Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Headline

Oleh : Nasiatul Aisyah Salim SKM.,MPH

Kesehatan dan perawatan professional tidak hanya memerlukan yang ahli klinis namun juga memiliki kompetensi dalam hal keterampilan kepemimpinan dan manajemen yang memungkinkan mereka untuk lebih aktif terlibat dalam perencanaan, penyampaian dan tranformasi layanan untuk pasien. Dan untuk membuat suatu perubahan yang benar-benar terjadi, membutuhkan suatu kepemimpinan. Ada banyak contoh praktek yang buruk dan kegagalan system dalam perawatan kesehatan karena kurangnya kepemimpinan di tingkat individu, kelompok dan organisasi.

NHS (National Health Service) menyoroti pentingnya kepemimpinan yang efektif dalam system khususnya kebutuhan untuk lebih melibatkan dokter dalam kepemimpinan. Oleh Karena itu, kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan kepemimpinan dokter sangat penting pada peningkatan klinis dan kinerja organisasi. Namun tidak hanya dokter saja yang perlu mengembangkan kepemimpinan namun semua profesi klinis (bidan, perawat, dll). Sehingga perlu untuk memasukkan kompetensi kepemimpinan dalam pendidikan dan pelatihan bagi semua profesi klinis yang mana akan membantu membangun landasan yang kuat untuk mengembangkan kepemimpinan di seluruh pelayanan kesehatan dalam memberikan perubahan.

NHS mengembangkan suatu kerangka kepemimpinan yang mana dengan adanya kerangka kepemimpinan akan menggambarkan kualitas pribadi seseorang dalam memimpin di setiap tingkatan. CLCF (Clinical Leadership Competency Framework) menggambarkan kompetensi mengenai kepemimpinan dan manajemen dalam perencanaan, pengiriman dan transformasi layanan. CLCF dibangun pada konsep kepemimpinan bersama yang tidak dibatasi untuk orang yang memegang peran kepemimpinan tertentu karena kepemimpinan bisa datang dari siapapun dalam organisasi.

Kerangka ini dirancang untuk digunakan sebagai alat untuk membantu dalam mendesain kurikulum program pelatihan dan pengembangan; menyoroti kekuatan tiap individu dan area pengembangan melalui penilaian diri dan umpan balik yang terstruktur; bantuan untuk mengembangkan pribadi dan kemajuan karir. Berikut Kerangka kompetensi dalam clinical leadership menurut NHS.

A. Menunjukkan Kualitas Personal:

Kepemimpinan efektif mensyaratkan individu-individu untuk bertindak di atas nilai-nilai, kekuatan dan kemampuan untuk menyampaikan pelayanan dengan standar tinggi. Untuk dapat melakukan itu, mereka harus menunjukkan efektivitas dalam:

  1. Mengembangkan kesadaran diri, dengan menyadari nilai-nilai, prinsip dan asumsi pribadi dan mampu untuk belajar dari pengalaman
  2. Manajemen diri, dengan mengatur dan melakukan manajemen diri sendiri sambil memperhitungkan kebutuhan dan prioritas hal lain
  3. Pengembangan pribadi berkelanjutan, dengan belajar melalui partisipasi dalam pengembangan profesionalisme berkelanjutan dan dari pengalaman serta umpan balik
  4. Bertindak dengan integritas, dengan berperilaku dalam sikap terbuka, jujur dan beretika

Berikut adalah Instrumen Penilaian Mandiri untuk aspek Menunjukkan Kualitas Personal:

Item

Frekuensi

Sering

Kadang-Kadang

Jarang

Mengembangkan Kesadaran Diri

Saya menyadari bagaimana nilai-nilai dan prinsip pribadi mempengaruhi saya dan juga berdampak pada orang lain

 

 

 

Saya mencari umpan balik dari orang lain terhadap kelemahan dan keterbatasan saya, kemudian memodifikasi perilaku saya berdasarkan umpan balik itu

 

 

 

