Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Headline

Selama tahun 2014, Divisi Manajemen Mutu PKMK FK UGM telah terlibat dalam berbagai peristiwa yang terkait dengan berbagai pengembangan regulasi dan sistem manajemen mutu pelayanan kesehatan baik dalam skala nasional maupun internasional. Beragam rangkuman kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Divisi Manajemen Mutu terangkum dalam Kaleidoskop Manajemen Mutu PKMK FK UGM Tahun 2014 yang tersaji minggu ini.

Berbagai kegiatan skala nasional seperti; Diskusi Bulanan Evaluasi Kematian Ibu dan Anak di Provinsi DIY; terbitnya Permenkes nomor 10 tahun 2014 tentang Dewan Pengawas Rumah Sakit; Blended Learning Pencegahan, Deteksi dan Penindakan Fraud Dalam Jaminan Kesehatan Nasional; pelatihan Perencanaan KIA Berbasis Bukti untuk Konsultan Obsgin Sosial; Penyusunan Pedoman Pencegahan, Deteksi, dan Penindakan Fraud; Terbitnya Permenkes nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional; Audit Mutu Rujukan Layanan Kesehatan Primer di DKI Jakarta; Investigasi Potensi Fraud dalam Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit; Forum Mutu IHQN X; Pengembangan Model TB Care; terbitnya Permenkes tentang Puskesmas; Workshop Persiapan Monev Program SH dan PML Provinsi NTT; pengembangan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Terpadu di Puskesmas Kota Timika. Serta kegiatan skala internasional seperti; International Forum on Quality & Safety in Healthcare: Strive for Excellence, Seek Value, Spark a Revolution dan  National Health Care Anti-fraud Association (NHCAA) Annual Training Conference, merupakan berbagai kegiatan dimana Divisi Manajemen Mutu telah terlibat, sebagai upaya untuk terus mengembangkan regulasi maupun sistem manajemen mutu pelayanan kesehatan.

Selain penyajian berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan sepanjang tahun 2014, Divisi Manajemen Mutu juga memprediksi berbagai perkembangan atau isu untuk tahun 2015. Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang terkait dengan berbagai aspek seperti Sistem JKN, mutu pelayanan KIA, hingga sistem kesehatan secara keseluruhan, diprediksi masih menjadi isu penting untuk tahun 2015. Bebagai perkembangan yang diprediksi untuk tahun 2015 tersebut secara lengkap disampaikan dalam Outlook Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Tahun 2015. Dengan mengacu pada berbagai kegiatan yang telah terlaksana pada tahun 2014 dan prediksi perkembangan atau isu untuk tahun 2015, Divisi Manajemen Mutu tetap dengan semangat dan komitmen tinggi akan terus terlibat dalam berbagai upaya peningkatan mutu. "Selamat Tahun Baru 2015" (lei)

 

Pedoman ini disesuaikan untuk dipergunakan secara lintas profesional oleh penyedia pelayanan kesehatan primer di berbagai situasi di VIHA (Vancouver Island Health Authority) dan praktik klinis lainnya, dimana pengguna melihat kemungkinan dapat digunakannya pedoman ini. Pedoman ini memberikan rekomendasi untuk manajemen penilaian dan gejala bagi pasien dewasa (usia 19 tahun dan lebih tua) dengan sakit yang mengancam kehidupan dan sakit yang disertai nyeri.

Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan aktual dan potensial. Konsep total 'nyeri' meliputi faktor multidimensi yang berkontribusi sehingga pasien mengalami nyeri yang dapat meliputi: nyeri intelektual, nyeri emosional, nyeri interpersonal, nyeri finansial, nyeri spiritual, nyeri birokrasi, dan nyeri fisik. Nyeri ada ketika pasien mengatakan bahwa hal tersebut memang ada. Standar perawatannya meliputi:

  • Penilaian
  • Klasifikasi
  • Penetapan Rencana
  • Edukasi

Rekomendasi 1: Penilaian Nyeri
Penilaian komprehensif yang sedang berlangsung adalah dasar dari manajemen nyeri yang efektif, seperti yang ditampilkan pada tabel berikut:

art-22des14

Tujuan dari penilaian nyeri:

  • Untuk menangkap 'pengalaman' nyeri pasien dengan cara yang terstandar
  • Untuk membantu menetukan tipe nyeri dan kemungkinan etiologinya
  • Untuk mengetahui pengaruh dan dampak pengalaman nyeri individu dan kemampuan fungsinya
  • Dasar untuk mengembangkan rencana perawatan untuk mengatasi rasa nyeri
  • Untuk membantu komunikasi antar anggota tim interdisipliner

Rekomendasi 2: Klasifikasi Nyeri
Nyeri diklasifikasikan berdasarkan cara asal dan transmisinya, untuk membantu dalam memilih rencana pengelolaan untuk menghilangkan nyeri.

