Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

agenda

Kerangka Acuan

Webinar #1:
Pengalaman Pasien VIP di RS Pusat Rujukan Indonesia: Point of Care Quality Improvement yang telah dan akan dilakukan
Seri Webinar "Patient Voice"
Dari Kepuasan Pasien menjadi Pengalaman Pasien

Diselenggarakan oleh: PKMK FK KMK UGM

  Latar Belakang

Dalam dekade terakhir, paradigma layanan kesehatan global telah bergeser menuju pengembangan “Perawatan yang berpusat pada pasien” atau patient centered care. Penelitian tentang perspektif pasien terhadap layanan kesehatan telah beralih dari tentang ''kepuasan pasien,” suatu metrik yang terlalu luas dan menghasilkan data yang sulit diinterpretasikan, menjadi mengarah pada eksplorasi pengalaman pasien secara spesifik.

Picker Institute, sebuah lembaga terkemuka dalam advokasi pengalaman pasien, telah mengidentifikasi Delapan Prinsip Perawatan yang Berpusat pada Pasien. Prinsip-prinsip ini meliputi: 1) Menghormati nilai-nilai, preferensi dan kebutuhan pasien: Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan, dengan menyadari bahwa mereka adalah individu dengan nilai dan preferensi unik mereka sendiri, sehingga perlu memperlakukan pasien dengan bermartabat, hormat dan peka terhadap nilai-nilai budaya dan otonominya. 2) Koordinasi dan integrasi pelayanan: Pasien sering mendatkan perasaan rentan dan tidak berdaya dalam menghadapi penyakit, sehingga koordinasi perawatan yang tepat dapat meringankan perasaan tersebut. 3) Informasi dan pendidikan: Pasien juga sering tidak mendapat informasi lengkap tentang kondisi atau prognosis mereka, sehingga penting komunikasi yang efektif dengan pasien dan keluarga, dan 4) Kenyamanan fisik: Tingkat kenyamanan fisik yang dilaporkan pasien mempunyai dampak signifikan terhadap pengalaman mereka.

Berikutnya adalah 5) Dukungan emosional dan pengurangan rasa takut dan kecemasan: Ketakutan dan kecemasan yang terkait dengan penyakit dapat melemahkan seperti dampak fisiknya. 6) Keterlibatan keluarga dan teman: Prinsip ini membahas peran keluarga dan teman dalam pengalaman pasien. 7) Kontinuitas dan transisi: Pasien mengungkapkan kekhawatirannya tentang kemampuan mereka untuk merawat diri sendiri setelah keluar dari rumah sakit, dan 8) Akses terhadap layanan kesehatan: Pasien perlu mengetahui bahwa mereka dapat mengakses layanan ketika dibutuhkan.

Meski pemahaman terhadap prinsip-prinsip ini telah berkembang, masih terdapat kesenjangan yang signifikan dalam aplikasinya, terutama di Indonesia. Variasi dalam pengalaman pasien mencerminkan disparitas dalam aspek pembiayaan, ketersediaan spesialis, serta tingkat komitmen dan dukungan manajerial dan sistem di berbagai fasilitas kesehatan.

Sebagai respons terhadap tantangan ini, Pusat Kajian Manajemen dan Kebijakan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (PKMK FK KMK UGM) akan menyelenggarakan Seri Webinar "Patient Voice". Webinar ini bertujuan untuk menyelami aspek-aspek kritis dalam pemberian pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien dan membahas strategi peningkatan kualitas interaksi antara penyedia layanan dan pasien.

