Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Headline

Lansia termasuk kelompok yang rentan terhadap penularan virus corona (Covid-19), bersama dengan orang yang memiliki riwayat penyakit penyerta, dan perokok.

Pakar Geriatri UGM, Dr. dr Probosuseno, Sp.PD., K-Ger., S.E., menjelaskan lansia rentan terhadap berbagai macam infeksi bakteri, virus maupun penyakit termasuk Covid-19. Pasalnya, kapasitas fungsional organ-organ tubuh lansia mengalami penurunan akibat penuaan. “Lansia mengalami penurunan kapasitas fungsional hampir pada seluruh sistem tubuhnya, termasuk imunitasnya sehingga rentan terhadap infeksi apapun,”terangnya saat dihubungi Selasa (21/4).

Dia mencontohkan beberapa fungsi tubuh yang menurun seiring pertambahan usia. Seperti hilangnya kelenjar timus, kulit semakin menipis, kelenjar lendir berkurang dan fungsi organ-organ tubuh menurun. Ditambah nafsu makan berkurang sehinga asupan nutrisi tidak tercukupi. Kondisi itu mengakibatkan kecepatan tubuh saat merespons tidak secepat dan seefektif saat muda.

Lansia merupakan mereka yang berusia 60 tahun ke atas. Kelompok ini perlu lebih waspada, terlebih yang memiliki penyakit penyerta (komorbid) seperti penyakit autoimun, diabetes, tekanan darah tinggi, kanker, dan jantung. Selain itu, juga lansia dengan multipatologi atau mengidap sejumlah penyakit. Apabila tertular Covid-19 maka lansia akan mendapatkan komplikasi kesehatan yang cukup serius. “Lansia yang paling rentan atau rapuh adalah lansia tua di atas 80 tahun, diikuti lansia sedang usia 70-80 tahun, dan terakhir lansia muda usia 60-70 tahun,”tutur dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM ini.

Tips Jaga Lansia

Lalu bagaimana melindungi lansia dari kemungkinan infeksi virus corona? Probosuseno membagikan sembilan langkah yang dapat dilakukan agar lansia sehat dan bahagia. Salah satunya, menjaga asupan nutrisi yang baik dan halal serta menjaga kebutuhan cairan dengan minum air hangat yang cukup tanpa harus menunggu haus. "Jaga asupan nutrisi, makan sayur lodeh juga bagus karena mengandung zat-zat yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh,"ujarnya.

Berikutnya, tetap mendorong lansia untuk melakukan olahraga dengan intensitas ringan dengan durasi total 30 menit setiap hari. Olahraga tidak hanya bisa berpengaruh pada kesehatan fisik, tetapi juga berpengaruh pada kesehatan mental lanisa. Contoh olahraga yang dapat dilakukan lansia seperti tepuk tangan keras-keras selama satu menit dan mengayunkan tangan keatas dan kebawah 100 kali saat pagi, siang, dan malam.

Lalu, menghindari stres. Sebab, stres dapat menurunkan imunitas tubuh, memacu adrenalin, meningkatkan tekanan darah dan gula darah. Istirahat atau tidur yang cukup antara 4 sampai 9 jam setiap harinya. Sebab, saat tidur tubuh melakukan penggandaan sel darah putih dan sel lainnya yang sangat berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Menjaga kebersihan lingkungan juga perlu dilakukan. Salah satunya dengan rajin mencuci tangan dengan sabun atau alkohol 70 persen terutama saat akan mengusap mulut , mengucek mata, atau membersihkan lubang hidung.

Selain itu, juga meningkatkan ketakwaan keimanan. Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa ibadah, bersedekah, bersyukur, bersabar, dan berpuasa terbukti mampu meningkatkan stamina dan kekebalan tubuh. Tak kalah penting tetap beraktivitas di rumah seperti mengembangkan hobi.

Langkah lain dengan meninggalkan hal-hal yang tidak perlu. Tidak melakukan perjalanan atau bepergian apabila tidak ada kebutuhan mendesak. Pasalnya, seseorang akan lebih mudah terinfeksi virus saat berada di kerumunan. “Jika tidak mendesak jangan keluar rumah. Misal mau kontrol kesehatan bisa dengan telemedicine sebagai alternatif konsultasi dokter secara online,” paparnya.

