Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Headline

Sebagian besar kematian ibu dan bayi baru lahir terjadi saat proses persalinan atau selama periode 24 jam setelah proses persalinan. Oleh karena itu, intervensi untuk menyelamatkan hidup ibu dan bayi baru lahir sangat penting dilakukan di fasilitas perawatan obstetrik darurat dasar atau komprehensif. Fasilitas kesehatan memberikan intervensi yang kompleks mencakup layanan gawat darurat, rujukan, perawatan paska pulang, manajemen jangka panjang pada kondisi kronis, dan disertai dengan pelatihan staf dan dukungan manajerial dan administratif. Kajian ini meninjau efektivitas input pada tingkat fasilitas dalam peningkatan outcome kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Dibawah ini adalah tabel yang menunjukkan fungsi layanan obstetri emergensi dasar dan komprehensif:

20apr1

Dengan pemberian intervensi esensial oleh layanan obstetri emergensi dasar dan komprehensif dengan cakupan lebih dari 90%, diperkirakan dapat menurunkan angka kematian neonatal sebanyak 70%. Dalam kajian ini, terdapat empat pembagian kategori intervensi yaitu: 1. Tenaga kerja yang berkinerja baik dan termotivasi (Well performing and motivated workforce), pelayanan interpersonal dan dukungan sosial (interpersonal care and social support), budaya keselamatan (safety culture), dan model kepegawaian (staffing models) yang terangkum dalam tabel dibawah ini:

20apr2

Studi ini mengidentifikasi 352 judul systematic review yang relevan, termasuk 32 review yang memenuhi syarat setelah evaluasi lebih lanjut. Terdapat dua belas review tentang tenaga kerja yang berkinerja baik dan termotivasi, lima review tentang dukungan sosial, sembilan review mengenai intervensi untuk promosi budaya keselamatan dan enam review pada model kepegawaian.

Pada tingkat fasilitas, temuan menunjukkan bahwa pelayanan dari tim kebidanan khusus dan dukungan sosial selama kehamilan dan persalinan telah menunjukkan manfaat yang signifikan dalam meningkatkan outcome kesehatan pada ibu yang baru melahirkan. Di antara intervensi yang ditujukan untuk petugas layanan kesehatan, ditemukan bahwa pelatihan manajemen stres, pertemuan multidisiplin dan sesi umpan balik dapat mengurangi stres terkait pekerjaan dan meningkatkan kinerja. Hasil yang dilaporkan sangat bervariasi karena intervensi yang terlibat cukup kompleks. Intervensi pada umumnya ditujukan untuk meningkatkan outcome kesehatan secara umum, meningkatkan kinerja tenaga kesehatan dan memberi manfaat bagi layanan kesehatan ibu dan anak (KIA). Sebagian besar data dari kajian ini berasal dari negara dengan pendapatan tinggi, sehingga membatasi generalisasi dari hasil temuan ini. Meskipun kurangnya data dari negara berpendapatan menengah ke bawah, intervensi seperti dukungan selama kehamilan dan persalinan diharapkan bisa efektif pada semua kondisi. Kurangnya bukti dari negara pendapatan menengah ke bawah mungkin disebabkan oleh lemahnya infrastruktur sistem kesehatan yang ada.

Banyaknya intervensi termasuk dukungan selama kehamilan, peningkatan ketersediaan tenaga kerja, peningkatan kinerja tenaga kesehatan dan promosi budaya keselamatan diarahkan untuk peningkatan layanan Pelayanan Obstetri Neonatus Emergensi Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetri Neonatus Emergensi Dasar (PONEK). Intervensi terhadap peningkatan motivasi staf terbukti dapat menghasilkan dukungan dan peningkatan mutu pelayanan selama kehamilan dan persalinan, sehingga menghasilkan pengalaman persalinan yang lebih baik. Demikian juga dengan penerapan pedoman standar untuk pelayanan ibu dan bayi baru lahir yang dapat memfasilitasi pendekatan sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan layanan KIA. Hal ini dapat dikaitkan dengan adanya pengenalan audit klinis rutin. Hasil temuan pada intervensi untuk promosi budaya keselamatan di PONED dan PONEK adalah adanya pemenuhan kelengkapan seperti obat-obatan dan peralatan yang memadai untuk persalinan yang aman.