  Tujuan Kegiatan

Seri webinar ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan klinis di Indonesia berdasarkan pengalaman pasien di RS vertikal milik Kementerian Kesehatan RI. Secara khusus seri webinar ini bertujuan untuk:

  1. Mendapatkan berbagai kisah patient experience langsung dari tangan pertama (pasien atau keluarga pasien)
  2. Merumuskan tindak lanjut yang segera dapat dilakukan dalam konteks pelayanan klinis (point of care quality improvement = PO-CQI)
  3. Merumuskan tindak lanjut perbaikan sistem sistem pelayanan klinis dan sistem pendukung pelayanan klinis (SDM, Sistem Informasi, Logistik, Keuangan, dsb)
  4. Merumuskan tindak lanjut perbaikan regulasi RS terkait sistem pelayanan klinis dan sistem pendukung (SDM, Sistem Informasi, Logistik, Keuangan, dsb)

  Sasaran Peserta

  1. Pimpinan dan staf pada Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
  2. Pimpinan, pengelola, dan praktisi di RS vertikal Kementerian Kesehatan RI

Fasilitator

  1. Prof. dr. Adi Utarini, MSc, MPH, PhD
  2. Dr. dr. Hanevi Djasri, MARS, FISQua

Kegiatan

Hari, tanggal : Kamis, 19 September 2024
Waktu : 09.00 – 12.00 WIB

Metode : Daring

link zoom

Meeting ID : 854 1523 5430
Passcode : 606982

  Agenda

Waktu Kegiatan Fasilitator
09:00-09:10

Pengantar

Dr. dr. Hanevi Djasri, MARS, FISQua
Konsultan Manajemen Mutu, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK KMK UGM

09:10-09.20

Pembukaan

Ir. Budi Gunadi Sadikin, S.Si., CHFC., CLU., – Menteri Kesehatan RI

09:20-09:30 Pengantar: Patient Experience sebuah keharusan dalam pelayanan kesehatan Prof. dr. Adi Utarini, MSc, MPH, PhD 
Guru Besar Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK KMK UGM
09:30-10:00 Studi kasus Patient Experience VIP di RS Pusat Rujukan Indonesia: Permasalahan dan usulan solusi dari sudut pandang pasien/keluarga Bapak Ibih TG Hassan 
Pembawa Suara Patient Experience
10:00-10.30 Tindak lanjut aspek pelayanan, manajemen, dan pendukung dr. Supriyanto, Sp.B, FINACS 
Direktur Utama RSUP Cipto Mangunkusumo
10:30-10:50 Tindak lanjut aspek klinis dan akademis Dr. dr. Darwito, SH, SpB(K)Onk 
Direktur Utama RS Akademik UGM
10:50-11:50 Diskusi dan Perumusan Policy Brief Dr. dr. Hanevi Djasri, MARS, FISQua
11:50-12:00 Penutup Dr. dr. Hanevi Djasri, MARS, FISQua

 

Contact Person

Konten: Hanevi Djasri (0816-191-3332)
Teknis Webinar: Aulia S. (0822-3036-6870) / Lelyana (0821-3411-6190)

 

 

Sesi diskusi dilaksanakan diakhir paparan tiga narasumber. Pada sesi ini terdapat beberapa pertanyaan dari peserta yang hadir, diantaranya sebagai berikut:

  1. Penerapan atau perencanaan program air untuk faskes terdampak bencana.
  2. Pertimbangan pemilihan Sumbawa sebagai lokasi penyelenggaraan program Plan serta tantangan yang dihadapi.
  3. Penjelasan terkait konsep SHOKUIKU dan seberapa feasible penerapan SHOKUIKU di Indonesia.
  4. Untuk kegiatan Quality Improvement yang diselenggarakan oleh MOMENTUM, khususnya untuk pelayanan kesehatan maternal neonatal, apakah terdapat perencanaan akan di’wariskan’ ke siapa dan upaya apa yang dilakukan agar dapat sustainable. Serta kaitannya denga piramida yang bersifat appraisal.
  5. Untuk program Quality Improvement pada pelayanan kesehatan maternal neonatal yang diselenggarakan MOMENTUM apakah akan ‘menghilangkan’ program AMP. 