Upaya lain yang dapat ditempuh dengan tetap melakukan kegiatan sosial. Namun, di tengah situasi pandemi saat ini, dia menganjurkan untuk mengurangi interaksi sosial secara langsung. Interaksi disarankan dilakukan secara virtual melalui chat, telepon, maupun video call. “Dengan cara ini mereka akan tetap terhubung dengan keluarga dan lingkungan sehingga tidak merasa kesepian yang bisa memengaruhi kesehatan mental dan fisiknya,”pungkasnya.

Penulis: Ika
Sumber: https://ugm.ac.id/

 

PKMK-Yogyakarta, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DPPPAP2) DIY bekerjasama dengan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM telah menyelenggarakan webinar dan livestreaming dengan topik silaturahmi aman dimasa pandemi COVID 19. Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut yakni GKBRAA Paku Alam selaku wakil ketua 1 TP PKK DIY, Ir. Agustina Erni, Msc selaku Deputi Kesetaraan Gender Kementerian PPPA serta dr. Bella Donna, M.Kes selaku Kepala Divisi. Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM. Bertindak sebagai moderator yakni Desintha Dwi Asriani, MA, Ph.D yang merupakan dosen departemen sosiologi FISIPOL UGM.

Kesempatan pertama diberikan kepada GKBRAA Paku Alam dengan menyampaikan materi mengenai peran perempuan dalam pencegahan penyebaran COVID 19. Gusti Putri sebagaimana beliau biasa dipanggil menyampaikan bahwa dalam masa krisis saat ini seorang perempuan memiliki peran yang sangat penting baik dalam keluarga yakni sebagai pendidik pertama dalam mengajarkan PHBS (cuci tangan dengan sabun, memakai masker, physical distancing, makan bergizi, istirahat cukup, olah raga dan berjemur sinar matahari), mendampingi anak-anak saat belajar dari rumah, berkegiatan bersama di rumah (berkebun, memasak, menonton TV) untuk mengurangi kebosanan, mengedukasi keluarga tentang bahaya COVID 19, memenuhi kebutuhan psikis supaya tidak cemas, mengajarkan spiritualitas hingga sebagai penopang ekonomi keluarga.

Gusti Putri juga menyampaikan bahwa saat ini, selain peran perempuan dalam keluarga, terdapat juga peran perempuan dalam kehidupan bermasyarakat, sebagaimana diketahui bahwa petugas yang berada di garda terdepan dalam penanganan COVID 19 sekitar 80% diantaranya merupakan perawat perempuan serta 50% adalah dokter perempuan, perempuan juga mampu mengawasi dan membantu memenuhi kebutuhan tetangga yang ODP dan melakukan isolasi mandiri, sebagai relawan di dapur umum maupun penggalangan dana, membuat dan mendistribusikan masker, hand sanitizer, dan mampu melakukan pendataan masyarakat terdampak, dapat memantau BLT dan bantuan lain agar tepat sasaran serta dapat mengedukasi masyarakat tentang pencegahan penyebaran COVID 19. Secara tegas disampaikan oleh Gusti Putri Pakualam bahwa model silaturahmi yang akan disampaikan oleh PKK kepada seluruh lapisan masyarakat adalah tetap di rumah (stay at home) untuk meminimalisir penyebaran virus.

Selanjutnya, pemaparan disampaikan oleh Ir. Agustina Erni, Msc mengenai strategi kementerian PPPA dalam memberdayakan perempuan sebagai agen perubahan, bahwa untuk meningkatkan peran perempuan maka kementerian PPPA berkolaborasi dengan kementerian lainnya yakni Kemensos, Kementerian KUKM, BKKBN, Kemendes dan Kementerian Dalam Negeri, Pemberian bantuan spesifik perempuan dan anak melalui dana dekon, serta kolaborasi dengan dunia usaha dan organisasi masyarakat, memberikan pelatihan online untuk perempuan pelaku ekonomi, memberikan edukasi tentang gizi keluarga khususnya bagi bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan lansia bekerjasama dengan PERSAGI, Pelayanan bagi korban kekerasan melalui sinergi Program Sejiwa (Sehat Jiwa) serta pendidikan masyarakat untuk membangun komunikasi dengan pasangan (berbagi pengalaman perempuan dan laki-laki).