Dalam studi ini tidak ditemukan bukti yang memadai pada tingkat fasilitas dari negara-negara dengan pendapatan menengah ke bawah, dimana sebagian besar morbiditas dan kematian ibu dan bayi baru lahir terkonsentrasi. Pembuat kebijakan di negara dengan pendapatan menengah ke bawah harus menerapkan intervensi di tingkat fasilitas meliputi ketersediaan staf yang memadai dan terampil, beserta akses yang baik untuk peralatan dan obat-obatan di fasilitas PONED dan PONEK untuk memberi pelayanan ibu dan bayi baru lahir dengan tepat dan cepat. Hal ini dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Bukti lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi kombinasi strategi terbaik yang disesuaikan dengan kebutuhan implementasi.

Dirangkum oleh: dr. Novika Handayani
Referensi: Das et al. Evidence from facility level inputs to improve quality of care for maternal and newborn health: interventions and findingsReproductive Health 2014, 11(Suppl 2):S4
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4160922/ 

 

Meskipun terdapat penurunan substansial dalam jumlah tahunan kematian ibu sejak tahun 1990, namun diperkirakan 273.500 wanita meninggal setiap tahun sebagai akibat dari penyebab maternal. Di antara ibu yang bertahan hidup melahirkan, sekitar 10 juta akan menderita komplikasi terkait kehamilan dan persalinan. Banyak dari kondisi atau kematian ini dapat dicegah melalui intervensi tepat waktu yang terbukti efektif dan terjangkau.

Sedangkan angka mortalitas pada anak-anak di bawah usia lima tahun juga telah berkurang secara substansial dan menurun lebih dari 47% sejak tahun 1990. Sayangnya, angka kematian neonatal di antara semua kematian balita telah meningkat dari sekitar 36% pada tahun 1990 menjadi sekitar 44% pada tahun 2012. Hasil perawatan neonatal tersebut terkait erat dengan kesehatan ibu dan oleh karena itu, kualitas perawatan yang ibu terima selama persalinan, persalinan dan dalam periode postpartum berlangsung, merupakan periode risiko tertinggi untuk ibu dan bayi.

Komplikasi dan kematian ibu secara signifikan berdampak pada kemampuan bayi yang baru lahir untuk bertahan dan berkembang. Sedangkan kematian neonatal terkonsentrasi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dimana angka kematian ibu juga tertinggi, utilisasi fasilitas terendah, dan kualitas perawatan yang tersedia paling buruk.

Merujuk pada data tersebut, dapat dilihat bahwa kematian ibu banyak ditemui di negara berpendapatan rendah, sektor termiskin dari populasi berpenghasilan menengah atau tinggi, dan rendahnya akses terhadap fasilitas dan pelayanan persalinan dan perawatan bayi baru lahir.

Berbagai bukti tersebut menunjukkan bahwa mutu pelayanan yang rendah terhadap ibu dan bayi baru lahir ini menjadi kontribusi utama meningkatnya morbiditas dan morbilitas. Untuk itu perlu pemahaman faktor-faktor yang mendasari dan mempengaruhi kualitas layanan berbasis fasilitas serta menilai efektivitas intervensi untuk meningkatkan kualitas perawatan tersebut. Hal ini penting dalam rangka peningkatan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

Pada rangkaian artikel (article series) ini akan dipaparkan lima topik artikel sebagai suatu penilaian dan rangkuman informasi dari kajian systematic review tentang dampak berbagai pendekatan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir, yang memuat beberapa hal sebagai berikut:

  • Kerangka kerja konseptual dan metodologi penelitian
  • Bukti intervensi peningkatan kualitas perawatan ibu dan bayi baru lahir di masyarakat, distrik, dan fasilitas
  • Pembahasan temuan, identifikasi kesenjangan penelitian, dan pengajuan rekomendasi yang berimplikasi pada kualitas perawatan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

Pada artikel pertama ini akan dipaparkan mengenai definisi dan pngukuran peningkatan kualitas, konseptual framework, metodologi, kriteria inklusi, strategi pencarian, tipe outcomes, ekstraksi data dan analisis, serta kelebihan dan keterbatasan .