Berikut adalah beberapa jawaban terkait pertanyaan pada sesi diskusi dan tanya jawab:

  1. Terdapat perbedaan terkait program WASH Fit yang diselenggarakan saat ini dengan perencanaan pada faskes yang terdampak bencana. Program WASH Fit lebih pada mitigasi. Sedangkan pada kejadian bencana seharusnya sudah terdapat koordinasi tersendiri dari pemerintah maupun pihak lain yang terkait.

    Pada program yang diselenggarakan oleh PLAN dimasukkan komponen resilient sebagai bentuk mitigasi, harapannya jika ada bencana, maka pelayanan kesehatan tetap dapat diselenggarakan. Misalnya dengan menyediakan sediaan air cadangan untuk dua hari, dengan asumsi dalam dua hari tersebut sudah ada perbaikan. Sehingga dua hari tersebut merupakan indikasi respon. Pada perencanaan tidak hanya dimasukkan kebutuhan utama tetapi juga kebutuhan cadangan atau sumber cadangan

  2. Berdasarkan acuan data yang telah ada, Sumbawa memerlukan upaya peningkatan terkait ketersediaan air dan sanitasi. Konsep sanitasi sebelumnya hanya di tingkat rumah tangga dan tidak menyeluruh. Sehingga diperlukan cakupan yang lebih luas dan menyeluruh, yakni di faskes dan sekolah

    Tantangan:

    -     Terkait rekomendasi: rekomendasi yang sama terus menerus,rekomendasi yang sulit di lakukan.

    -     Puskesmas kekurangan tenaga sanitarian,

  3. SHOKUIKU adalah edukasi nutrisi dimana edukasi tersebut dimulai dari masa balita, anak-anak kecil, anak usia preschool hingga dewasa. Sedangkan dari aspek feasibility apabila diterapkan di Indonesia, membutuhkan waktu yang lebih panjang/lama dan tidak mudah. Dapat dikatakan sulit karena perbedaan culture, mindset, serta memerlukan koordinasi/kolaborasi yang kuat dari provider yang terlibat dalam program SHOKUIKU.
  4. Upaya yang dilakukan oleh MOMENTUM adalah melakukan adaptasi yang sama yang dilakukan di California, yakni tentang kolaborasi improvement.

    Pihak yang me-lead dari akademisi, serta merangkul dinkes setempat.

    Saat ini sedang menjajaki kemungkinan kerjasama dengan universitas. Untuk mencapai keberhasilan dan agar bisa sustainable memerlukan dedicated person/team yang bersedia terlibat. Untuk penerapan di California juga memerlukan waktu 10 tahun agar dapat berjalan baik karena juga memerlukan data. Sehingga perlu membangun suatu sistem pengumpulan data yang baik.

  5. Untuk program quality improvement bagi pelayanan maternal neonatal yang diselenggarakan MOMENTUM terkait dengan program AMP, atas anjuran WHO dapat dilaksanakan di level universitas, sedangkan selama ini dilaksanakan dilevel kabupaten/kota. Program AMP di kabupaten/kota tetap harus berjalan. Sedangkan program quality improvement bagi pelayanan maternal neonatal dimaksudkan untuk ‘memperkaya’ dan tidak menghilangkan yang selama ini sudah berjalan.

Webinar

Audit Potensi Fraud pada Klaim JKN di Rumah Sakit: Konsep & Teknis Pelaksanaan

Kamis, 30 Januari 2025   |  Pukul 08.00 – 12.00 WIB

  Pengantar

Data yang diolah selama 10 tahun terakhir dari ACFE Riset to The Nations menunjukkan bahwa fraud layanan kesehatan (health care fraud) menempati posisi 4 besar kasus fraud dengan jumlah terbanyak per tahun. Fraud layanan kesehatan, termasuk fraud dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), terbukti membawa dampak buruk salah satunya dalam aspek finansial. Menurut FBI di Amerika Serikat, dana kelolaan kesehatan yang hilang mencapai 3 – 10%. Di Indonesia sendiri KPK menyatakan dalam satu semester pada tahun 2015, ada sekitar 175 ribu klaim dari pelayanan kesehatan ke BPJS dengan nilai Rp 400 miliar yang terdeteksi ada kecurangan. Akhir Juli 2024 lalu, KPK juga merilis temuan Phantom Billing yang melibatkan 3 rumah sakit dengan kerugian mencapai Rp. 35M.

