusi-institusi kesehatan yang ada, pemerintah Cina menetapkan rumah sakit-rumah sakit tertentu sebagai pusat layanan dan rujukan kesehatan. Pada sistem ini, rumah sakit tersebut berafiliasi dengan lembaga kesehatan lainnya agar melancarkan proses rujukan dan transfer pengetahuan. Beberapa contoh adalah penetapan Peking Union Medical College Hospital sebagai pusat layanan gawat darurat, anastesi, dan peawatan intensif, lalu penetapan Beijing Tiantan Hospital dan Beijing Ditan Hospital sebagai pusat layanan neurologi dan penyakit infeksi. Tentunya penetapan menjadi pusat layanan kesehatan disesuaikan dengan keunggulan dan fasilitas masing-masing rumah sakit.

Hal lain yang dilakukan adalah penetapan clinical pathway dan guidelines. Sejak tahun 2009, pemerintah Cina telah menyusun 331 kategori penyakit melalui beberapa pilot projects, saat ini pathway dan guidelines tersebut telah digunakan di 3467 rumah sakit dan 25503 departemen. Ditargetkan pada tahun 2017, seluruh rumah sakit tersier dan 80% rumah sakit tingkat dua telah menggunakan clinical pathway dan guidelines yang sama.

Demi meningkatkan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan, pemerintah Cina mengeluarkan kebijakan yang memungkinkan terjadinya regenerasi tenaga-tenaga kesehatan, baik dokter, perawat ataupun tenaga medis pendukung lainnya. Perawat-perawat diposisikan untuk menjadi rekan dan pendamping para dokter dalam meberikan layanan kesehatan. Calon dokter dan dokter muda dilatih dalam sistem yang memungkinkan mereka untuk didampingi oleh para ahli dengan rasio yang lebih sedikit. Para dokter pun dimotivasi untuk mengambil pendidikan berkelanjutan di pusat-pusat pendidikan medis di Cina.

Penjaminan standar layanan kesehatan pun diberikan oleh pemerintah Cina dalam bentuk akreditasi yang dilakukan secara berkala baik terjadwal maupun tidak terjadwal. Jenis penilaian yang dilakukan meliputi kualitas, keamanan, layanan, manajemen, kepuasan pasien dan performa institusi. Standar-standar kegiatan dan program pun ditetapkan seperti pengadaan checklist, diskusi kasus kematian, alur kamar operasi, diskusi pra operasi dan manajemen rekam medis pasien.

Terkait rekam medis, pemerintah Cina menciptakan sistem rekam medis nasional khusus untuk kualitas layanan kesehatan. Sistem ini memungkinkan pemerintah untuk memonitor dan mengevaluasi layanan kesehatan yang diberikan, seperti volume adverse events ataupun kualitas layanan per diagnosis. Pelaporan kejadian secara online juga dapat dilakukan dengan ketentuan kejadian umum harus dilaporkan dalam 15 hari, kejadian besar dalam 12 jam, dan kejadian berat dalam 2 jam.

Seluruh usaha ini tidak hanya membuahkan hasil namun juga tantangan lain untuk ke depannya. Hasil yang dapat dilihat saat ini adalah telah terbentuknya sistem untuk perbaikan kualitas dan keamanan kesehatan, meningkatnya kesadaran untuk memberikan layanan berkualitas, inisiasi partisipasi masyarakat, meningkatnya investasi di bidang kesehatan, kualitas layanan dan kepuasan masyarakat. Sedangkan tantangan ke depannya adalah kemampuan pengawasan dan evaluasi harus diperkuat, kekurangan sumberdaya, dan meningkatnya pasar layanan kesehatan swasta.

Prof. Sir Bruce Keogh
National Medical Director
NHS England

Di manakah titik awal layanan kesehatan yang berkualitas?

Prof. Bruce Keogh, National Medical Director - NHS England, menjelaskan bahwa layanan kesehatan berkualitas akan berawal dari kualitas perawatan medis pasien. Hal ini penting untuk disadari karena pengalaman pasien akan menentukan apakah suatu institusi kesehatan telah memberikan layanan kesehatan berkualitas atau tidak.

Kualitas layanan ditentukan oleh tiga hal, efektifitas, keamanan dan kenyamanan pasien. Untuk menjamin kualitas tercapai, kita tidak hanya membutuhkan kebijakan atau program, namun juga sistem evaluasi dan umpan balik.