Disampaikan pula bahwa Isu-isu perempuan dan anak sifatnya selalu lintas sektoral, sehingga intervensi yang tepat sasaran dan efektif hanya dapat dilakukan dengan kerja sama dengan berbagai pihak, baik pemerintah, dunia usaha, media, perguruan tinggi maupun masyarakat. Ditekankan pula oleh Ibu Erni bahwa untuk perempuan pelaku ekonomi dampaknya sangat luar biasa sehingga KPPPA meningkatkan peran perempuan dalam mengakses pelatihan online. Untuk dapat mengakses pelatihan online maka terlebih dahulu membutuhkan data siapa yang berminat dan jenis pelatihan macam apa yang dibutuhkan di wilayah masing-masing, biasanya bersifat lokal spesifik, nantinya berkoordinasi dengan KPPPA dan akan dikoordinir oleh dinas pemberdayaan perempuan setempat.

Berikutnya dr. Bella Donna, M.Kes menyampaikan materi mengenai waspada penyebaran COVID 19 di hari idul fitri, pemaparan dimulai dengan kembali mengedukasi mengenai apa itu virus korona hingga protokol kesehatan yang harus diterapkan. dr Bella memberi singkatan protokol kesehatan dengan CITA KERJA (cuci tangan dengan sabun, cuci tangan dengan sanitizer, pakai masker dan jaga jarak 1-2m). Kemudian disampaikan pula bahwa untuk menekan penyebaran COVID-19 dapat dilakukan dengan meminimalkan resiko dengan meningkatkan kapasitas melalui individual (knowledge behavior), family support, community (organisasi, gotong royong), hospital (incident management system) maupun pemerintah (regulator, koordinasi). Jika kapasitasnya kuat yang dimulai dari keluarga maka resiko juga akan menjadi rendah hingga pada level di masyarakat.

Bella Donna juga tidak lupa memberikan cara aman di hari raya idul fitri baik di masa new normal. Ditegaskan bahwa saat ini kita sudah mulai berjalan pada masa new normal atau normal yang baru, dimana vaksin belum ditemukan dan selama vaksin belum ditemukan maka kita semua belum bisa dikatakan aman sehingga penting untuk tetap menerapkan protokol kesehatan CITA KERJA baik pada saat pemberian zakat yakni dengan tetap hindari keramaian, dapat dilakukan dengan belanja zakat lewat online, atur pemberian zakat dengan penjadualan, layanan jemput zakat, menyediakan layanan transfer zakat. Pelaksanaan sholat ied dengan tetap menghindari kerumunan dan diatur jarak jika tetap dilaksanakan, bisa diatur per RT. Selanjutnya, saling kunjung dapat dilakukan dengan membuat jadwal kunjung misalnya untuk 1-10 orang dengan diberi jarak dan menggunakan masker namun apakah ini bisa berjalan disiplin?

Diakhir sesi, moderator membuka sesi diskusi yang ditanggapi dengan antusias oleh semua peserta yang hadir secara online, semua narasumber menyampaikan pandangannya terhadap pertanyaan yang disampaikan oleh peserta dari sudut pandang masing-masing. Di akhir diskusi Bella juga menuturkan diluar dari upaya-upaya yang dapat dilakukan, akan lebih baik jika semua lapisan masyarakat untuk tetap di rumah (stay at home) dan manfaatkan silaturahmi daring, hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Gusti Putri untuk tetap di rumah dimasa pandemi COVID-19 dengan taati pemerintah, ikuti protokol kesehatan, sayangi keluarga dengan jangan jadikan OTG/Carier, sabar melewati situasi dengan disiplin serta berdoa bersama keluarga dan hadapi new normal menuju ke situasi sehari-hari dengan keadaan yang berbeda serta membuat inovasi dan kreatifitas dalam menyongsong kehidupan baru.

materi silhakan klik disini

Reporter
Andriani Yulianti, MPH (Divisi Manajemen Mutu, PKMK FKKMK UGM)

 

Dalam suatu penyuluhan kesehatan di masyarakat, seorang ibu menyampaikan masalah tentang suaminya. Usia suaminya tersebut 65 tahun, seorang pensiunan. Masalah utama adalah beberapa waktu belakangan sang suami sering menanyakan pertanyaan yang sama berulang-ulang. Walau sudah dijawab, tidak begitu lama akan ditanyakan lagi hal yang sama. Keadaan ini membuat anggota keluarga yang lain sering jengkel terhadap sang suami. Dipihak lain sang suami tidak merasa terganggu dengan keadaan ini karena tidak mengingat sudah menanyakan hal yang sama berulang-ulang. Kalau anggota keluarga yang lain menunjukkan amarah karena situasi ini maka sang suami akan menanyakan, kenapa marah kepada dirinya karena dirinya hanya menanyakan sesuatu?. Sejauh ini sang suami masih dapat beraktivitas sehari-hari seperti biasa.