Mendefinisikan Kualitas dan Mengukur Peningkatan Kualitas

Terdapat berbagai definisi untuk mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak ini. Diantaranya menurut Hulton et al., yang mendefinisikannya sebagai sejauh mana layanan kesehatan ibu untuk individu dan populasi meningkatkan kemungkinan pengobatan yang tepat waktu dan tepat tujuan untuk mencapai hasil yang diinginkan yang konsisten dengan pengetahuan profesional saat ini dan menegakkan hak-hak reproduksi dasar.

Sedangkan pada rangkaian artikel ini, kualitas perawatan ibu dan bayi baru lahir, didefinisikan dengan menggunakan definisi dari Institute of Medicine (IOM), yaitu perawatan yang aman, efektif, berpusat pada pasien, tepat waktu, efisien dan adil. Definisi mutu perawatan oleh IOM bersifat komprehensif dan mencakup tiga komponen kunci kualitas: klinis (aman dan efektif), interpersonal (pasien-terpusat) dan kontekstual (tepat waktu, efisien dan adil).

Ketersediaan pelayanan kesehatan berkualitas sangat bervariasi antar negara dan lintas sistem kesehatan. Memahami basis bukti tentang intervensi yang memfasilitasi standar “kualitas emas”, perawatan interpersonal dan kontekstual adalah langkah penting dalam meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir.

Kerangka Konseptual

Pada tahun 1990-an dikembangkan suatu model dan kerangka yang digunakan dalam penilaian, dan pengukuran mutu pelayanan kesehatan. Sedangkan mutu pelayanan yang spesifik untuk kesehatan ibu dan anak dikembangkan baru-baru ini.

Terkait kesehatan ibu dan anak, suatu analisis komprehensif dari beberapa literatur oleh Raven et al, menemukan bahwa berbagai perspektif telah digunakan dalam pendekatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Model peningkatan mutu yang dipergunakan saat ini berdasarkan pada penilaian kualitas dari perspektif klien; pengalaman pengguna pelayanan dan mutu perawatan klinis; hak-hak pasien dan kebutuhan provider; serta intervensi yang sesuai selama pelayanan untuk mengatasi adanya penundaan, dan model keluaran input-output.

Kerangka yang dihasilkan tersebut menguraikan input yang saling berhubungan, dan diperlukan di berbagai tingkat sistem kesehatan yang mengarah pada pemberian pelayanan berkualitas dan menghasilkan luaran kesehatan yang positif. Hal ini seperti termuat dalam bagan berikut:

WhatsApp Image 2018 04 16 at 13.25.53

Mengacu pada model logika Donabedian, terdapat tiga komponen kunci yakni:

  • Struktur : mengacu pada konteks dimana pelayanan kesehatan disediakan, politik, legal, profesional, dan sumber organisasional yang diperlukan untuk memastikan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan di level komunitas, distrik, dan fasilitas pada sistem kesehatan
  • Proses : mengacu pada apakah praktis medis yang baik dan mutu pelayanan dilakukan sesuai yang ditentukan oleh IOM
  • Outcome : pada kerangka ini, outcome dapat dibagi dalam dua domain yakni; pengalaman pasien yang positif, peningkatan permintaan, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan tepat waktu

Metodologi

Metode yang digunakan adalah dengan mempertimbangan semua systematic review yang menggunakan pendekatan berbagai variasi level pada kerangka mutu pelayanan kesehatan (Quality of Care Framework) yang dapat diterapkan secara langsung bagi kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

Selain itu juga dimasukkan review yang berfokus pada intervensi terhadap staf lini depan yang berdampak terhadap kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

Prioritas yang digunakan adalah dengan memilih review yang sudah ada baik dari Cochrane atau Non-Chocrane dan merupakan randomized atau non-randomized controlled trial, yang sepenuhnya atau sebagian ditujukan pada intervensi untuk peningkatan domain kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

Paparan yang disampaikan adalah dampak pada kesehatan secara umum seperti yang disampaikan oleh reviewer, meliputi; skrining dan penggunaan mammogram meskipun tidak secara langsung berkaitan dengan kesehatan ibu dan bayi baru lahir tetapi berkaitan dengan mutu pelayanan kesehatan.