  • Nyeri Nociceptive: disebabkan oleh stimulasi serabut saraf yang mengirimkan sinyal secara normal dari ujung saraf ke pusat-pusat otak
    • Nyeri Somatic
    • Nyeri Viceral
  • Nyeri Neuropathic: merupakan stimulasi berkelanjutan abnormal serabut saraf yang mengirimkan sinyal dari saraf berakhir ke pusat otak dan atau dari disfungsi dalam sistem saraf pusat.

Rekomendasi 3: Penetapan Rencana
Menggunakan penilaian nyeri untuk menetapkan rencana yang:

  • Menggunakan intervensi farmakologis dan non-farmakologis yang paling efektif untuk jenis nyeri yang telah diidentifikasi,
  • Meliputi intervensi fisik, psikologis, dan perilaku,
  • Meliputi perawatan dan pemilihan analgesia/adjuvant secara individu dan konsisten dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pasien,
  • Penerimaan kapasitas fungsional,
  • Kualitas hidup,
  • Kapasitas istirahat dan tidur yang cukup,
  • Efek samping pengobatan yang minimal atau setidaknya dapat ditoleransi

Rekomendasi 4: Edukasi
Edukasi yang dimaksud, meliputi antara lain; penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa adanya kemungkinan nyeri dapat menjadi lebih buruk seiring dengan perkembangan penyakit, namun dijelaskan pula opsi penghilang nyeri yang tersedia; mendiskusikan konsep pencegahan nyeri dengan pasien dan keluarga pasien; mengedukasi pasien dan keluarga pasien agar dapat melaporkan perubahan-perubahan nyeri yang dirasakan/terjadi; mengedukasi pasien bahwa pasien dan keluarga pasien dapat melaporkan/ menyampaikan rasa nyeri mereka karena 'lingkungan' atau provider dapat dipercaya dan memiliki kepedulian terhadap pasien; melibatkan pasien dan keluarga pasien dalam menentukan perencanaan perawatan untuk menghilangkan rasa nyeri.

Berikut adalah beberapa contoh instrumen penilaian nyeri yang dipaparkan oleh VIHA dalam artikel ini:

art-22des14-2

art-22des14-3

art-22des14-4

 

Disarikan Oleh : Lucia Evi I
Sumber : Principles Of Pain Assessment. VIHA EOL Symptom Guidelines. 2008.
http://www.viha.ca/NR/rdonlyres/FB1E3BDD-2D23-4C53-A4D3-0F9D2DCE1081/0/PrinciplesOfPainAssessment.pdf 

International Association for the Study og Pain (IASP) menyebutkan bahwa nyeri adalah perasaan atau pengalaman sensori, emosional serta kognitif yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan aktual maupun potensial yang dapat timbul tanpa adanya injuri. Yang disebabkan karena adanya kerusakan jaringan, peradangan, prosedur bedah dan atau penyakit. Nyeri akut terjadi sebagai bentuk peringatan bahwa ada sesuatu yang salah dalam tubuh kita.

Ada dua jenis nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan, yang pertama nyeri akut dan yang kedua nyeri kronis. Nyeri akut biasanya berlangsung selama berjam-jam, hari atau minggu, nyeri kronis biasanya nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Pola nyeri ada yang timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu nyeri timbul kembali. Adapun pola nyeri kronis yang terus menerus teras makin lama semakin meningkat intensitasnya walaupun telah diberikan pengobatan. Misalnya saja, nyeri pada penyakit kronis pada pederita diabetes, penderita akan mengalami nyeri, jika kondisi memburuk hal ini akan berlangsung lama dan bertahan berbulan-bulan, bertahun-tahun bahkan seumur hidup, akan diperparah jika penderita mengalami cidera.

Di Amerika Serikat, 23,3 juta setiap tahunnya melakukan prosedur bedah dan sebagian besar mengakibatkan adanya rasa nyeri. Nyeri pada penderita penderita kangker juga mengalami peningkatan signifikan, sebuah studi menunjukkan bahwa sebanyak 30% hingga 40% dari penderita kanker didiagnosis mengalami nyeri, sementara 70%-80% dari pasien kanker menjalani terapi seumur hidupnya karena rasa nyeri yang tiada henti.

Survei Mayday Fun mencatat bahwa rasa sakit adalah bagian dari kehidupan bagi banyak orang Amerika, 46% responden melaporkan adanya perasaan nyeri di beberapa waktu dan kehidupan mereka. Diperkirakan 9% dari Penduduk dewasa AS menderita nyeri/ rasa sakit bahkan parah/akut.

