Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Editorial

Kepemimpinan klinis kini sedang dikembangkan di banyak rumah sakit di berbagai negara maju. Kepemimpinan klinis telah dinyatakan sebagai faktor utama yang berpengaruh terhadap kualitas pelayanan pasien. Pada tingkat organisasi, staf yang mempunyai kepemimpinan klinis akan dapat beradaptasi dan mengatasi perubahan lingkungan yang terjadi. Pada tingkat individu, kepemimpinan klinis dapat mengembangkan dan memperbaiki pengetahuan dan keahlian individu tersebut. Pada tingkat pasien, kepemimpinan klinis dapat meningkatkan respon terhadap kebutuhan pasien dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan.

Kepemimpian klinis para dokter/perawat di unit-unit di rumah sakit menjadi sangat penting karena kepemimpinan di unit-unit kecil (mikrosistem) akan berkontribusi terhadap perkembangan organisasi secara keseluruhan. Kinerja sistem besar rumah sakit tidak akan menjadi lebih baik tanpa dukungan sistem-sistem kecil didalamnya. Maka dari itu, sangatlah penting untuk mempunyai kepemimpinan yang kuat dan efektif di seluruh unit di rumah sakit. Di Mayo Clinic misalnya kepemimpinan klinis menjadi elemen yang esensial dalam mengarahkan segalanya. Kepemimpinan klinis mengarahkan perilaku dokter menjadi lebih positif. Mereka mengedepankan kepentingan institusi dalam pikiran mereka.

Kepemimpinan klinis perlu diukur pada para klinisi baru sebelum mereka bekerja di rumah sakit, karena transisi dari seorang mahasiswa menjadi seorang klinisi baru adalah tahapan kritis dalam perjalanan karir mereka. Pada umumnya para klinisi junior di rumah sakit merasa kurang siap dalam menghadapi pekerjaan pertama mereka di rumah sakit. Dokter-dokter baru perlu mempunyai sifat-sifat kepemimpinan klinis sejak awal karena tuntutan pelayanan kesehatan modern saat ini menjadi sangat kompleks, membutuhkan keahlian dan kompetensi dokter untuk memberikan pelayanan klinis yang berkualitas, serta menuntut dokter untuk bekerja dalam tim yang bersifat multidisipliner.

edi-2sepIndikator-indikator pencapaian MDG4 dan MDG5 masih belum tercapai dengan baik di Indonesia. Data terakhir di tahun 2012 menunjukkan terjadinya stagnasi pencapaian. Ada kekhawatiran bahwa kebijakan pengurangan kematian ibu dan bayi belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Sementara itu di berbagai daerah dan kalangan masyarakat, termasuk yang mempunyai pendapatan rendah terjadi kecenderungan peningkatan penyakit tidak menular seperti stroke, gagal ginjal, dan diabetes.

Forum Tahunan ke IV Jaringan Kebijakan Kesehatan yang akan diselenggarakan di Kupang pada tanggal 4-7 September 2013, berusaha membahas masalah ini melalui penelitian empirik dan analisis kebijakan. Forum ini berusaha menjawab berbagai pertanyaan: 1) Mengapa berbagai kebijakan dan intervensi program KIA yang sudah menggunakan dana besar selama puluhan tahun ini belum berjalan dengan baik di Indonesia? 2) Di mana letak permasalahan dalam penyusunan kebijakan dan pelaksanaan program intervensi KIA di Indonesia? Apakah kebijakan saat ini tidak tepat? 3) Bagaimana usulan kebijakan mendatang dan strategi intervensi KIA di masa mendatang.

Forum ini antara lain akan menyajikan hasil analisa kebijakan KIA di Indonesia untuk memahami mengapa terjadi stagnasi pencapaian program KIA dan akan menyajikan berbagai policy brief yang berdasarkan pengalaman berbagai proyek inovasi dalam bidang KIA.