Keadaan seperti ilustrasi diatas sering kita dengar atau bahkan mungkin ada salah satu keluarga kita mengalami keadaan yang sama. Seseorang yang semakin sering lupa selalu dihubungkan dengan bertambahnya usia orang tersebut. Semakin lanjut usia seseorang, lingkungan sekitar semakin dapat memaklumi jika orang tersebut sering lupa. Padahal tidak selalu gangguan memori itu hanya akibat bertambahnya usia, gangguan memori juga dapat didasari adanya penyakit.

Usia menunjukkan seberapa lama seseorang menjalani kehidupan yang diukur dalam satuan waktu, biasanya dalam satuan waktu tahun. Dari berbagai literatur ada beberapa pembagian kategori keadaan manusia sesuai kelompok usianya. Pembagian kategori tersebut meliputi: fase menanjak, fase stabil, selanjutnya diikuti fase menurun. Secara alamiah memang ada perubahan kondisi pada setiap fase kehidupan setiap orang. Perubahan kondisi yang dimaksudkan, meliputi tiga aspek yaitu: biologi, psikologi dan sosial. Pada kategoti ini lanjut usia masuk pada fase menurun dibandingkan usia yang lebih muda.

Dalam menjalani waktu kehidupannya, untuk dapat bertahan hidup, setiap orang harus senantiasa belajar guna mendapat pengetahuan agar mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan lingkungannya. Memori merupakan salah satu hal penting untuk seseorang mampu belajar. Dengan belajar, seseorang dapat mengetahui bagaimana memberi respon yang sesuai pada saat yang tepat. Kemampuan memberi respon ini sangat erat kaitannya dengan keadaan memori, karena didalam memori tersimpan pengetahuan yang dipelajari dimasa lalu, bagaimana cara merespon setiap kejadian dalam kehidupan dan dapat dipanggil kembali sesuai kebutuhan. Keadaan memori berperan penting menentukan dan menjaga kualitas hidup seseorang.

Pemahaman tentang memori secara lengkap, sampai saat ini, belum sepenuhnya dipahami. Terdapat beberapa tahapan terjadinya memori yang banyak dianut, yaitu pembentukan, penyimpanan dan pemanggilan memori. Pembentukan diawali dari stimulus-stimulus dari dalam diri maupun dari luar. Stimulus dari dalam diri, berguna untuk mempertahankan kehidupan dasar. Misal, mengingat tanda-tanda haus dan lapar atau yang lain. Stimulus dari luar dapat berupa kejadian sehari-hari, disebut juga sebagai memori sensorium. Memori sensorium cepat hilang kecuali diberi perhatian terhadap stimulus tertentu.

Perhatian merupakan kemampuan seseorang untuk mendapatkan, memilih dan merespon informasi yang dibutuhkan. Jadi walaupun banyak stimulus yang diterima sepanjang hari, tidak semuanya akan diingat kecuali yang diberi perhatian. Informasi yang mendapat perhatian diteruskan ke memori kerja. Pada tahapan ini informasi ditampung sementara sewaktu dan informasi baru tersebut masih diolah secara sadar. Kapasitas memori kerja ini terbatas. Keterbatasan kapasitas tidak hanya masalah banyaknya unit informasi baru yang diterima (misal harus mengingat tujuh angka), tetapi juga oleh terlibatnya fungsi kognitif lain secara bersamaan, termasuk pengintegrasian pengolahan informasi baru dengan pengetahuan untuk pengolahan. Misalnya, sebuah soal rumit seperti diminta menghitung diluar kepala (51:17) X (78-34).

