Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Editorial

Suatu pelayanan yang bermutu di dalamnya terkandung rasa aman dan pemenuhan kebutuhan pengguna. Demikian pula bagi pasien lanjut usia, dimana biasanya permasalahan kesehatan yang dialami relatif kompleks dan memerlukan penanganan serta pelayanan kesehatan yang komprehensif. Penyakit yang kerap diderita oleh pasien lanjut usia terkadang tidak hanya satu penyakit tunggal, namun dapat terjadi suatu komplikasi. Selain itu, kondisi fisiologis dan biologis pada pasien usia lanjut usia juga memerlukan perawatan secara khusus dan berbeda apabila dibandingkan pasien dengan usia yang relatif lebih muda.

Minggu ini, dua artikel yang dipaparkan akan mengulas mengenai kegunaan instrumen asesmen bagi pasien lanjut usia serta pentingnya pengelolaan nutrisi yang disesuaikan dengan usia pasien, karena proses penyerapan nutrisi untuk pasien lanjut usia juga berbeda dengan pasien usia lebih muda. Berbagai metode yang dipergunakan akan berbeda sesuai dengan kebutuhan serta karakteristik pasien baik secara medis, sosial dan psikologis. (lei)

 

 

Optimalisasi peran berbagai pihak dalam suatu perawatan kesehatan merupakan salah satu hal yang masih terus dikembangkan saat ini. Istilah kolaborasi antar profesi (baca: tenaga kesehatan) merupakan salah satu sistem yang terus dikembangkan agar pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif. Berbagai definisi kolaborasi banyak dikemukakan, diantaranya menurut Henderson (1991) yang mendefinisikannya sebagai kerjasama antara tenaga kesehatan (Dokter, Perawat, tenaga kesehatan lain) dengan pasien dan keluarganya untuk mencapai tujuan. Kolaborasi juga dapat didefinisikan sebagai  hubungan timbal balik dimana [pemberi pelayanan] memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka kerja bidang respektif mereka. Praktik kolaborasi menekankan tanggung jawab bersama dalam menajemen perawatan pasien, dengan proses pembuatan keputusan bilateral didasarkan pada masing-masing pendidikan dan kemampuan praktisi (American Nurses Association, 1992). Meskipun banyak definisi yang disampaikan, namun inti dari upaya kolaborasi ini untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan terbaik bagi pasien.

Masih mengulas tema pelayanan kesehatan bagi pasien dengan penyakit Diabetes Melitus, minggu ini fokus bahasan akan menguraikan  bagaimana kolaborasi antar tenaga kesehatan akan memberikan kontribusi dalam pemberian pelayanan yang bermutu kepada pasien Diabetes Melitus sehingga dapat menghasilkan outcome terbaik. Satu artikel diantaranya akan mengulas mengenai faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam proses kolaborasi, sedangkan artikel lainnya akan membahas program-program yang dapat diterapkan pada perawatan pasien Diabetes, yang tentu saja terkait dengan kerjasama yang dilakukan antar tenaga kesehatan. Artikel-artikel tersebut diharapkan menjadi referensi yang dapat dipergunakan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan di tingkat unit organisasi pelayanan kesehatan. (lei)

Topik bahasan minggu ini masih akan mengupas tentang penatalaksanaan pasien Diabetes Melitus. Jika tiga minggu sebelumnya, berturut-turut telah disampaikan artikel dari sudut pandang yang berbeda (pasien, unit pelayanan, dan organisasi rumah sakit), maka minggu ini artikel yang dipaparkan diharapkan dapat memberikan masukan bagi lingkungan di luar organisasi rumah sakit yang tentu saja terkait dengan proses pelayanan atau unit pelayanan kesehatan bagi pasien diabetes melitus itu sendiri, seperti; regulator, intansi dan lain sebagainya yang terkait dan concern terhadap isu tersebut.

Artikel minggu ini akan memaparkan upaya untuk meminimalkan biaya perawatan pasien diabetes dengan menerapkan program manajemen penyakit. Penelitian dilakukan untuk membuktikan efektivitas penerapan program manajemen penyakit diabetes tersebut dengan melakukan komparasi antara pasien yang terlibat dan pasien yang tidak terlibat dalam program tersebut. Sedangkan artikel lainnya akan menyampaikan upaya pengembangan indikator mutu untuk perawatan pasien Diabetes Melitus yang dapat dipergunakan sebagai kajian studi banding kinerja antar sistem pelayanan kesehatan, selain itu paparan dalam artikel tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pembuat kebijakan dan peneliti untuk memahami perbedaan mutu pelayanan diabetes antar sistem pelayanan kesehatan. (lei)

Pada Sabtu, 18 April 2015 lalu kita memperingati Hari Diabetes Nasional, peringatan ini seperti mengingatkan kita semua untuk senantiasa waspada agar tidak 'dihinggapi' penyakit tersebut. Seperti kita ketahui bahwa diabetes adalah penyakit dimana penderitanya tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Upaya yang bisa kita lakukan agar terhindar dari penyakit ini adalah dengan memperhatikan gaya hidup, pola makan, kebiasaan kita untuk berolah raga dan berbagai kebiasaan baik lainnya sehingga seluruh fungsi tubuh kita dapat berjalan dengan baik.

Mengapa penyakit diabetes harus dicegah seoptimal mungkin? Pertanyaan ini seperti pertanyaan retoris bagi kita semua, tetapi yang perlu diingat bahwa semakin memburuknya penyakit diabetes dapat memicu munculnya penyakit-penyakit berbahaya lainnya.

Pencegahan penyakit diabetes merupakan hal yang penting untuk kita lakukan, namun bagi individu yang telah menderita penyakit ini, maka upaya optimal 'wajib' dilakukan pada penatalaksanaan penyakit ini baik oleh provider pelayanan kesehatan maupun individu yang bersangkutan. Apabila minggu lalu kita telah menyimak artikel mengenai penyakit Diabetes Melitus dari sisi pasien, maka minggu ini akan kita ulas bagaimana upaya penatalaksanaan yang dapat dilakukan di tingkat unit pelayanan. Dua artikel berikut, masing-masing akan menyampaikan pengetahuan terkait risiko patah tulang pada pasien dengan Diabetes Melitus Tipe 2, dan artikel lainnya akan mengulas mengenai perkembangan teknologi dan metode keperawatan terhadap pasien pengidap Diabetes Melitus, yang diharapkan dapat memperkaya upaya peningkatan pelayanan mutu, "Selamat Hari Diabetes Nasional 2015". (LEI)