Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Editorial

Keluarga merupakan unit paling dekat dengan pasien, dan merupakan perawat utama bagi pasien. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau perawatan yang diperlukan pasien di rumah sakit. Keberhasilan perawat di rumah sakit akan sia-sia jika tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan pasien harus dirawat kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat pasien di rumah sehingga memungkinkan pasien tidak kambuh atau dapat dicegah.

Sebuah survei yang dilakukan di rumah sakit Amerika Serikat mengenai praktek pasien dan keterlibatan pasien dan keluarga pasien dalam mengelola pasien di rumah sakit menunjukkan hal yang luar biasa. Hasilnya pasien dan keluarga pasien yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan secara bersama-sama dalam perawatan dan menjadikan pasien sebagai mitra dapat meningkatkan optimalisasi kesembuhan pasien, selain itu dengan melibatkan anggota keluarga seperti berpartisipasi dalam koordinasi keperawatan sangat penting.

Keluarga merupakan bagian dari tim pengobatan dan perawatan. Apalagi di Indonesia dengan kultur sosialnya tinggi ditambah keterbatasan jumlah perawat di rumah sakit sehingga tugas merawat orang sakit yang dirawat di rumah sakit umumnya dilakukan oleh keluarga yang menjaga. Para anggota keluarga menunggui secara bergantian, bahkan sering menjaga bersama-sama. Sementara perawat di rumah sakit yang seharusnya merawat orang sakit juga harus melakukan tugas-tugas yang lain di bangsal perawatan. Maka, peran keluarga penting untuk memantau kebutuhan pasien dari laporan perawat atau jika perlu malakukan komunikasi langsung.

Beberapa rumah sakit mengizinkan pasien untuk membawa alat komunikasi yang perlu digunakan. Hal ini juga terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan di rumah sakit Amerika serikat bahwa dengan keterlibatan pasien maupun anggota keluarganya dalam merawat dan memberikan kesempatan kepada keluarga pasien untuk berkunjung ke rumah sakit lebih lama dapat menguragi resiko kecemasan yang berlebihan yang diderita oleh pasien. Tentunya hal ini dapat dirasakan jika penderita merasakan adanya dukungan sosial dari orang-orang sekitarnya, merasa dirinya dihargai, diperhatikan dan dicintai.

Contohnya adalah bila ada seseorang yang sakit dan terpaksa di rawat di rumah sakiy maka sanak saudara ataupun teman-teman biasanya datang berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka orang yang sakit atau pasien ini tentu merasa mendapat dukungan sosial sehingga secara tidak langsung dapat mempercepat kesembuhan

Keluarga yang akan menerima penderita di rumah sepulang dari rumah sakit. Begitu siap dipulangkan keluarga menerima estafet pengelolaan penderita di rumah sebagai kelanjutan pengelolaan di rumah sakit. Karena itu selama di rumah sakit keluarga berhak atas informasi pengobatan, perawatan, dan penanganan lainnya terhadap penderita. Karena itu bertanya kepada pihak rumah sakit merupakan hak keluarga untuk memperoleh informasi tersebut. Keluarga perlu perlu mulai membuka dan menjalin 'kedekatan' dengan personel rumah sakit untuk keperluan ini

Oleh : Armiatin, SE., MPH.
Sumber : Herrin J. et al., Patient and Family Engagement: A Survey of US Hospital Practices. BMJ Qual Saf 2015;0:1–8. doi:10.1136/bmjqs-2015-004006.

24 Juni 2015 lalu diperingati sebagai Hari Bidan Nasional dan sebagai bentuk penghargaan bagi profesi bidan. Pada minggu ketiga ini, masih akan dipaparkan dua artikel dengan topik upaya peningkatan mutu pelayanan kebidanan, yang dapat dijadikan input bagi provider kesehatan khususnya di tingkat organisasi dalam upaya quality improvement.

Artikel pertama akan menyampaikan hasil evaluasi kebidanan keperawatan primer di Belanda. Sedangkan artikel kedua memaparkan hasil analisis pelayanan kebidanan di Nigeria. Diantaranya dengan mengacu pada standar International Confederation of Midwives (ICM), serta adanya penerapan program pelayanan kebidanan khususnya untuk daerah yang 'kurang' terlayani.

Pentingnya peran bidan dalam pelayanan kesehatan sejalan dengan tema utama peringatan bidan internasional 2015 yang disampaikan oleh ICM yaitu The World Needs Midwives More Than Ever. "Selamat Hari Bidan". (lei)

Topik bahasan yang diangkat minggu ini masih seputar mutu pelayanan kebidanan. Seperti halnya tenaga kesehatan profesional lain, bidan memiliki peran penting dalam proses pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak. Peran tersebut tidak dapat dipungkiri semakin memiliki 'porsi' yang besar untuk daerah terpencil, dimana jumlah tenaga kesehatan sangat terbatas. Tuntutan untuk mempertahankan mutu dapat 'terabaikan' manakala rasio provider kesehatan yang tersedia dengan pengguna layanan kesehatan tidak sebanding. Namun tentu saja setiap upaya peningkatan mutu tetap harus dilakukan dan diusahakan oleh provider kesehatan, salah satunya adalah membekali tenaga kesehatan dengan pengetahuan dan ketrampilan yang memadai, serta tentu saja membangun relasi yang baik dengan pasien itu sendiri.

Minggu ini akan disajikan 2 artikel yang diharapkan dapat memberikan input positif. Artikel pertama akan menguraikan bagaimana penerapan genuine caring dapat meningkatkan mutu pelayanan bagi ibu hamil. Sedangkan artikel kedua akan memaparkan rekomendasi yang dapat dijadikan referensi untuk meningkatkan mutu pelayanan melalui bidan yang berkualitas. (lei)

 

Pada setiap pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien tentu saja akan diikuti dengan harapan outcome yang dihasilkan merupakan outcome optimal dan terbaik yang dapat dihasilkan. Hal ini juga menjadi salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh bidan dalam memberikan layanan asuhan kebidanan bagi pasien mereka. Berbagai faktor menjadi penentu dalam proses pencapaian outcome tersebut, salah satunya adalah penentuan indikator untuk menilai mutu pelayanan kebidanan yang diberikan.

Artikel minggu ini akan menyajikan dua materi terkait asuhan pelayanan kebidanan. Artikel pertama akan memaparkan hasil penelitian yang dilakukan di Belanda, dimana dikaji 26 indikator sebagai alat ukur yang relevan untuk layanan bidan. Sedangkan artikel kedua akan memaparkan penerapan instrumen asesmen yang diadopsi dari WHO untuk menilai mutu pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir di Albania. Penerapan tool yang dipergunakan dalam dua artikel tersebut diharapkan dapat memberikan input bagi provider pelayanan kebidanan dalam upaya memberikan pelayanan bermutu dan outcome optimal bagi pasien. (lei)