Saat ini kita berhadapan dengan masa yang penuh tantangan, kebutuhan akan layanan berkualitas terus meningkat, biaya kesehatan juga turut meningkat, ditambah pasien memiliki harapan lebih atas layanan yang diterimanya. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa untuk mencapai layanan berkualitas terdapat tujuh langkah yang harus dilewati, yaitu mendefinisikan kualitas, menentukan kerangka penilaian kualitas, mempublikasikan informasi tersebut, memberikan apresiasi kepada orang dengan performa terbaik, menempatkan clinical leadership dengan tepat, memotivasi perbaikan dan kemajuan dalam layanan media, serta terakhir adalah memastikan program ini berkelanjutan dan dapat beroperasi secara mandiri.

Pada masa kini dan mendatang, sangatlah penting untuk institusi atau organisasi terus melakukan inovasi, karena inovasi inilah yang akan menjembatani antara pencapaian kualitas dan produktivitas yang diharapkan. Dunia kesehatan dipengaruhi oleh banyak hal, namun ada 4 hal terpenting yang patut dicermati, yaitu aspek ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, serta perkembangan demografi.

Dalam beberapa tahun ke depan, ilmu genetika akan memainkan peranan penting dalam perubahan pada penanganan medis pasien. Perkembangan gaya hidup modern yang ditunjang oleh teknologi dan transparansi informasi akan turut mengubah lapangan industri kesehatan. Populasi lanjut usia yang semakin banyak dan jumlah penderita penyakit kronis yang meningkat akan menyusun ulang prioritas kita dalam menghadapi isu kesehatan.

Seluruh hal ini tentunya akan menjadikan proses transisi sebagai suatu proses yang super kompleks dan berlapis-lapis. Oleh karena itu perlu diingat, seperti apapun dinamika yang terjadi, satu hal yang tidak boleh berubah adalah rasa kemanusiaan kita dalam menangani sesama, ini adalah prinsip dalam memberikan layanan berkualitas, begitulah Prof. Bruce Keogh mengakhiri penjabarannya yang inspiratif.

Achieving the Aspiration for Universal Health Care Coverage
(30 September 2015)

Dr. San Guay Huang
Director General, NHI Taiwan

Taiwan telah merintis sistem jaminan kesehatan nasional sejak tahun 1950. Berawal dari asuransi bagi para pekerja hingga saat ini menjadi sebuah jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat.

Dalam dua dekade ini banyak perubahan, inovasi dan perbaikan yang telah dilakukan. Semuanya telah berbuah sebagai pencapaian seperti biaya kesehatan yang terjangkau, layanan kesehatan yang mudah diakses, peningkatan kualitas layanan kesehatan, penanganan kesehatan bagi pasien dengan kecacatan atau kekurangan, kepuasan pasien yang tinggi, dan jaminan kesehatan bagi semua.

Dengan dibangunnya sistem rekam medis nasional, struktur layanan kesehatan menjadi semakin kuat dan siap untuk dikembangkan sesuai tantangan ke depannya. Pemerintah menargetkan bahwa sistem "My Health Bank" menjadi sistem yang dapat dengan mudah diakses oleh pasien untuk mendapatkan riwayat medisnya. Selain itu sistem ini juga sejalan dengan rencana pemerintah untuk membuat pondasi bagi inovasi struktur kesehantan di masa depan. Beberapa hal yang menjadi prioritas adalah sistem perawatan jangka panjang, inovasi perangkat lunak seperti Health Apps yang dapat diakses melalui smartphone, inovasi perangkat keras seperti pembuatan wearable devices untuk memonitor kondis kesehatan pasien secara real time dan mandiri, penunjang bagi pengembangan industri farmasi seperti pemantauan uji klinis dan obat baru, asuransi jiwa untuk menyusun rencana medis sesuai kebutuhan individu, dan penunjang akuntabilitas serta transparansi industri kesehatan.

Seluruh usaha ini adalah untuk menjadikan sistem kesehatan Taiwan sebagi sistem yang dapat mendampingi masyarakat sejak lahir hingga wafat. Diharapkan seluruh rencana penanganan medis dapat lebih terstruktur dan terintegrasi serta menghasikan medical outcome yang lebih berkualitas.