 

Tanggal 13 September diperingati sebagai Sepsis Word Day (hari sepsis sedunia). Sepsis merupakan pembunuh utama pasien di RumahSakit. Di USA, sepsis masuk dalam 10 besar penyakit yang menyebabkan kematian. Tingkat kematian pasien sepsis di ICU sekitar 20% untuk sepsis, 40% untuk sepsis berat, dan >60% untuk syok sepsis. Sedangkan pada bayi baru lahir angka sepsis neonatorum meningkat pada bayi yang berat badan lahir rendah dan bila ada faktor resiko ibu (obstetrik) atau tanda-tanda korioamnionitis, seperti ketuban pecah lama, demam intrapartum ibu, leukositosis ibu, pelunakan uterus dan takikardia janin.

Perhimpunan Dokter Intensif Care Indonesia (PERDICI) mendefinisikan sepsis pada saat tubuh memberikan respon berlebihan terhadap infeksi sehingga mencederai jaringan dan organ sendiri. Sepsis dapat menyebabkan syok, gagal organ, dan bahkan kematian; terutama bila tidak ditangani secara adekuat. Tahap-tahap sepsis meliputi Tahap 1: Infeksi setempat,seperti infeksi di paru-paru. Kuman dan racun (toksin) masuk sirkulasi darah dan menyebabkan reaksi. Tahap 2: Fungsi beberapa organ tubuh mulai terganggu dan mengalami kegagalan. Tahap 3: Beberapa organ menjadi tak bisa berfungsi secara benar dan terjadi kegagalan sirkulasi dan syok sepsis.

Sepsis merupakan kedaruratan medis, dimana Penundaan pemberian antibiotika secara adekuat akan meningkatkan angka kematian karena sepsis. Secara umum langkah-langkah awal penanganan sepsis adalah: Memeriksa hemoglobin dan asam laktat; Memantau produksi urin setiap jam; Memberikan oksigen dengan aliran tinggi; Memeriksa kuman dalam darah; Memberikan antibiotika intravena; dan Memulai resusitasi cairan.

Sepsis selalu disebabkan oleh infeksi, maka upaya utama adalah pencegahan infeksi yang meliputi Imunisasi, Menjaga kebersihan tangan, Persalinan yang bersih dan Sanitasi. Meski terdengar sederhana namun sejauh mana sarana pelayanan kesehatan di Indonesia telah mematuhi pencegahan ini?

Hari Sepsis Sedunia semoga dapat menjadi pengingat bagi seluruh insan kesehatan Indonesia untuk melakukan pencegahan sepsis sejak awal dan melakukan tatalaksana sepsis dengan baik.

Pemerintah terus melakukan persiapan pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional yang akan dimulai Januari 2014. Namun masih ada beberapa permasalahan yang menghadang yaitu rumah sakit yang belum mampu melaksanakan kendali mutu dan biaya dengan baik.

Perusahaan asuransi, pembayar dan penanggung biaya layanan kesehatan memiliki persepsi yang berbeda tentang layanan kesehatan yang bermutu. Dan aktifitas yang dapat dilakukan untuk pencapaian mutu diantaranya manajemen risiko, utilization review (UR), peer review, indikator, prosedur tetap, audit medis, clinical pathway, algoritma. Sedangkan untuk kendali biaya bisa dilakukan dari sisi supply maupun demand. Untuk kendali biaya dari Sisi supply bisa dilakukan dengan standarisasi pelayanan. Salah satu bentuk standarisasi pelayanan kesehatan adalah dalam bentuk formularium obat. formularium obat juga masih mengundang persepsi beragam dari para dokter karena formularium hanya membatasi dokter dalam penulisan resep. Padahal pemakaian formularium milik rumah sakit telah mengakomodari permintaan dokter. Namun kepentingan yang saling menguntungkan antara dokter dan perusahaan farmasi tak bisa dipungkiri menjadi tantangan terbesar. Sehingga perilaku praktik dokter merupakan unsur terpenting dalam kendali biaya dan mutu pada program jaminan kesehatan.