Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Editorial

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438/MENKES/PER/IX/2010 Tentang Standar Pelayanan Kedokteran mengharuskan setiap pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan (seperti direktur RS atau kepada Puskesmas) memprakarsai penyusunan standar pelayanan kedokteran dalam bentuk Standar Prosedur Operasional (SPO) sesuai dengan jenis dan strata fasilitas pelayanan kesehatan yang dipimpinnya.

Permenkes tersebut telah ditetapkan sejak September 2010, namun setelah berjalan 3 tahun berapa banyak direktur RS atau kepala Puskesmas telah menyusun SPO dengan menjadikan Pedoman Nasional Praktek Kedokteran (PNPK) sebagai acuan, seberapa banyak PNPK telah disusun oleh organisasi profesi serta disahkan oleh Menteri? Seberapa banyak pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan telah memastikan bahwa SPO telah dijadikan panduan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan?

Terdapat berbagai bentuk SPO, yaitu Panduan Praktik Klinis (clinical practice guidelines) yang dapat dilengkapi dengan alur klinis (clinical pathway), algoritme, protokol, prosedur atau standing order. Menyusun berbagai bentuk SPO tersebut tidaklah mudah, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan perlu mempelajari dengan baik bagaimana cara menyusun Clinical Practice Guidelines atau Clinical Pathways, sehingga dokumen yang dihasilkan tidak hanya sekedar menjadi dokumen "copy-paste" dari RS lain, atau hanya menjadi dokumen yang disimpan rapat didalam lemari dan hanya dikeluarkan untuk penilaian akreditasi. Dengan memahami bagaimana menyusun, menerapkan dan mengevaluasi SPO diharapakan dokumen tersebut dapat menjadi dokumen yang benar-benar digunakan sebagai pedoman/panduan dalam memberikan pelayanan, sehingga mendukung terciptanya pelayanan yang bermutu dan aman bagi pasien dan masyarakat.

Dua peristiwa besar telah terjadi pada hari Kamis 26 September lalu, pertama adalah munculnya secara resmi hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 yang menunjukan kegagalan Indonesia menurunkan angka kematian ibu, dari 228 per 100 ribu kelahiran hidup pada SDKI menjadi 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Fakta lonjakan kematian ini tentu sangat memalukan pemerintah yang sebelumnya bertekad akan menurunkan AKI hingga 108 per 100 ribu pada 2015 sesuai dengan target MDGs.

Peristiwa kedua adalah terlaksananya Simposium Internasional tentang Penyakit Tidak Menular, dalam simposium ini para pembicara menegaskan bahwa penyakit tidak menular atau non-communicable disease (NCD) saat ini semakin menjadi sorotan di seluruh dunia. Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena NCD (63 % dari seluruh kematian) dan hampir setengah (14 juta) kematian NCD terjadi sebelum usia 70 tahun, terutama karena penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan kronis dan diabetes. Untuk menegaskan masalah ini maka salah satu laporan yang ditulis oleh 488 co-authors dari 303 institusi dari 50 negara menyatakan bahwa penyebab utama kematian dan kecatatan telah bergeser dari penyakit menular pada anak menjadi penyakit tidak menular pada dewasa, dari penyakit karena kekurangan makan menjadi penyakit karena terlalu banyak makan.

Dua peristiwa tersebut harus menyadarkan kita bahwa kita menghadapi masalah pada 2 sisi sekaligus, masalah "lama" yaitu kematian ibu dan masalah "baru" yaitu penyakit tidak menular. MDGs telah memberikan prioritas utama dalam penurunan angka kematian ibu namun gagal dalam pelaksanaannya namun disisi lain MDGs yang akan segera kedaluarsa pada tanggal 31 Desember 2015 sebelumnya juga tidak memberikan porsi prioritas bagi penanganan NCD sehingga menimbulkan masalah baru.

edi-14okt13ISQua (The International Society for Quality in Health Care) merupakan organisasi nirlaba, independen yang berdiri pada tahun 1984 memiliki misi mempromosikan, mendukung perbaikan terus menerus dalam keselamatan dan mutu pelayanan kesehatan di seluruh dunia.

ISQua pada tanggal 13-16 Oktober 2013 mengadakan konferensi Internasional ke 30 di Edinburgh dengan tema quality and safety in population health and healthcare. Konferensi ISQua ini dihadiri lebih dari perwakilan 70 Negara dengan 1.000 delegasi yang salah satunya konsultan dari Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK UGM, dr. Tjahjono kunjoro, MPH, DrPH.

Konferensi ini terbagi 9 area yaitu Governance, Leadership and Health Policy; Patient Safety; Improving Population Health; Patient and Family Experience, Engagement and Coproduction; Accreditation and External Evaluation Systems; Education in Safety and Quality; Quality & Safety in Transitional and Developing Countries; Health Information Technology; Measuring Service Performance and Outcomes.

Berikut ini adalah reportase selama tiga hari pelaksanaan konferensi dalam bentuk ringkasan apa yang disampaikan oleh para narasumber menurut pandangan penulis.

Reportase kegiatan ISQua:

edi-23septSalah satu pioner dalam penerapan manajemen mutu dalam pelayanan kesehatan di Indonesia, khususnya di rumah-sakit, dr. Samsi Jacobalis, SpB. meninggal dunia pada hari Jumat (20/9) pukul 03.20 WIB di ICU RS Puri Cinere. Brigjen TNI (Purn) ini adalah putra kelahiran Sungailiat, Bangka Belitung, yang menjadi tokoh senior perumahsakitan Indonesia.

Pengalaman beliau yang luas membuat Samsi Jacobalis dapat menulis berbagai macam buku dan artikel tentang kesehatan dengan perspektif yang juga luas, dari tulisan dengan topik mengenai mutu pelayanan kesehatan seperti: "Menjaga Mutu Pelayanan Rumah Sakit: Quality Assurance (1989)" hingga topik lain seperti "Indonesian heath care and the economic crisis: is managed care the needed reform? (1999)"; Bioteknologi dan rekayasa genetik: landasan baru untuk ilmu kedokteran (1999); "Kumpulan tulisan terpilih tentang rumah sakit Indonesia dalam dinamika sejarah, transformasi, globalisasi, dan krisis nasional (2000)"; "Merancang Hospital Baylaws Indonesia (2002); "Saham Dokter Dan Mahasiswa Kedokteran Dalam Kebangkitan Nasionalisme Dan Pembebasan Bangsa Dari Penjajahan by Samsi Jacobalis (2010)", dan '"How to Actually malpractice conditions in hospitals? (2010).

Beliau sangat memberikan perhatian khusus pada mutu dan etika perumahsakitan, bahkan hingga ajal menjemput, selalu menasihati generasi muda tenaga kesehatan untuk mementingkan kepentingan kesehatan masyarakat luas daripada kepentingan pribadi. Selamat jalan dr. Samsi.