Kriteria Inklusi

Systematic review menggunakan pendekatan pada dampak penerapan pengetahuan intervensi staf lini depan, yang meliputi domain berikut:

  • Input pada level komunitas; platform keuangan, peltihan tenaga kesehatan/ task shifting, partisipasi pengguna; keterlekatan komunitas/dukungan kelompok, outreach services/ kunjungan rumah/ rujukan
  • Input pada level distrik; pemerintah dan akuntabilitas, kepemimpinan dan supervisi, strategi keuangan, layanan infrastruktur, sistem informasi kesehatan, pelatihan tenaga kesehatan/task shifting, audit dan umpan balik
  • Input pada level fasilitas; kapasitas organisasi, keuangan yang sesuai, pelayanan infrastruktur-electronic health record/komunikasi elektronik, pelatihan tenaga kesehatan, performa dan motivasi yang baik dari tenaga kesehatan, layanan interpersonal dan dukungan sosial

Strategi Pencarian

Strategi yang digunakan adalah semua systematic review yang berdampak pada intervensi mutu pelayanan kesehatan yang dipublikasikan sejak Mei 2013 di review. Berikut adalah sumber informasi yang dipergunakan untuk mencari literature yang akan di review:

  • Semua referensi perpustakaan elektronik yang tersedia: jurnal medis dan kajian analisis yang terindeks
  • Referensi perpustakaan elektronik dari jurnal medis yang tidak terindeks
  • Jurnal yang tidak terindeks dan tidak tersedia diperpustakaan elektronik
  • Buku-buku terkait, monograf, tesis yang terindekasi melalui pencarian perpustakaan elektronik atau pencarian manual
  • Dokumen dan laporan proyek

Tipe Outcomes

Berikut adalah ilustrasi daftar outcome yang dihasilkan:

  • Outcome pelayanan kesehatan yang dinilai dari berbagai pengukuran. Meliputi; kematian, morbidity, pengukuran psikologi, partisipasi penilaian sendiri terhadap resolusi, kualitas hidup atau kepercayaan diri pasien.
  • Cakupan pelayanan
  • Perilaku kesehatan seperti; kepatuhan pasien terhadap pengobatan, atau suplemen diet
  • Bahaya atau efek samping
  • Utilisasi dari pelayanan
  • Biaya
  • Provider yang mengadopsi intervensi berbasis bukti dan pemenuhan terhadap pelaksanaannya
  • Aspek lain terkait dengan mutu pelayanan kesehatan

Ekstraksi Data dan Analisis

Tim proyek membuat proses triase dengan standar kriteria untuk mengevaluasi output dari strategi pencarian dan skrining primer. Berikut adalah proses strategi pencarian yang digunakan:

  • Abstrak (dan sumber lengkap apabila abstrak tidak tersedia) di skrining oleh dua abstraktor untuk mengidentifikasi studi sesuai dengan tujuan
  • Apabila terjadi ketidaksepakatan pada studi seleksi antara dua abstraktor utama maka akan di selesaikan oleh reviewer ketiga
  • Setelah dilakukan kajian dari file artikel lengkap/utuh oleh seluruh reviewer yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, setiap kajian dilakukan dua kali abstraksi ke dalam form data yang terstandarisasi
    Informasi-informasi tersebut diekstraksikan ke dalam kriteria berikut:
    • Karakteristik termasuk ulasan – deskripsi setiap ulasan termasuk deskripsi singkat tentang metode, peserta, intervensi, hasil dan catatan spesifik masalah (jika ada)
    • Ekstraksi penilaian terhadap dampak pelayanan
    • Determinan metodologi
    • Risiko alat yang bias
    • Penilaian mutu

Selanjutnya systematic review untuk mutu yang tersedia dinilai dengan menggunakan kriteria AMSTAR (Assessment of the Metodological Quality of Systematic Reviews), dan apabila ada ketidaksepakatan didiskusikan dan keputusan akhir ditentukan dengan metode konsensus dalam kelompok.