Meskipun telah banyak penelitian berbasis bukti, nyeri akut dan kronis tidak dapat ditangani oleh para profesional, disinyalir manajemen nyeri tidak optimal, bukan karena kurangnya penelitian ilmiah ataupun kurangnya informasi mengenai penilaian dan pengobatan. Sebuah literatur menyebutkan manajemen nyeri tidak optimal, disebabkan karena ketidakmampuan petugas profesional untuk menggunakan informasi. Sebuah studi lain menyebutkan dua dari hambatan utama mengapa para profesional tidak optimal dalam manajemen nyeri, hambatan pertama, petugas profesional tidak mampu melakukan penilaian nyeri akut dan kronis, dan yang kedua, petugas profesional kurang memahami atau kurang pengetahuan tentang rasa sakit/fisiologis yang dialami oleh penderita. Selain itu, dokter tidak mampu memahami rasa takut atau kecemasan mengenai operasi yang dapat meningkatkan persepsi individu terhadap intensitas nyeri.

Badan kesehatan kebijakan dan penelitian, Komisi Akreditasi Organisasi Kesehatan (JCAHO), American Pain Society, dan Onkologi Perawatan Masyarakat berupaya untuk melakukan melakukan penelitian untuk menilai kualitas pelayanan pada pasien dengan skala nyeri akut dan kronis dengan pemantauan hasil serta penialaian manajemen nyeri. Surveyor JCAHO secara rutin menanyakan tentang penilaian dan manajemen nyeri kualitas pelayanan pada fasilitas kesehatan rawat inap dan rawat jalan.

Hasil penilaian ditemukan bahwa penilaian pada pasien yang mengalami nyeri adalah hal penting agar manajemen nyeri dapat optimal, namun kualitas dan utilitas alat penilai tidaklah cukup jika para profesional/ dokter tidak didukung oleh kemampuan untuk benar-benar fokus pada pasien, kemampuan mendengarkan, empati, percaya dan melegitimasi nyeri pasien dan memahami keinginan penderita. JCAHO merekomendasikan kepada profesional kesehatan/dokter melakukan perawatan profesional empatik kepada pasiennya agar pasien secara pribadi sadar dan minat untuk mengembalikan kenyamanan secara pribadi. Keberhasilan manajemen nyeri tergantung upaya petugas profesional/ dokter yang secara sungguh-sungguh untuk memastikan bahwa pasien memiliki akses yang terbaik, yang depat dengan aman diberikan. Petugas kesehatan/ profesional yang paling sukses untuk melakukan tugas ini adalah, mereka yang memiliki pengetahuan, berpengalaman, empatik dan bersedia menanggapi paisen dengan cepat.

Selain itu JCHO merekomendasikan agar semua kegiatan yang dilakukan didokumentasikan agar semua yang terlibat dalam perawatan pasien memahami masalah nyeri menggunakan pendekatan WILDA. Pendekatan WILDA memastikan bahwa lima komponen kunci untuk penilaian nyeri dimasukkan dalam proses. Penilaian nyeri biasanya dimulai dengan penyelidikan terbuka: " ceritakan tentang rasa sakit" hal ini memungkinkan pasien untuk memberitahu atau bercerita tentah keluh kesahnya, termasuk pengalaman nyeri yang paling bermasalah. Dalam tahap ini dokter/ klinisi harus mendengarkan, menyediakan waktu, memberi saran, menyembuhkan, memvalidasi dan menawarkan solusi. Misalnya pengalaman dari pasien yang menyatakan bahwa "saya memiliki rasa sakit" informasi ini tidak cukup deskriptif untuk menginformasikan kepada ahli kesehatan tentang jenis nyeri yang dialami oleh pasien. Namun dokter/ ahli kesehatan dapat meminta pasien untuk menggambarkan rasa sakit dengan menggunakan kata-kata akan memandu dokter untuk melakukan intervensi yang tepat untuk jenis nyeri tertentu. Pasien mungkin memiliki lebih dari satu jenis nyeri, dokter/ para ahli/ profesional harus dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan atau kata-kata yang dapat menggambarkan rasa sakit/nyeri.

Dokter/ para ahli profesional juga dituntut untuk mampu mengukur intensitas nyeri. Intensitas nyeri sangat penting ketika merawat pasien dengan nyeri akut dan kronis. Meskipun tidak ada skala yang cocok untuk semua pasien. Dalton dan McNaull menganjurkan agar mengadopsi skala universal yaitu skala 0-10 untuk penilaian klinis intensitas nyeri pada pasien dewasa. Skala 0 diberikan kepada pasien yang tidak mengalami rasa sakit/ nyeri, skala 10 diberikan kepada pasien yang mengalami nyeri hebat/ akut. Dengan adanya standarisasi ini diharapkan ada konsistensi peraturan pada fasilitas kesehatan baik rawat jalan, rawat inap dan perawatan dirumah.