Manajemen Diri

Saya tetap tenang dan fokus walau berada di bawah tekanan

 

 

 

Saya merencanakan beban kerja dan mengerjakannya sesuai komitmen saya untuk konsisten dengan standar tinggi yang menunjukkan fleksibilitas dan persyaratan layanan

 

 

 

Pengembangan Pribadi Berkelanjutan

Saya secara aktif mencari kesempatan untuk belajar dan berkembang

 

 

 

Saya mengaplikasikan pembelajaran saya pada pekerjaan

 

 

 

Bertindak dengan Integritas

Saya bertindak dengan sikap terbuka, jujur dan inklusif dengan menghormati budaya, keyakinan dan kemampuan orang lain

 

 

 

Saya berani bicara ketika ada hal yang bertentangan dengan etika dan nilai-nilai

 

 

 

TOTAL

 

 

 

B. Bekerja dengan Orang Lain:

Kepemimpinan yang efektif membutuhkan individu-individu yang dapat bekerja sama dengan orang lain dalam konteks tim dan jejaring untuk memberikan dan meningkatkan pelayanan. Agar dapat melakukannya, mereka harus menunjukkan efektivitas dalam:

  1. Mengembangkan jejaring, dengan cara bekerja sama dengan pasien, perawat, pengguna layanan dan perwakilannya serta kolega di dalam dan diseluruh sistem
  2. Membangun dan mempertahankan hubungan, dengan saling mendengarkan, mendukung, mengumpulkan kepercayaan dan menunjukkan kesepahaman
  3. Mendorong kontribusi, dengan cara menciptakan lingkungan yang membuat semua orang terdorong untuk berkontribusi
  4. Bekerja dalam tim, untuk menyampaikan dan meningkatkan layanan

Berikut adalah Instrumen Penilaian Mandiri untuk aspek Bekerja dengan Orang Lain:

Item

Frekuensi

Sering

Kadang-Kadang

Jarang

Mengembangkan Jejaring

Saya mengidentifikasi kesempatan untuk bekerja sama secara kolaborasi dengan orang lain demi membawa nilai tambah untuk perawatan pasien

 

 

 

Saya membagi informasi dan sumber-sumber daya dari seluruh jejaring

 

 

 

Membangun dan Mempertahankan Hubungan

Saya berkomunikasi dengan jelas dan efektif kepada orang lain

 

 

 

Saya mendengarkan dan memperhitungkan kebutuhan dan perasaan orang lain

 

 

 

Mendorong Kontribusi

Saya secara aktif mencari kontribusi dan pandangan dari orang lain

 

 

 

Saya nyaman melakukan manajemen saat ada konflik kepentingan atau perbedaan opini

 

 

 

Bekerja dalam Tim

Saya tempatkan diri saya di depan untuk memimpin tim dan selalu memastikan bahwa saya melibatkan orang yang tepat pada saat yang tepat

 

 

 

Saya berterima kasih dan mengapresiasi usaha orang lain di dalam tim dan menghargai keputusan tim

 

 

 

TOTAL

 

 

 

C. Manajemen Pelayanan:

Kepemimpinan yang efektif menuntut individu-individu untuk fokus pada keberhasilan organisasi tempatnya bekerja. Untuk dapat melakukan itu, mereka harus efektif di dalam:

  1. Merencanakan, dengan secara aktif berkontribusi untuk melakukan perencanaan dalam upaya pencapaian tujuan
  2. Mengatur sumber daya, dengan mengetahui sumber daya yang tersedia dan menjamin bahwa sumber daya tersebut digunakan secara efisien, aman dan sesuai untuk berbagai macam kebutuhan
  3. Mengatur manusia, dengan menyediakan arahan, meninjau kinerja, memotivasi dan mempromosikan kesetaraan dan keberagaman
  4. Mengatur kinerja, dengan memastikan pola kerja yang dapat mengukur keluaran layanan

Berikut adalah Instrumen Penilaian Mandiri untuk aspek Manajemen Layanan:

Item

Frekuensi

Sering

Kadang-Kadang

Jarang

Merencanakan

Saya gunakan umpan balik dari pasien, pengguna layanan dan teman-teman ketika mengembangkan perencanaan

 

 

 

Saya menilai opsi yang tersedia dalam konteks resiko dan keuntungan

 

 

 

Mengatur Sumber Daya

Saya menyampaikan pelayanan yang aman dan efektif dengan pengalokasian sumber daya

 

 

 

Saya bertindak ketika sumber daya tidak digunakan secara efisien dan efektif

 

 

 

Mengatur Manusia

Saya mendukung anggota tim dalam meningkatkan peran dan tanggung jawab mereka

 

 

 

Saya memberikan arah dan tujuan yang jelas kepada orang lain

 

 

 

Mengatur Kinerja

Saya menganalisis informasi dari berbagai sumber mengenai kinerja

 

 

 

Saya bertindak untuk meningkatkan kinerja

 

 

 

TOTAL

 

 

 

D. Meningkatkan pelayanan

Kepemimpinan yang efektif mensyaratkan individu-individu untuk membuat perbedaan terhadap kesehatan seseorang dengan memberikan pelayanan kualitas tinggi dan melakukan mengembangkan perbaikan layanan. Untuk dapat melakukan hal ini, mereka harus dapat:

  1. Menjamin keselamatan pasien, dengan menilai dan mengelola resiko pada pasien yang terkait pengembangan layanan, menyeimbangkan pertimbangan ekonomi dengan kebutuhan keselamatan pasien
  2. Evaluasi kritis, dengan mampu berfikir secara analitik, konseptual dan mampu mengidentifikasi pada aspek mana sebuah layanan dapat ditingkatkan serta dapat bekerja secara individual sebagai bagian dari tim
  3. Mendorong perbaikan dan inovasi, dengan menciptakan iklim perbaikan layanan secara terus menerus
  4. Memfasilitasi transformasi, dengan berkontribusi secara aktif untuk mengubah proses-proses yang memicu perbaikan layanan.

Berikut adalah Instrumen Penilaian Mandiri untuk aspek Manajemen Layanan:

Item

Frekuensi

Sering

Kadang-Kadang

Jarang

Menjamin Keselamatan Pasien

Saya bertindak ketika menemukan ketidakberesan pada aspek keselamatan pasien

 

 

 

Saya meninjau praktek untuk meningkatkan keselamatan pasien dan meminimalisir resiko

 

 

 

Evaluasi Kritis

Saya menggunakan umpan balik dan pasien, perawat dan pengguna layanan untuk meningkatan pemberian layanan

 

 

 

Saya bekerja dengan orang lain untuk mengevaluasi pelayanan kami secara konstruktif

 

 

 

Mendorong Perbaikan dan Inovasi

Saya mengemukakan ide-ide untuk meningkatkan kualitas layanan

 

 

 

Saya mendorong debat mengenai ide-ide baru dengan kelompok orang yang lebih luas

 

 

 

Memfasilitasi Transformasi

Saya menyuarakan kebutuhan akan perubahan dan dampaknya pada manusia dan pelayanan

 

 

 

Saya memfokuskan diri saya dan memotivasi orang lain untuk menjamin terjadinya perubahan

 

 

 

TOTAL

 

 

 

E. Menentukan Arah

Kepemimpinan yang efektif mensyaratkan masing-masing individu untuk berkontribusi terhadap strategi dan aspirasi organisasi dan bertindak dengan perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai tersebut. Untuk dapat melakukan ini, masing-masing individu harus menunjukkan efektivitas dalam:

  1. Mengidentifikasi konteks untuk perubahan, dengan menyadari faktor-faktor yang perlu diperhitungkan
  2. Mengaplikasikan pengetahuan dan bukti ilmiah, dengan mengumpulkan informasi untuk menciptakan perubahan berbasis bukti pada sistem dan pada proses dalam upaya mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan layanan
  3. Membuat keputusan, dengan menggunakan nilai-nilai yang mereka pegang dan berbagai bukti ilmiah
  4. Mengevaluasi dampak, dengan melakukan pengukuran dan evaluasi keluaran, membuat tindakan korektif ketika dibutuhkan dan bertanggung jawab untuk memperhitungkan keputusan mereka

Berikut adalah Instrumen Penilaian Mandiri untuk aspek Manajemen Layanan:

Item

Frekuensi

Sering

Kadang-Kadang

Jarang

Mengidentifikasi Konteks untuk Perubahan

Saya mengidentifikasi pihak penggerak perubahan (seperti politik, sosial, ekonomi, organisasi dan lingkungan profesional)

 

 

 

Saya mengantisipasi tantangan masa depan yang akan menciptakan perubahan, lalu mengkomunikasikan hal ini kepada orang lain

 

 

 

Mengaplikasikan Pengetahuan dan Bukti

Saya menggunakan data dan informasi untuk menyarankan perbaikan layanan

 

 

 

Saya mempengaruhi orang lain untuk menggunakan pengetahuan dan bukti ilmiah untuk mencapai best practice

 

 

 

Membuat Keputusan

Saya berkonsultasi dengan orang-orang kunci dan kelompok saat membuat keputusan yang perlu memperhitungkan nilai-nilai dan prioritas layanan

 

 

 

Saya secara aktif terlibat dalam proses pembuatan keputusan, baik formal maupun informal, mengenai masa depan layanan

 

 

 

Mengevaluasi Dampak

Saya bertanggung jawab untuk menempelkan pendekatan baru ke dalam praktek kerja

 

 

 

Saya mengevaluasi dampak perubahan pada pasien dan proses pemberian layanan

 

 

 

TOTAL

 

 

 

Cara mengisi:

  1. Pada skala frekuensi yang ada di sebelah masing-masing pernyataan, pilihlah nilai yang sesuai kondisi Anda
  2. Jumlahkan hasil isian Anda
  3. Jumlah hasil isian mencerminkan diri Anda saat ini. Bila isian Anda didominasi jawaban "Jarang", berarti ini adalah area yang perlu dikembangkan lebih lanjut. Bila isian Anda kebanyakan adalah "Sering", maka pastikan bahwa ini bukanlah hal yang berlebihan. Kekuatan yang berlebihan bisa menjadi sesuatu yang Anda andalkan namun sebaliknya, juga dapat berdampak negatif pada kinerja Anda.

Bila semua instrumen sudah terisi, Anda disarankan untuk mendiskusikan hasilnya dengan manajer, mentor atau teman yang Anda percaya. Ada baiknya orang-orang tersebut juga mengunduh dokumen instrumen dan memberikan penilaian kepada Anda pada beberapa ataupun seluruh domain kepemimpinan. Duduk bersama untuk membandingkan penilaian mereka dan penilaian Anda sendiri dapat menghasilkan wawasan yang bernilai bagi perilaku kepemimpinan Anda. Selanjutnya, Anda mungkin memiliki rencana perbaikan pada domain-domain kepemimpinan tertentu. Berikut saran bagi Anda:

  1. Tentukan rencana aksi Anda secara spesifik, terukur, berbasis tindakan, realistis dan terikat waktu, atau istilahnya SMART (Specific, Measurable, Action oriented, Realistic and Time bound). Ini akan sangat membatu dalam upaya mencapai tujuan Anda
  2. Mengidentifikasi individu-individu yang akan Anda ajak bicara terkait rencana aksi ini dan yang akan membantu Anda untuk mewujudkan rencana ini
  3. Menilai hambatan potensial dan bagaimana Anda akan mengatasi hal tersebut
  4. Memikirkan cara untuk menggunakan kekuatan Anda untuk mencapai tujuan
  5. Identifikasi sumber daya yang tersedia pada Anda atau yang Anda butuhkan untuk mencapai tujuan
  6. Tulis langkah-langkah aksi untuk membantu mencapai tujuan Anda dan menetapkan tanggal pemenuhan untuk masing-masing tahapan
  7. Tetapkan waktu untuk mengevaluasi kemajuan upaya pencapaian tujuan Anda.

Sumber: NHS Leadership Academy

Devi Tandrasari dan Hanevi Djasri

Pendahuluan

Sepsis adalah suatu sindroma kompleks yang sulit untuk didefinisikan, didiagnosa, dan diobati. Sepsis disebabkan oleh respon sistemik tubuh terhadap infeksi, yang jika berkembang dapat menjadi sepsis berat yang disertai dengan disfungsi organ tunggal atau beberapa kegagalan yang menyebabkan kematian. Kejadian sepsis ini menjadi penyebab utama kematian dan dapat menewaskan sekitar 1.400 orang di seluruh dunia setiap hari.

Pada tahun 2002, European Society of Critical Care Medicine (ESCCM) dan Society of Critical Care Medicine (SCCM) melakukan sebuah survei internasional untuk meneliti pandangan dokter terhadap sepsis (definisi, diagnosis, dan pengobatan). Hasil penelitian dari 1.050 orang dokter tersebut terungkap bahwa kebanyakan dokter merasa kesulitan untuk mendiagnosa dan mengobati sepsis. Hasil survei menunjukan bahwa:

  • 86 % dokter mengatakan bahwa gejala sepsis dapat rancu dengan gejala penyakit lain.
  • 89 % dokter mengatakan bahwa para dokter mau untuk melakukan terobosan pengobatan sepsis.
  • 81 % dokter mengatakan bahwa dengan adanya definisi yang umum di kalangan medis merupakan langkah yang sangat signifikan untuk pengobatan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Kematian, Insiden dan Biaya

Angka kematian akibat sepsis dalam hitungan skala mirip dengan kasus kematian akibat kanker paru-paru, kanker payudara, dan kanker usus besar dan sepsis merupakan salah satu penyebab utama kematian di ICU.
Sepsis adalah pembunuh yang cepat, hal ini dikarenakan sifatnya yang agresif dan multifaktorial. Sebanyak 30% pasien meninggal dalam bulan pertama diagnosis dan 50% pasien meninggal dalam waktu 6 bulan. Pada tahun 1960 diketahui bahwa dalam 28 hari angka kematian sepsis di rumah sakit sebanding dengan angka kematian pasien infark miokard akut (AMI). Namun dalam beberapa tahun terakhir telah ada peningkatan kesadaran dan perbaikan manajemen AMI sehingga dapat menurunkan angka kematian, sementara dilain pihak belum ada perbaikan untuk sepsis (7).

Sepsis memerlukan biaya yang besar, dalam perhitungan biaya total perawatan di ICU sebesar 40% digunakan untuk perawatan ICU. Di Amerika Serikat biaya rata-rata per kasus individu adalah sekitar US$ 22.000.

Surviving Sepsis Campaign atau kampanye untuk meningkatkan harapan hidup akibat sepsis bertujuan untuk meningkatkan kesadaran semua pihak untuk melakukan perawatan dan manajemen yang paling tepat bagi pasien.

Tantangan

Para profesional menganggap sepsis sebagai salah satu kondisi yang paling menantang dan sulit untuk dikelola, hal ini disebabkan kasus sepsis sangat bervariasi antara satu pasien dengan pasien lainnya dan dapat berkembang menjadi berbagai keadaan lain.

Definisi dan Diagnosis.

Sepsis didefinisikan sebagai berbagai kondisi klinis yang disebabkan oleh respon sistemik tubuh terhadap infeksi. Sedangkan sepsis berat didefinisikan sebagai suatu kondisi di mana kondisi sepsis juga disertai dengan kegagalan organ. Meskipun definisi ini telah banyak diketahui, namun tidak ada definisi klinis yang jelas dan mudah dikomunikasikan secara global. Hal ini disebabkan tidak adanya manajemen dalam membuat diagnosis dan terobosan dalam menghadapi tantangan klinis sepsis.