Untuk mencegah hal ini terjadi kembali, saat ini rumah-rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan diminta untuk melakukan audit/deteksi klaim JKN untuk mengenali potensi fraud dalam pelayanan. Audit merupakan salah tahapan penting dalam siklus anti-fraud untuk membantu kita mengenali gejala-gejala fraud. Tim pencegahan kecurangan (TPK) JKN di rumah sakit perlu memiliki keterampilan teknis agar mampu melakukan audit klaim dengan optimal.

  Tujuan Kegiatan

Pelatihan ini secara umum bertujuan untuk membantu TPK JKN mampu mendeteksi potensi fraud pada klaim JKN. Secara khusus pelatihan ini bertujuan untuk:

  1. Memberi wawasan mengenai berbagai skema fraud di rumah sakit,
  2. Memberi wawasan mengenai konsep deteksi potensi fraud dalam layanan JKN,
  3. Memberi keterampilan teknis dalam melakukan deteksi potensi fraud.

  Sasaran Peserta

Sasaran dari pelatihan ini adalah:

  1. Jajaran Direksi RS
  2. Ketua dan anggota Tim Pencegahan Kecurangan (TPK) JKN di rumah sakit
  3. Bagian casemix/JKN rumah sakit
  4. Case manager

  Investasi dan Fasilitas

  • Biaya 1 peserta Rp.350.000,00
  • Biaya 2 peserta Rp.250.000,00
  • Peserta akan mendapatkan E-sertifikat ber-SKP Plataran Sehat serta Materi dalam bentuk softcopy dan video

Persiapan Praktikum

Persiapan peserta untuk sesi praktikum dalam kegiatan ini adalah:

  1. Peserta diharapkan hadir dalam bentuk tim
  2. Peserta diharapkan membawa:
    1. Laptop/Notebook untuk kegiatan praktikum;
    2. Data klaim untuk kasus yang akan diaudit (3 – 5 buah);
    3. Rekam medis terkait kasus yang akan diaudit (3 – 5 buah);
    4. Hasil pemeriksaan lab, ronsen, surat rujukan, dll terkait kasus yang akan diaudit;
    5. PPK, BA, surat edaran, dan regulasi lain terkait kasus yang akan diaudit.

Catatan:

  1. Semua data harus disipakan sebelum kegiatan pelatihan dimulai. Tanpa ada data, kegiatan praktikum tidak dapat dilaksanakan.
  2. Informasi nama pasien, DPJP, dan informasi rahasia lainnya mohon dapat dihilangkan.
  3. Semua data yang digunakan dalam praktikum ini sepenuhnya merupakan milik rumah sakit dan tidak akan digunakan di luar rumah sakit tanpa persetujuan.

link pendaftaran

  Agenda

Waktu (WIB)

Kegiatan & Topik

Penanggung Jawab

08:00 – 08:30

Registrasi peserta asd

Panitia

08:30 – 08:40

Pembukaan kegiatan

Moderator

08:40 – 09:15

Sesi 1: Potensi Fraud JKN di Rumah Sakit Berdasar PMK No. 16/2019

Drg. Puti Aulia Rahma, MPH, CFE

 

09.15 – 09:45

Sesi 2: Konsep & Teknis Audit Pelayanan JKN

09:45 – 10:00

Diskusi

10:00 – 11:00

Praktikum: Latihan audit data klaim & rekam medis layanan JKN

11:00 – 12:15

Diskusi & pembahasan hasil praktikum

12:15 – 12:30

Rencana Tindak Lanjut & Penutupan

 