Tentu soal ini memerlukan banyak keterlibatan fungsi kognitif yang lain secara bersamaan, dibandingkan jika menyelesaikannya dibantu prosedur yang lebih mudah dan sudah dikenal misal menghitung dengan alat bantu berupa tabel daftar perkalian. Jadi, kapasitas memori kerja dipengaruhi seberapa banyak fungsi kognitif yang diperlukan dan seberapa kuat aktivitas mental yang dibutuhkan. Memori kerja ini juga berbeda satu dengan yang lain, ada yang bagus dalam kemampuan bahasa sementara yang lain berhitung. Jadi jika stimulus yang datang rumit karena memerlukan keterkaitan banyak faktor kognitif dan stimulus itu berbeda dengan kemampuan yang ada (bahasa atau berhitung), maka sitmulus tersebut akan sangat membutuhkan usaha yang sangat kuat untuk dapat disimpan.

Setelah memori kerja, tahapan selanjutnya adalah penyimpanan informasi di memori deklaratif dan juga memori prosedural. Jika suatu waktu diperlukan maka informasi yang sudah disimpan dapat dipanggil kembali ke memori kerja untuk digunakan.

Memori prosedural merupakan memori prosedur-prosedur dan keterampilan yang telah dipelajari. Keterampilan tertentu awalnya dipelajari secara sadar tetapi makin lama menjadi otomatis dan tidak sadar. Keterampilan meliputi: motoris, kognitif, persepsi dan perilaku. Memori sensori juga dapat langsung menyimpan informasi ke memori prosedural ini.

Memori deklaratif adalah pengetahuan eksplisit seseorang mengenai fakta-fakta yang disimpan di daya ingat dan dipanggil secara sadar. Memori ini ada yang membaginya kedalam memori semantik dan episodik. Memori semantik menunjuk mengenai konsep dan pengetahuan mengenai dunia, meliputi: kosakata; visual dan ruang; visual dan guna serta penggunaan.
Memori episodik merekam kejadian-kejadian dalam hidup seseorang secara berurut, semacam otobiografi.

lans

Proses pembentukan memori pada semua lapisan usia hampir sama. Perubahan proses memori terjadi secara alamiah sebagai bagian dari bertambahnya usia. Jadi, kapan disebut gangguan memori? Gangguan memori disebut, jika setelah terjadinya gangguan memori tersebut diikuti menurunnya kemampuan aktivitas sehari-hari dibandingkan sebelum seseorang mengalami gangguan memori itu terjadi. Gangguan memori dapat terjadi di setiap tahapan proses pembentukan memori seperti diatas. Jadi ada bermacam-macam gangguan memori. Ada gangguan memori pada pembentukan, penyimpanan dan pemanggilan. Gangguan memori pada salahsatu tahapan dapat merupakan sebagai gejala penyakit tertentu.

Disisi lain, seiring dengan bertambahnya usia maka akan selalu diikuti berubahnya banyak sistem di dalam diri seseorang termasuk biologis, psikologis, sosial. Perubahan yang terjadi pada lansia biasanya ke arah kemunduran, baik secara kuantitas dan kualitas. Hal ini akan mempengaruhi kapasitas pembentukan, penyimpanan dan pemanggilan memori. Keadaan inilah yang membuat banyak proses memori lebih lambat pada lansia. Jadi hal yang membedakan memori pada lansia yang sehat, dibanding usia muda adalah pada lansia membutuhkan waktu lebih lama untuk proses pembentukan, peyimpanan dan pemanggilan kembalinya, memori. Namun berbeda dengan lansia yang memiliki riwayat berbagai penyakit, terutama yang tidak diobati optimal, seperti panyakit vaskuler, sindrom metabolik, penyakit degeneratif lainnya dan gangguan psikiatri, akan mengalami gangguan memori yang lebih berat, karena penyakit-penyakit tersebut mempengaruhi banyak metabolisme otak. 