Berikut adalah tabel kriteria AMSTAR yang dipergunakan:

gb2

Kelebihan dan Keterbatasan

Penelitian ini berdasarkan review pada systematic review berbasis bukti dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan di level komunitas, distrik, dan fasilitas. Kajian systematic review memberikan beberapa keuntungan, seperti:

  • Disusun berdasarkan konklusi dari berbagai kajian studi intervensi mutu pada situasi yang berbeda-beda
  • Menghindari duplikasi penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain
  • Memungkinkan proses kajian yang lebih cepat

Namun metode ini memiliki beberapa keterbatasan:

  • Intervensi yang dilakukan yang tersedia data primer tetapi tidak dimasukkan dalam systematic review tidak akan ikut dikaji
  • Tergantung pada karakteristik tinjauan yang dilakukan oleh penulis dibandingkan pada penelitian itu sendiri dan memungkinkan terjadinya bias
  • Memungkinkan beberapa penelitian yang tidak diambil oleh reviewer sehingga tidak dapat ikut dilakukan proses kajian tersebut

Dirangkum Oleh : Lucia Evi Indriarini, SE., MPH.
Referensi : Austin A., et al. Approaches to improve the quality of maternal and newborn health care: an overview of the evidence. Reproductive Health 2014, 11(Suppl 2):S1

 

 

Saat ini Kesehatan ibu dan Anak masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling mendesak di Indonesia. Angka kematian ibu yang masih tinggi pada 305/100.000 kelahiran dan angka kematian bayi 32 /1.000 pada tahun 2015 menjadikan Indonesia gagal mencapai target Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals /MDGs)4. Kesenjangan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak masih dapat dirasakan terutama untuk wilayah di luar pulau jawa, Padahal kedepan kita dihadapkan pada target SDG’s 2030 yang lebih ambisius.

Yang terpenting dalam kualitas perawatan rumah sakit yang diberikan kepada ibu dan bayi yang baru lahir dapat dicapai melalui proses penilaian yang berbasis aksi dan partisipatif dan pengkajian ulang berbasis standar. beberapa cara dilakukan termasuk penggunaan tools untuk Penilaian Kualitas Perawatan Rumah Sakit untuk Ibu dan Bayi yang baru lahir ditujukan untuk membantu manajer rumah sakit dan profesional kesehatan di tingkat fasilitas dan pembuat kebijakan di tingkat nasional untuk mengidentifikasi perawatan di bidang obstetri dan neonatal yang perlu ditingkatkan dan untuk mengembangkan rencana tindakan untuk menerapkan perubahan.

Tools yang digunakan untuk melakukan penilaian berdasarkan pada pedoman WHO dan pengalaman sebelumnya dilakukan secara global untuk perawatan anak. Semua aspek utama perawatan, termasuk infrastruktur, peralatan dan layanan pendukung, keamanan dan efektivitas manajemen kasus dan hak untuk informasi, privasi, dan perawatan holistik untuk ibu dan bayi digunakan. Berikut dibawah ini beberapa detail penilaian yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi:

No Fokus Area Pelayanan Aksi Peningkatan Layanan yang Dilakukan
1 Catatan statistik Secara periodik melakukan audit terhadap indikator pelayanan yang ada
Melakukan audit kematian ibu bekerja sama dengan kabupaten di rumah sakit
Peningkatan isi dan kelengkapan catatan medis
Pengenalan sistem informasi berbasis komputer
2 Persediaan obat Peningkatan ketersediaan obat-obatan esensial
3 Peralatan Peningkatan ketersediaan perlengkapan untuk pelayanan bayi
4 Laboratorium Peningkatan peralatan dan reagen laboratorium
5 Infarastruktur Peningkatan ketersediaan air panas, toilet, kamar mandi, ,meningkatan sistem pemanas
6 Bangsal Buruh Meningkatkan privasi, sumber pemanasan yang memadai untuk bayi yang baru lahir dan meningkatkan secara keseluruhan lay out dari tenaga kerja dan ruang bersalin
7 Bangsal neonatal Peningkatan peralatan di NICU (CPAP, inkubator)
8 Kelahiran normal

Peningkatan pilihan dalam persalinan ditawarkan, lebih sedikit penggunaan enema, Partogram digunakan untuk pengambilan keputusan, Manajemen aktif dari tahap 3 persalinan.