 

Sesi Pleno VI: Pengalaman Plan Indonesia: Implementasi WASH Fit dan Climate Resilient WASH Untuk Memperkuat Layanan Kesehatan Primer di Sumbawa

Narasumber: Stevie Ardianto Nappoe, SKM, MPH 

Pada sesi ini dijelaskan tentang Plan Indonesia yang sudah beraktivitas di Indonesia sejak 1969, dan saat ini sudah memiliki 40.000 anak sponsor, serta memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun pada isu air dan sanitasi. 

WfW Project merupakan proyek air dan sanitasi yang didanai oleh Pemerintah Australia melalui DFAT yang diimplementasikan di Kabupaten Manggarai dan Sumbawa. Dimulai pada tahun 2018 dan telah berhasil menjangkau lebih dari 440.000 orang di 2 Kabupaten tersebut untuk mendapatkan layanan sanitasi dasar. 

Penerapan WASH di fasilitas kesehatan didasarkan pada beberapa aspek:

  • Air dan sanitasi merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan.
  • Perempuan lebih memerlukan kebutuhan air dan sanitasi.
  • 70% nakes adalah perempuan. 

Penggunaan WASH Fit sama dengan konsep Quality Improvement pada umumnya dan proyek ini berfokus pada faskes primer/puskesmas. 

Cakupan WASH Fit:

  • Persediaan, penyimpanan air dan tes kualitas air
  • Kebersihan tangan
  • Ketersediaan sarana pendukung MHM
  • Tenaga kesehatan, pelatihan dan kesehatan
  • Pembersihan dan disinfeksi lingkungan
  • Protokol manajemen pelaporan masalah
  • Energi (pencahayaan, pemompaan, pemanasan)
  • Pengurangan limbah (medis dan non medis)
  • Akses yang inklusif ke fasilitas sanitasi (tempat sampah, CTPS)
  • Limbah dari penghasilan limbah hingga pembuangan 

Pada program ini juga terdapat tangga sanitasi Joint Monitroing Programme (JMP) yang merupakan monitoring program antar NGO. Pada tangga sanitasi JMP terdapat pengkategorian tabel dengan warna, yang dapat dijelaskan sebagai  berikut:

  • Merah: no service
  • Kuning: terbatas
  • Hijau: tersedia/ada
  • Biru: terbagus 

Implementasi WASH Fit di Sumbawa sudah direncanakan diselenggarakan sejak 2021 sampai dengan 2024. Kegiatan yang dilakukan termasuk kegiatan pendampingan plan untuk puskesmas, diantaranya: penyediaan sarana air bersih di puskesmas, pembangunan/rehabilitasi toilet di puskesmas dan pustu, penguatan TSL di puskesmas, accessibility check dengan melibatkan penyandang disabilitas dari forum sarea.

Mengacu pada WASH FIT-Heat Map untuk periode 2021-2023 dapatt disampaikan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan di semua puskesmas pada semua aspek penilaian kecuali aspek kebersihan lingkungan. 

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari pelaksanaan program WASH Fit, adalah sebagai berikut:

  • Layanan WASH yang bermutu di faskes sangat penting untuk peningkatan mutu layanan
  • WASH Fit merupakan salah satu tools yang efektif untuk quality improvement yang mana bisa diadopsi untuk aspek mutu lainnya dalam pelayanan kesehatan
  • Tantangan dalam pelayanan kesehatan semakin kompleks dengan adanya perubahan iklim yang memaksa faskes untuk mampu beradaptasi – sarana, perilaku, program, standard pelayanan, dan lain-lain
  • Penyediaan sarana saja tidak cukup untuk dapat memenuhi standar WASH di faskes, perlu adanya intervensi dari sisi kebijakan, guidelines, monitoring, dan akuntabilitas