Dari pemahaman di atas, secara umum dapat dilihat secara garis besar faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses memori yaitu ada faktor yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan. Faktor yang dapat dikendalikan misalnya: pemilihan makanan yang sesuai usia dan menjaga kesehatan. Faktor yang tidak dapat dikendalikan misal adalah usia dan perubahan lingkungan. Terhadap faktor yang tidak dikendalikan ini, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah membentuk pikiran realita, misal:semasih tetap hidup, usia pasti bertambah dan pasti diikuti perubahan biologis, psikologis dan sosial, itu adalah realita dan harusnya mensyukuri masih memiliki tambahan usia. Perubahan lingkungan juga pasti terjadi, itu juga adalah realita. Terhadap perubahan lingkungan ini terutama dengan banyaknya sumber informasi yang beredar maka hal yang paling utama dilakukan pengendalian perhatian terhadap informasi-informasi yang beredar. Karena peredaran informasi di lingkungan hidup ini, tidak dapat diatur sesuai keinginan pribadi, maka lansia rentan terpapar dengan informasi-informasi yang tidak bertanggung jawab. Disisi lain, kurang bijaksana juga jika karena banyaknya informasi-informasi yang tidak bertanggung jawab beredar, maka lansia memilih mengisolasi diri supaya tidak terpapar dengan informasi-informasi yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu dibentuk pikiran realita bahwa informasi-informasi memang bebas beredar akan tetapi fokus perhatian dapat diupayakan kepada informasi yang berguna dan dapat dipertanggung jawabkan.

Terkait ilustrasi kasus di atas dapat disimpulkan bahwa ada kelemahan dalam pembentukan memori sehingga tidak ada yang disimpan untuk kemudian dapat dipanggil jika diperlukan. Hal ini dapat terkait dengan kemungkinan adanya gangguan perhatian atau gangguan psikiatri lainnya. Catatan pada kasus ini adalah walaupun penderit mengalami gangguan memori, masih dapat beraktivitas sehari-hari, masih dapat mandiri, sehingga tidak jadi beban bagi keluarga. Disarankan, kasus seperti ini untuk datang ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut dan nanti dapat direncanakan tindak lanjut yang sesuai. Kalau keadaan seperti ini dianggap hanya karena faktor bertambahnya usia maka akan berpotensi menjadi gangguan memori yang lebih berat.

Beberapa faktor yang dapat mendukung kesehatan otak yang menua, antara lain: makanan yang sehat, istirahat yang cukup, olahraga yang sesuai, aktif, tetap bersosialisasi, mengisi waktu luang, menuntaskan semua masalah kesehatan, melakukan kegiatan-kegiatan yang menstimulasi otak, meningkatkan kegiatan spiritual dan melidungi kepala dari trauma. Melihat faktor-faktor yang mendukung kesehatan otak tersebut sebenarnya banyak hal-hal sederhana saja, hampir semua orang dapat melakukannya. Tetapi kebanyakan orang cenderung lebih menginginkan melakukan hal-hal yang lebih rumit dan mengabaikan hal-hal yang kelihatan sederhana. Seakan-akan dengan melakukan hal-hal yang rumit akan jauh lebih bermanfaat dibandingkan hal-hal yang sederhana. Sehingga melakukan hal-hal sederhana dianggap kurang bermanfaat.

Untuk renungan di hari lansia ini, seandainya kasus diatas adalah salah satu keluarga kita atau kita sendiri mengalaminya, akankah kita mau datang ke dokter untuk konsultasi atau menerimanya saja, itu karena usia? Selamat hari lansia dan menjadi lansia berkualitas.

Referensi:

  1. Peters r. Ageing and the brain.Postgrad Med J. 2006 Feb; 82(964): 84–88. doi: 10.1136/pgmj.2005.036665
  2. Spar J E, La Rue A. Clinical manual of geriatric psychiatric. American Psychiatric Publishing, Inc: 2006.
  3. Sweat J D. Mecanismsof memory. 2nd edition. Elsevier: 2010.
  4. Dharmaperwira-Prins R I I. Gangguan-gangguan komunikasi pada disfungsi hemisfer kanan dam pemeriksaan komunikasi hemisfer kanan (pkhk). Jakarta: Djambatan; 2004.
  5. Duzel E, van Praag H, Sendtner M. Can physical exercise in old age improve
    memory and hippocampal function?. BRAIN 2016: 139; 662–673 | 662 doi:10.1093/brain/awv407

Penulis: dr. Sabar Parluhutan Siregar, Sp. KJ

 

Text: drg. Puti Aulia Rahma, MPH, CFE

Virus corona yang mulai mewabah sejak Desember 2019 lalu, kini membawa cerita baru. Sambil berdampak pada meningkatkan angka kesakitan dan kematian di seluruh dunia, virus ini membuka potensi terjadinya fraud, atau COVID-19 related fraud. Dilansir dari situs FBI, nilai potensi kasus fraud terkait COVID-19 ini mencapai USD 5juta atau setara Rp. 79,4M. Biaya sebesar ini dapat digunakan untuk memberi makan sehari 3 kali bagi 1,7juta lebih masyarakat terdampak pandemi.