Perluasan peran Bidan selama bekerja dan persalinan, Peningkatan pemantauan janin Dan Pelatihan staf di EPC

9 Sectio secarean

Revisi indikasi yang tidak tepat,

Peningkatan penilaian Kehilangan darah

10 Komplikasi Obstetri

Peningkatan penggunaan oksitosin,

Mengurangi polifarmasi, protokol tentang penggunaan Magnesium sulfat yang benar

Revisi protokol untuk hipertensi, Revisi protokol untuk komplikasi kebidanan, Peningkatan pemantauan preeklamsia, Pelatihan ahli anestesi dalam manajemen kasu hipertensi berat

Pelayanan neonatal Peningkatan kontrol termal, Peningkatan penggunaan skor Apgar, Peningkatan promosi pemberian ASI, Peningkatan resusitasi neonatal, Ibu lebih terlibat dalam perawatan neonatal, Melatih lebih banyak staf dalam perawatan perinatal yang efektif
Komplikasi neonatal Memonitor grafik dari bayi yang baru lahir diterima di NICU diisi, Perhitungan kebutuhan makan, Ibu dilibatkan dalam perawatan untuk bayi yang baru lahir sakit
Pelayaan emergency kebidanan

Meningkatkan privasi ibu di ruang gawat darurat kebidanan.

Protokol dikembangkan untuk meningkatkan kerja tim dan Protokol untuk profilaksis tromboemboli

Kontrol infeksi Tidak ada pemeriksaan vagina pada membran ketuban pecah dini, Fasilitas untuk mencuci tangan ditingkatkan dan Revisi protokol antibiotik profilaksis
Monitoring Peningkatan pemantauan tanda-tanda vital untuk bayi yang baru lahir sakit dan Peningkatan pemantauan dan perekaman untuk ibu
Panduan Pengembangan protokol lokal berdasarkan standar WHO
Audit Audit kematian ibu diperkenalkan dan Audit nyaris meninggal dan kematian perinatal diperkenalkan
Akses dan rujukan Penilaian dilakukan di rumah sakit kabupaten di daerah tangkapan
Keramahan dalam layanan ibu dan anak Meningkatkan Informasi yang diberikan kepada ibu saat masuk, selama tinggal di rumah sakit dan saat pulang dan memberikan izin yang akan menemani pasien saat di ruang bersalin dan memberikan kesemapatn untuk menemani saat setelah operasi caesar

Demikian di atas merupakan proses partisipatif yang mampu membangun kesadaran untuk melihat kesenjangan yang ada dan yang paling penting adalah motivasi untuk melakukan perubahan di antara para manajer rumah sakit dan staf kunci. Proses penilaian, selain mempromosikan perubahan dalam fasilitas kesehatan, manajer rumah sakit diminta melakukan tindakan otoritas kesehatan baik secara lokal dan nasional untuk memastikan masalah sistemik, seperti kurangnya komoditas khusus dapat ditangani. Perbedaan antar rumah sakit dapat dikaitkan dengan berbagai tingkat komitmen dan kepemimpinan. Bahkan, kepemimpinan yang efektif merupakan otoritatif dukungan bagi mereka yang ingin mempromosikan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi.

Penulis : Andriani Yulianti, SE., MPH.
Referensi : Tamburlini et al. Improving the Quality of Maternal and Neonatal Care: the
Role of Standard Based Participatory Assessments. Plos One. October 2013 | Volume 8 | Issue 10 | e78282

Teknologi informasi yang berkembang pesat saat ini telah menjangkau berbagai bidang kehidupan, diantaranya adalah bidang kesehatan. Teknologi informasi yang diterapkan dengan baik dapat mendukung proses pengelolaan manajemen menjadi efektif efisien.

Beberapa waktu lalu, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) dan Itech menyelenggarakan penganugerahan TOP & TELCO 2017, dimana terdapat 4 penghargaan yang berhasil diraih oleh RSUD Koja (TOP IT Implementation on Local Government Hospital 2017), PT Rumah Sakit Pelni (TOP IT Implementation on BUMN Hospital 2017), PT Rumah Sakit Pelni (TOP Leader on IT Leadership 2017), RS Premier Bintaro (TOP IT Implementation on Digital Hospital 2017). Keempat fasilitas pelayanan kesehatan tersebut bersaing dengan finalis lainnya, dengan total finalis sebanyak 110 peserta.