Oleh : Armiatin, MPH.
Sumber : Fink, Regina. Pain Assessment: The Cornerstone To Optimal Pain Management. Baylor University Medical Center Proceedings, Volume 13, Number 3. 2000.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1317046/

Nyeri didefinisikan oleh International Association for the Study of Pain (IASP) sebagai suatu pengalaman yang tidak menyenangkan secara sensorik dan emosional secara aktual dan potensial terkait dengan kerusakan jaringan atau hal yang dideskripsikan sebagai kerusakan. Nyeri merupakan hal yang tidak menyenangkan tetapi perlu, karena nyeri mempunyai nilai biologis dimana dapat menjadi tanda sesuatu yang 'berbahaya' sedang terjadi dalam tubuh.

Penilaian menyeluruh diperlukan dalam proses perawatan dan pengobatan, penilaian nyeri juga menjadi salah satu hal yang harus dilakukan dalam proses perawatan tersebut. Pada penilaian nyeri, parameter yang sering dipergunakan adalah penilaian intensitas nyeri itu sendiri. Nyeri akut dan kronis seringkali belum dikenali dengan baik dan tidak dikelola dengan baik, hal ini dapat menimbulkan konsekuensi negatif baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk itu penilaian nyeri yang akurat dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel menjadi dasar pengobatan atau perawatan yang efektif.

Nyeri akut dan kronis merupakan pengalaman yang juga umum dialami oleh anak-anak dan remaja. Contoh nyeri yang dapat terjadi antara lain pada saat proses; imunisasi, pengambilan sampel darah, tindakan operasi. Pada penilaian nyeri untuk pediatrik, beberapa dimensi yang dapat dinilai, antara lain; sensorik, afektif/kognitif, dampak nyeri terhadap berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Meskipun penting untuk menilai masing-masing dimensi tersebut namun parameter yang paling umum dilakukan baik dalam praktik klinis maupun penelitian adalah intensitas nyeri atau seberapa menyakitkan nyeri tersebut.

Analisa terkait penilaian nyeri pada pasien pediatrik banyak dilakukan, diantaranya adalah review yang dilakukan oleh Ped-IMMPACT group dan the Society of Pediatric Psychology (SPP). Pada review yang dilakukan, Ped-IMMPACT lebih menitikberatkan pada reliabilitas dan validitas penilaian intensitas nyeri, sedangkan SPP lebih fokus pada kegunaan klinis, yang mengacu pada diterapkannya penilaian dalam konteks klinis. Selain fokus penekanan yang berbeda, kedua kelompok reviewer tersebut menggunakan dua metodologi yang berbeda pula dalam proses pengkajiannya.

Penilaian intensitas nyeri pada anak memiliki tiga pendekatan utama, yakni; fisiologis, perilaku, dan pelaporan sendiri.

  • Penilaian Fisiologis
    Detak jantung dan pernafasan, tekanan darah, saturasi oksigen.
  • Penilaian Perilaku
    Suara, ekspresi wajah, pergerakan tubuh,
  • Pelaporan Sendiri (self-report)

Penilaian nyeri dengan pendekatan pelaporan sendiri oleh pasien digunakan untuk anak-anak yang sudah dapat berkomunikasi secara lisan. Terdapat beberapa keuntungan dengan mempergunakan penilaian pelaporan sendiri, karena nyeri bersifat subyektif dan penilaian dengan metode ini meminta individu yang bersangkutan untuk menyampaikan rasa nyeri yang dirasakan. Tetapi metode ini memiliki pula keterbatasan, yakni:

  • Metode ini tergantung pada kemampuan sosial, kognitif dan komunikasi anak
  • Laporan yang disampaikan anak dapat terpengaruh oleh konteks mereka, seperti; siapa yang menanyakan pertanyaan, situasi.
  • Dapat terjadinya bias data apabila pertanyaan yang disampaikan telah lampau (lama terjadi), dalam hitungan minggu hingga bulan

Menurut Stinson dkk terdapat 34 unidimensional penilaian intensitas nyeri dengan metode pelaporan sendiri untuk anak usia 3-18 tahun. Enam dari penilaian ini sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh Cohen dkk, dimana Cohen dkk melakukan review terhadap 8 penilaian yang biasa dipergunakan dalam menilai intensitas nyeri pada anak, yakni; 4 penilaian unidimensional dan 4 penilaian multidimensional. Lima instrumen penilaian diberi peringkat sebagai instrumen penilaian yang well-established. Kedua kelompok reviewer sepakat bahwa Pieces of Hurt Tool, the Faces Pain Scale-Revised, the Oucher - Photographic and Numeric Rating Scale, dan the Visual Analogue Scale adalah instrumen penilaian terbaik yang tersedia untuk praktik klinis dan penelitian.

Oleh : Lucia Evi I.
Sumber : Measurement of self-reported pain intensity in children and adolescents. Huguet et al. Journal of Psychosomatic Research 68 (2010) 329–336. 2009

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20307699