Istilah fraud – menurut koalisi Association of Certified Fraud Examiner (ACFE), American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), dan The Institute of Internal Auditors (IIA) – merujuk pada perbuatan yang disengaja untuk melanggar aturan sehingga menyebabkan pihak lain menderita atau pelaku mendapat keuntungan. Perbuatan seperti menimbun sembako, menimbun alat medis esensial untuk penanganan pasien, maupun mengirimkan informasi palsu terkait penyakit akibat corona untuk mencuri data pribadi masyarakat, masuk dalam kategori perbuatan berpotensi fraud. Untuk membuktikan perbuatan ini benar fraud atau tidak, perlu dilakukan investigasi.

Di Indonesia perbuatan berpotensi fraud yang mulai muncul ke permukaan adalah terkait kelangkaan masker dan hand sanitizer yang sangat penting dalam pelayanan pasien corona. Setelah dilakukan penyelidikan oleh pihak berwenang, kejadian kelangkaan alat medis ini terjadi karena ada pihak yang menimbun dan berniat menjualnya kembali dengan harga tak wajar. Polisi sudah menetapkan 33 tersangka dalam kasus ini (CNN Indonesia).

Potensi fraud lain yang mungkin akan berkembang adalah terkait pengelolaan anggaran untuk penanganan pandemi COVID 19 di Indonesia. Presiden Jokowidodo mengucurkan dana sebesar 405,1 T dengan alokasi: dana kesehatan sebesar 75T, jaring pengaman sosial sebesar 110T, pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional sebesar 150T, dan insentif perpajakan dan stimulus KUR sebesar 70,1T. Potensi fraud dapat terjadi karena belum diketahui mekanisme pasti pemanfaatan dana ini selama dan setelah pandemi. Belum adanya mekanisme pengawasan untuk memastikan bahwa penggunaan dana ini sesuai peruntukannya, juga dapat membuat anggara rentan dicurangi.

Lalu bagaimana caranya mencegah COVID-19 related fraud ini terjadi di Indonesia?

Pertama, perlu ada sosialisasi massal mengenai bentuk-bentuk potensi fraud yang mungkin berkembang selama pandemi COVID-19 di Indonesia. Fraud risk awareness ini perlu dibangun untuk mencegah berbagai pihak terjerumus melakukan fraud atas dasar ketidaktahuan. Edukasi anti fraud ini secara luas melalui berbagai media ini juga dapat menjadi bentuk “teguran halus” kepada pihak-pihak yang mulai berusaha berbuat curang, bahwa modus aksi mereka mulai ketahuan.

Kedua, pembuat kebijakan perlu bersegera menetapkan mekanisme pemanfaatan anggaran yang mudah dipahami pelaksana. Saat ini, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah menyosialisasikan berbagai rambu-rambu pemanfaatan anggaran dan pengadaan barang dan jasa melalui media massa. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah (LKPP) pun menerbitkan panduan pengadaan barang jasa sesuai SE Kepala LKPP tanggal 23 Maret 2020 Nomor 3 Tahun 2020. Mekanisme pemanfaatan anggaran serta pengadaan barang jasa ini perlu juga disosialisasikan dengan baik sehingga mudah dipahami pelaksana.

Ketiga, perlu dibuat sarana pengaduan terpadu untuk melaporkan dugaan kecurangan yang terjadi. Menurut pemberitaan media massa, saat ini dugaan kecurangan dapat dilaporkan ke polsek dan polres terdekat. Pelaporan juga dapat disampaikan melalui website KPPU yang dapat diakses di www.kppu.go.id/id/hubungi-kami /. Saran pengaduan sebaiknya dibuat terpadu dalam satu rumah untuk memudahkan koordinasi pihak pengelola dan menetapkan rencana tindak lanjutnya. Menurut ACFE, sistem pelaporan yang baik dapat membantu mengetahui dugaan fraud hingga 50% lebih cepat dibanding pelaksanaan audit.

Mari waspada dengan potensi fraud selama dan sesudah masa pandemi. Segera laporkan bila menemukan aksi-aksi kecurangan yang muncul. Jangan biarkan virus fraud merajalela dan jadi penumpang gelap dalam pandemi COVID-19.