Kriteria penilaian utama adalah perusahaan atau instansi pemerintahan yang berhasil dalam hal implementasi TI dan Telco di perusahaan serta dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan kinerja, daya saing, dan layanannya. Selain juga ditetapkan kategori khusus yakni penerapan TI dengan aspek lingkungan atau Go Green serta penghargaan untuk TOP Leader in IT Leadership 2017.

Penilaian dilakukan dalam tiga tahap, yakni:

  • Proses penggalian informasi melalui penyebaran dan pengisian angket kuesioner ke perusahaan/ institusi yang bersangkutan
  • Penggalian informasi dan masukan dari masyarakat/ pelanggan
  • Proses penggalian dan pendalaman dalam sesi wawancara, diskusi, dan tanya jawab

Penggunaan teknologi informasi sendiri di bidang kesehatan, sebenarnya telah dimulai sejak lama. Pada 1969 di Amerika. Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) menjadi salah satu lembaga yang menginisiasi penggunaan teknologi informasi untuk penelitian di bidang kesehatan tersebut.

Pada 1998, upaya untuk menentukan strategi peningkatan mutu yang dilakukan di Amerika menemukan bahwa salah satu kunci dalam upaya tersebut adalah adanya peran teknologi informasi dan komunikasi (TI), yang menjadi bagian integral untuk meningkatkan mutu. Pada saat itu komite yang terlibat dalam kegiatan tersebut menggalang komitmen nasional untuk membangun infrastruktur informasi untuk mendukung pelayanan kesehatan, kesehatan konsumen/ pasien, penilaian dan peningkatan mutu, akuntabilitas publik, penelitian klinis dan pelayanan kesehatan, serta edukasi klinis.

Pada 1999, AHRQ melakukan suatu evaluasi penerapan informasi, sistem pendukung pengambilan keputusan, dan komputerisasi catatan medis pasien untuk meminimalkan medical error, peningkatan patient safety, dan upaya peningkatan mutu dalam berbagai situasi pasien yang beragam.

Sedangkan pada 2001, penggunaan teknologi informasi terus dikembangkan oleh AHRQ, diantaranya adalah terwujudnya suatu teknologi untuk menyediakan informasi klinis yang mendukung patient safety (CLIPS – RFA/ Clinical Informatics to Promote Patient Safety –Research Solicitations), yang fokus pada penggunaan teknologi informasi untuk meminimalkan medical error dan meningkatkan patient safety.

Penggunaan teknologi informasi juga diterapkan di berbagai belahan negara lain, seperti di Inggris. Pada salah satu studi yang dilakukan di Inggris ditemukan bahwa rumah sakit yang menggunakan sistem Electronic Health Record (EHR) dan Electronic Medical Record (EMR) memiliki tingkat angka mortalitas yang rendah dibandingkan  dengan rumah sakit yang tidak menggunakan sistem tersebut. EHR sendiri diyakini dapat membantu mengurangi kesalahan penginputan peresepan dan menyediakan akses untuk mendukung pengambilan keputusan klinis dalam alur kerja, serta memberikan kewaspadaan terhadap terjadinya medication error.

Salah satu komponen penting dalam penerapan EHR di Inggris adalah tersedianya fitur Clinical Decision Support (CDS) termasuk didalamnya safety screening otomatis dan notifikasi untuk mengingatkan klinisi terhadap kesalahan potensial ataupun kontrakdiksi sebelum mereka menuliskan perawatan dan pengobatan bagi pasien. Penggunaan CDS disampaikan dapat memberikan output:

  • Peningkatan patient safety dan kualitas pelayanan klinis
  • Meningkatnya kepatuhan petugas layanan kesehatan terhadap guideline
  • Mengurangi terjadinya medication error yang serius

Penerapan teknologi informasi yang tepat dan sesuai di bidang kesehatan jelas dapat memberikan benefit yang nyata bagi upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, tidak hanya di Indonesia namun juga di berbagai negara lain.

Oleh : Lucia Evi Indriarini, SE., MPH.

Referensi: