Merindukan Kehangatan Suasana Rumah Sakit
Selamat Hari Kartini untuk seluruh perawat perempuan di Indonesia. Semoga tulisan ini menyemangati.
Yth seluruh keluarga besar ruang isolasi Melati M5, RSUP Dr. Sardjito
Assalamu’alaikum wr wb,
Saya Uut (Adi Utarini), yang dirawat 19 hari di kamar B2, Melati M5. Saya dirawat mulai tanggal 28 Maret-15 April 2020. Saya mulai menjalani isolasi disana 3 hari setelah suami saya meninggal karena Covid (Iwan Dwiprahasto).
Alhamdulillah selama dirawat disana, banyak sekali pengalaman yang saya peroleh, baik fisik, mental, maupun yang terpenting adalah pembelajaran spiritual. Saya banyak diberi kemudahan oleh Allah SWT. Saya banyak dimudahkan melalui dr. Ika, para dokter spesialis, dokter jaga, residen penyakit dalam-THT, dan terutama seluruh perawat yang tulus memperhatikan kesehatan saya dalam kesehariannya.
Kalau mengingat masa isolasi kemarin, ada hal-hal yang saya rindukan juga ketika saya kembali ke rumah. Ada hal-hal rutin yang memberikan kebahagiaan bagi saya disana. Momen yang membahagiakan itu terutama adalah ketika mbak-mbak perawat masuk ke ruangan saya (maafkan saya yang tidak menyebutkan nama). Bukan hanya karena apa yg mereka lakukan untuk kesehatan saya, tetapi lebih dari itu. Saya merindukan sapaan mereka yang selalu ceria. Saya selalu menantikan obrolan singkat setiap pagi, siang dan sore. Sekalipun singkat, tapi itu sungguh-sungguh berarti untuk saya.
“Selamat pagi... ada keluhan apa prof...”. Nadanya sangat riang, menyemangati. Air panas untuk mandi yang mereka sediakan, sungguh menghangatkan hati saya. Begitu pula petugas cleaning service yang membuat kamar mandi saya wangi setiap hari dan lantai kamar saya licin, dibersihkan 2x sehari. Tanpa mereka, saya tidak akan dapat bertahan sesabar ini di M5.
Dibalik itu saya sering merenung, betapa besar pengorbanan mereka untuk orang-orang seperti saya. Mereka mempertaruhkan nyawanya (dan juga keluarganya yang berinteraksi dengan mereka) demi orang-orang yang tidak mereka kenal, yang tidak pernah berbuat apapun untuk hidup mereka. Mereka pasti orang-orang yang diberi kelebihan dan kekuatan oleh Allah SWT. Subhanallah.. Ya Allah, jauhkanlah mereka dari mara bahaya yang setiap hari mengintai. Berilah mereka kekuatan iman, kesehatan, keikhlasan, ketenangan agar mereka tidak merasa takut, tidak merasa sedih/khawatir, agar mereka senantiasa sehat, bersemangat untuk melakukan pengabdiannya. Lindungi pula keluarga mereka Ya Allah.
Kerinduan yang lain adalah suara ghoib berupa adzan yang terus menerus berkumandang di setiap malam. Adzan itulah yang menenangkan saya, menemani saya melewati malam hingga pagi. Jam berapapun saya terbangun, selalu ada suara adzan itu. Pasti Allah mengirimkannya untuk menguatkan saya. Saya merindukannya.
Begitu pula dokter jaga dan residen penyakit dalam, THT, dr Agus Surono, dr Lusi yang pernah mampir/berkomunikasi ke ruangan saya. Sekalipun singkat interaksinya, tapi sangat bernilai untuk saya yang “sendiri” menjalani masa isolasi ini. Khusus Dr Agnes, trimakasih sudah berkenalan di Instagram dan kemudian bertemu beberapa jam sebelum saya pulang. Maafkan perilaku dan perkataan saya yang tidak berkenan selama menjadi pasien. Ada masa-masa berat dan masa-masa yang lebih stabil selama saya disana. Semoga semuanya tetap sehat, ikhlas, bersemangat menjalani hari-hari di Sardjito sampai dengan lulus pendidikan spesialis (bagi residen). Yakinlah bahwa kita semua ini sedang diberikan kelebihan dengan menjalani proses seperti ini di masa-masa yang tidak mudah ini. Dibalik musibah, selalu ada banyak rencana baik yang akan Tuhan berikan. Insya allah. Amin.
Untuk dr Ika, dokter spesialis Paru, dokter yang merawat saya, yang baik hati, cantik dan ceria. Saya sering rindu dengan Dr ika setelah kembali ke rumah. Saya tidak akan pernah lupa kiriman telur rebus, telur ceplok, dan popcornnya. Itu telur ceplok paling enak sedunia hahaha. Popcorn sengaja saya simpan, supaya bisa dinikmati berdua dengan Putri, anak saya. Sekarang sudah ludes bu.. 😄 Kastengelsnya dr Ida crispy banget, terus saya pakai untuk melatih disiplin diri sendiri. Setiap hari hanya boleh makan dua 😉.
Saya juga ingin berterimakasih ke tim Gizi rumah sakit. Saya sering pamer makanan rumah sakit yang saya habiskan, ludes des. Bahkan sampai di rumah, saya masih disangoni 1 kotak, yang juga saya habiskan di rumah. Setiap hari makanan saya bukan hanya bergizi, tetapi mewah, dengan nasi yang dibentuk seperti bunga mawar, 3 macam lauk, sayur dan sup. Belum lagi susu dan snack, 2x sehari. Saya kadang merasa seperti saya sedang indekos di tempat yang mewah. Masya allah.. Dan luar biasanya, sampai di rumah berat badan saya tidak bertambah 😄.
Yang saya hormati Pak dr Rukmono, Dirut Sardjito. Di hari pak Rukmono dilantik, saya mengirimkan WA (WhatsApp) gurauan. Isinya kurang lebih, kalau sudah dilantik, mbok ya saya dipulangkan. Alhamdulillah Allah mendengarnya. Saya betul-betul boleh pulang keesokan harinya. Terimakasih kiriman kue bakpia, air putih dan roti untuk saya. Semoga pak rukmono selalu dimudahkan dalam menjalankan amanah di Sardjito bersama seluruh tim manajemen.
Hari-hari terberat sudah saya lalui. Saya ditemani dr Kalkarina, dr Juvan, dr Gani, dr Gunawan, seluruh residen anestesi dan tim perawat di ICU, tim Forensik, dan seluruh tim manajemen Sardjito sampai dengan pemakaman mas Iwan. Saya tidak mampu menyebutkannya satu persatu. Terimakasih yang setulusnya. Allah Maha Tahu yang terbaik untuk mas Iwan. Ini sudah suratan takdirnya.
Doa saya untuk seluruh tim di ICU, Melati M5, perawat di Ayodya, tim Forensik dan tim manajemen rumah sakit dan semua pihak yang tidak mampu saya sebutkan. Allah Maha Tahu dan mencatat apa yang dikerjakan hambanya setiap harinya dan Allah akan membalasnya dengan menjaga bapak ibu semua dengan rahmat dan berkahnya.
Tetap bersemangat ya.. 💪
Saya juga akan berusaha bersemangat menjalani hari-hari saya ke depan. Insya allah kita semua dimudahkanNya.
Wassalaamu’alaikum wr wb
Salam hangat, Uut.
Diambil dari Diary saya, 2020