Dr. Vivian Lin
Director, Health Systems, WHO Western Pacific Regional Office

WHO percaya bahwa Universal Health Care Coverage adalah salah satu langkah terpenting dalam memajukan kualitas kesehatan suatu negara. Negara yang kuat membutuhkan penduduk yang sehat agar dapat terus membangun dan mencapai kemakmuran.

Saat ini, masyarakat di Asia belum memiliki kepercayaan yang penuh akan layanan kesehatan primer di negaranya. Hal inilah yang menyebabkan sebagian besar dari mereka memadati rumah sakit untuk mendapatkan layanan kesehatannya. Oleh karena itu demi membangun sistem jaminan kesehatan yang kuat, perbaikan perlu dimulai dari tingkat layanan kesehatan primer.

Beberapa fokus perbaikan ini adalah keselamatan pasien atau patient safety, kualitas layanan serta medical outcome, dan memotivasi pelaksanaan layanan serta program kesehatan preventif. Demi menjamin hal ini terjadi WHO selalu berusaha untuk menjalin hubungan dengan para pemangku jabatan tertinggi dan pembuat keputusan. WHO ingin para pemimpin menyadari bahwa tugas mereka bukan hanya menyelenggarakan layanan kesehatan tapi juga menentukan arah dan alur dari layanan kesehatan itu sendiri. Dengan usaha ini diharapkan hubungan antara rumah sakit dan layanan kesehatan tingkat primer akan harmonis dan tidak berjarak seperti saat ini.

Diagnostics for Safety - Half Day Course
Azhar Ali, MD - Executive Director IHI
Frank Frederico, RPh - Executive Director IHI
(30 September 2015)

Dalam proses layanan kesehatan sehari-hari kita merekam banyak data. Sebagian besar dari kita memproses data ini untuk mendapatkan gambaran kondisi di lapangan dan melakukan evaluasi serta perbaikan bila diperlukan.

Sekian banyak metode untuk mengumpulkan dan menganalisa data, maka menjadi sangat penting untuk menggunakan metode tertentu sesuai kebutuhan dari organisasi. Secara umum data digunakan untuk 3 hal, yaitu riset dan penelitian, menilai akuntabilitas, dan proses perbaikan serta pengembangan.

Jumlah responden yang diperlukan pun berbeda-beda tergantung dari kebutuhan. Apabila kita ingin melakukan proyek perbaikan, maka sampel yang kecil akan cukup untuk menyusun sebuah rencana. Namun sebaliknya bila untuk keperluan riset dan penelitian, maka data yang dibutuhkan akan sangat banyak demi menjustifikasi hasil penelitian nantinya.

Pada website Institute of Healthcare Improvement (IHI), kita dapat menggali berbagai metode dan modul yang bisa digunakan untuk pengolahan data sesuai kebutuhan organisasi. Seperti pada mortality review direkomendasikan menggunakan matriks 2x2. Lalu metode observasi, yang biasa digunakan untuk mendapatkan data lapangan yang objektif atas alur atau kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya.

IHI juga menyediakan beberapa tools lain seperti IHI Global Trigger Tool, yang menggarisbawahi pentingnya mengidentifikasi kejadian yang menyebabkan harm dan bukan semata-mata mencari kejadian error. Kejadian error yang biasanya bersandar pada laporan sukarela para tenaga kesehatan, biasanya tidak menggambarkan kejadian utuh karena ada kemungkinan informasi yang tidak disertakan. Dengan menggunakan global trigger tool yang mencari trigger dari kejadian harm, kita dapat mengevaluasi kejadian yang sebenarnya terjadi di rumah sakit. Secara garis besar mekanisme Global Trigger Tool ini adalah sisihkan waktu sekitar 20 menit, lakukan review dari coding summary, lakukan review dari discharge summary, review hasil laboratorium, radiologi dan laporan prosedur, apabila masih ada waktu lebih, dapat dilakukan review atas catatan keperawatan.

Tool lain yang dapat digunakan adalah Waste Identification Tool. Ini dipakai untuk mengevaluasi tempat tidur yang terpakai untuk perawatan, infeksi yang terkait layanan kesehatan, adverse event yang disebabkan pengobatan, komplikasi tindakan, rawat inap yang tidak diperlukan, alur layanan yang tertunda serta pengobatan atau tindakan yang tertunda.

