Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Reportase Survei Pengumpulan Data untuk Peningkatan Mutu Pelayanan Gizi dalam Penurunan Angka Stunting

Jakarta, Diseminasi survei pengumpulan data untuk peningkatan mutu pelayanan gizi dalam penurunan angka stunting telah dilaksanakan di Jakarta, Hotel Ashley pada tanggal 20 Oktober 2022 secara Hybrid. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK FK-KMK UGM) bersama Japan International Cooperation Agency (JICA) Indonesia. Diseminasi dihadiri oleh peserta yang hadir secara offline dari Kementerian/Lembaga, terdiri dari BKKBN, Kemenkes, Kemenko PMK, Bappenas, Kemendagri, Kemenkeu, Kemensos, Kemendes PDTT, TP2AK serta Kemendikbud, dan peserta dari 8 mitra pembangunan yakni UNICEF, JHPIEGO, Project Hope, WHO, Gain, NI, WFP dan World Bank INEY.

 

Selain itu, kegiatan juga dihadiri oleh 45 orang peserta online yang berasal daerah yakni BKKBN, Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/Kota, Bappeda dan Puskesmas di 6 Kabupaten/Kota, Provinsi Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Bali. Kegiatan di awali dengan pembukaan yang disampaikan oleh Mr. Yu Nakahira sebagai Project Formulation Advisor JICA Indonesia yang kemudian dilanjutkan dengan penyajian video best practice mengenai kebijakan gizi di Jepang, yang dikenal dengan program “shokuiko”.

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan penyampaian hasil survei oleh DR. Dr Hanevi Djasri MARS FISQua yang menekankan bahwa masalah gizi termasuk stunting masih menjadi masalah serius yang sulit diselesaikan dalam 1 dekade terakhir di Indonesia, dan secara global Indonesia masih berada diantara negara dengan kinerja yang rendah dalam hal penanggulangan stunting. Oleh karena itu, survei ini dimaksudkan untuk membantu para stakeholder dalam menyusun perbaikan program penanggulangan stunting ke depannya. Hanevi juga menjelaskan bahwa survei dilakukan dengan melakukan review dokumen, analisis terhadap mitra pembangunan, serta studi komparatif yang dilaksanakan di di 3 Provinsi 6 Kab/Kota: NTT (Kupang, TTS), Jawa Barat (Cimahi, Garut) dan Bali (Denpasar, Gianyar) fokus pada implementasi program gizi spesifik baik di level kab/kota hingga Puskesmas.

hddr. Hanevi kemudian memaparkan bahwa aksi konvergensi yang dilakukan membutuhkan waktu, terutama dalam menjamin komitmen & sinkroniasi program diantara stakeholder, dimana Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) perlu diperkuat dengan panduan/arahan yang lebih jelas berkaitan dengan tugas dan fungsinya termasuk insentifnya, serta perencanaan & penganggaran perlu ditingkatkan efisiensinya, fokus pada program inovatif yang cost-effective & tepat sasaran (imunisasi, IMD, ASI ekslusif, pengasuhan, PAUD, suplementasi gizi mikro,pemantauan pertumbuhan, dll).

Hanevi juga menekanan bahwa layanan terkait gizi perlu mengedepankan kualitas layanan dengan input yang memadai dan merata, perlu menambahkan indikator mutu pelayanan spesifik stunting dalam sistem monitoring dan evaluasi, peningkatan kapasitas untuk semua tenaga pemberi layanan gizi berkualitas, serta pemenuhan infrastruktur, peralatan pendukung, insentif/reward, dan punishment. Mengenai Sistem informasi, Hanevi juga menekankan perlunya menyederhanakan dan mengintegrasikan secara maksimal penggunaan data bagi peningkatan program dengan Simplifikasi dan integrasi dari beberapa platform/aplikasi pengumpulan data, perlu adanya panduan penggunaan data dan informasi yang jelas untuk semua stakeholder, serta penggunaan data untuk publikasi dan penelitian guna mencari akar masalah dari stunting dan faktor determinannya.

ynSelanjutnya Yu Nakahira berkesempatan menyampaikan respon terkait potensi program ke depan dalam menanggulangi stunting. Nakahira mengawali dengan penjelasan mengenai isu stunting yang ada di Indonesia serta penjelasan pemilihan wilayah studi. Dalam penjelasannya, Nakahira juga menekankan 3 point utama yang ditawarkan oleh JICA bagi Pemerintah dan Kementerian yakni bisa berfokus dalam aktifitas gizi, yakni berfokus pada diet atau pola makan, yakni bagaimana cara memasak dan apa yang dimasak serta bagaimana menyajikan makanan ke balita seperti yang terdapat pada program shokuiko 2) Pentingnya pendidikan gizi yang terus harus dikembangkan untuk meningkatkan status nutrisi, serta pentingnya 1000 HPK, 3) Pertimbangkan untuk memberikan kontribusi pada kebijakan berdasarkan bukti ilmiah untuk meningkatkan status kesehatan dalam hal meningkatkan pengetahuan MP-ASI, pendidikan gizi di tingkat daerah serta komunitas dan berbagai aktifitas dalam meningkatkan kesadaran, serta alat yang diberikan untuk kebijakan nutrisi.

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi yang memberikan kesempatan kepada semua peserta untuk menanggapi hasil survei serta rekomendasi yang ditawarkan oleh JICA. Beberapa diskusi ditanggapi oleh dr Hanevi mengenai beberapa hal yakni perlunya pendekatan sistematis agar program yang terlihat sederhana namun dapat terselenggara dengan baik, perlu mencari mekanisme daya tangkap daerah secepat di pusat yakni salah satunya agar kebijakan baru dapat dilengkapi dengan naskah akademik, tapi sayangnya begitu terbit naskah akademik tidak ikut sebagai pendamping dokumen, serta perlunya kemampuan menilai efektifitas kebijakan.

Tantangannya adalah dikaitkan dengan pengukuran efektifitas, apakah dapat merubah kebijakan di lapangan. Selanjutnya mengingat pembiayaan stunting masuk ke JKN maka bagaimana menilai efektfitas JKN pada gizi, serta perlu ada mekanisme pembelajaran untuk mempelajari praktik/inovasi dari daerah. Perlunya membangun budaya pola makan yang baik dengan memasukkan asuhan gizi ke dalam kurikulum Pendidikan, dan tidak hanya masuk sebagai daftar pertanyaan ujian tapi juga sampai membangun budaya gizi yang baik. Mengenai data, dr Hanevi juga menanggapi bahwa kita tidak bisa hanya menunggu perbaikan data tapi perlu inisiatif untuk layanan gizi dan stunting bagaimana merubah prilaku pribadi dan masyarakat. Di satu sisi dituntut kemampuan konseling pada tenaga kesehatan satu per satu sedangkan turnover tenaga kesehatan saat ini yang tinggi.

Secara keseluruhan kegiatan berjalan lancar dan hasil penelitian ditanggapi dengan antusias oleh seluruh peserta sesuai dengan pengalaman masing-masing dalam menangani program gizi di masing-masing instansi.

Materi dapat di akses pada link berikut:

KLIK DISINI

Reporter: Andriani Yulianti (Peneliti PKMK FK-KMK UGM)