Perlu digarisbawahi agar tool ini dan hasilnya dapat menghasilkan hasil yang maksimal, maka proses survei sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan terkait dan bukan oleh manajemen. Fungsi manajemen adalah untuk menentukan arah, membangun sistem pendukung dan melakukan review atas hasil-hasil survei ini demi penciptaan kebijakan dan pengembangan sistem yang lebih baik. Oleh karena itu tool ini dapat menjadi media untuk membangun hubungan antara tenaga kesehatan operasional dengan manajemen.

Kunci organisasi kesehatan yang baik adalah ketika setiap yang terlibat di dalamnya mempunyai rasa hormat satu sama lain dan terutama mempunyai rasa hormat terhadap pasien. Rasa hormat ini dapat tumbuh apabila setiap proses survei, pengolahan data, dan penerbitan hasil dilakukan dengan mengedepankan kolaborasi dan transparan. Memulai budaya ini dapat diawali dengan melakukan beberapa proyek kecil yang melibatkan tenaga kesehatan dan akan lebih baik bila dipimpin langsung oleh dokter rumah sakit.

Tujuan akhir dari pengolahan data ini adalah untuk mendapatkan hasil yang relevan, yang berguna untuk pengembangan yang lebih baik. Dan tentunya dapat berkontribusi dalam pembangunan sistem yang memperluas kesempatan bagi tenaga kesehatan melakukan yang benar dengan cara terbaik.

Closing

Improve, Innovate, Inspire: The Leadership We Need for Health Care Reform
Donald M. Berwick, MD
President Emeritus and Senior Fellow - IHI
(30 September 2015)

"It is important to get knowledge, but it's also important to let go."

Pelajaran ini diperoleh oleh Mr. Donald M. Berwick dari pengalaman selama hidupnya sebagai dokter anak, pimpinan rumah sakit, pimpinan organisasi IHI, dan penasihat utama pemerintah AS dalam program Medicare/Medicaid.

Beliau dibesarkan dalam sistem kesehatan yang menjadikan Dokter sebagai unit tersendiri, yang memiliki pengetahuan sendiri, mengambil keputusan sendiri, dan menentukan segala sesuatu sendiri. Hal ini mungkin masih relevan pada masa itu, di mana tenaga kesehatan masih sedikit, ilmu pengetahuan sedang berkembang, akses informasi dan komunikasi terbatas, serta sistem kesehatan yang masih sederhana.

Namun saat ini, dengan pengetahuan yang berkembang pesat, akses informasi yang tak terbatas, harapan pasien yang semakin tinggi, serta sistem kesehatan yang kompleks, tentunya mentalitas tersebut akan membawa lebih banyak dampak negatif dibanding positif.

Dinamika dunia kesehatan saat ini membutuhkan kolaborasi, integrasi dan transparansi agar bisa maju bersama. Sudah bukan saatnya lagi berpikir untuk menjadi yang terbaik sendiri karena pasti pencapaian akan terbatas, tapi dengan maju bersama maka pencapaian manusia di dunia kesehatan akan lebih jauh lagi.

Kesehatan bukan hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan, terdapat banyak hal lagi yang berkontribusi pada kesehatan masyarakat. Dengan berkembangnya isu kesehatan saat ini seperti pasien lanjut usia, penyakit kronis, meningkatnya biaya kesehatan, transparansi, teknologi, dan pelayanan berfokus pasien, saatnya kita menumbuhkan kerjasama multi sektor, multi dimensi, dan antar negara. Pelajaran dan pencapaian di satu negara dapat menjadi solusi atau peringatan bagi pengembangan kesehatan di negara lain.

Inovasi penting dan harus terus dilakukan. Oleh karena itu IHI telah memperbarui pandanganya atas redesain pengembangan kesehatan saat ini menjadi change the balance of power, standardize what makes sense, customize to the individual, promote wellbeing, create joy in work, make it easy, move knowledge - not people, collaborate/cooperate, assume abundance, dan return the money.

Sebagai penutup presentasi dan forum kali ini, Mr. Donald M. Berwick mengajukan satu permohonan, "Health and well being are intimately related to social justice, equality, compassion in public and private institutions, and stewardship of limited resources. Professionals ought to be vocal, passionate, and unified in their insistence on these moral commitments."

Sampai bertemu di International Forum selanjutnya di Gothenburg pada April 2016 dan Singapura pada September 2016.

Oleh: dr. Mochamad Muska Nataliansyah
Reportase International Forum on Quality and Safety in Healthcare: Asia
Hong Kong Convention and Exhibition Centre
28 - 30 September 2015