Berikut ini adalah beberapa gejala sepsis: demam, nadi cepat, dan kesulitan bernafas. Namun gejala ini juga sangat umum terdapat pada gangguan lainnya. Dalam sebuah survei terbaru yang dilakukan pada dokter, 87% diketahui bahwa gejala sepsis yang ada sangat rancu dengan gejala kondisi lain dan hal ini mengakibatkan sepsis terlambat didiagnosa atau justru menjadi salah diagnosa.

Oleh karena itu para klinisi berpendapat bahwa dengan adanya definisi yang diterima secara umum dapat membantu untuk mengelola sepsis secara lebih efektif. Dari dokter yang disurvei, 81% mengakui bahwa kurang jelasnya definisi umum menyebabkan keterlambatan pengobatan, menimbulkan komplikasi tambahan dan menyebabkan kematian.

Manajemen

Diagnosis dan manajemen sepsis yang cepat sangat penting untuk keberhasilan pengobatan. Pasien sepsis biasanya sudah dalam kondisi kritis dan memerlukan penanganan segera untuk menghindari kerusakan yang cepat, oleh karena itu pengobatan yang diberikan harus sama cepatnya dengan penegakan diagnosis.
Pengelolaan pasien sepsis melibatkan berbagai intervensi terapeutik. Pengobatan dapat menjadi efektif dan sepsis berat dapat dihindari jika terapi yang tepat digunakan sejak awal. Setelah diagnosis ditegakkan, langkah selanjutnya adalah melakukan terapi untuk menghilangkan infeksi yang mendasari dengan menggunakan antibiotik. Diketahui bahwa sekitar 10% pasien sepsis tidak menerima terapi antibiotik yang cepat dan tepat dan hal ini meningkatkan angka kematian hingga 10-15%. Kemudian terapi tambahan yang diberikan tergantung pada kondisi pasien, termasuk terapi obat dan perawatan suportif seperti ventilasi mekanis dan dialisis ginjal. Namun demikian meskipun telah dilakukan pengelolaan yang cermat saat ini, respon tubuh pasien masih sering tidak terduga dan kematian masih tinggi.

Pengelolaan sepsis perlu melibatkan berbagai spesialisasi klinis untuk penegakan diagnosis dan pengobatan. Namun untuk para klinisi yang tidak bekerja di ICU sebagian besar tidak memiliki pelatihan dan pengetahuan yang memadai untuk mengidentifikasi gejala untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Oleh karena itu diperlukan definisi klinis yang jelas dan pengembangan penerapan standar pelayanan untuk membantu penegakan diagnosis dan manajemen yang efektif bagi pasien agar dapat menyelamatkan nyawa pasien.

Alasan Melakukan Surviving Sepsis Campaign

Kegiatan kampanye ini dipelopori oleh ESICM (European Society of Intensive Care Medicine), ISF (International Sepsis Forum) dan SCCM (Society of Critical Care Medicine). Adapun tujuan dari kampanye ini adalah untuk meningkatkan ketepatan diagnosis, manajemen pasien dan kelangsungan hidup pasien sepsis dengan cara mengatasi tantangan yang berkaitan dengan hal tersebut.

Materi Utama dalam Kampanye ini adalah tentang:

  • Angka mortalitas akibat sepsis sangat tinggi dan semakin meningkat.
  • Dokter diharapkan dapat mengelola sepsis berat dan dapat melakukan perbaikan.
  • Dokter mungkin tidak menyadari semua perawatan/intervensi yang dilakukan.
  • Ada harapan untuk perbaikan dengan memberikan terapi yang baik dan melalui inovasi penelitian yang berkelanjutan.
  • Kesadaran akan masalah ini masih rendah.
  • Tidak ada konsensus pada target outcome.

Misi Surviving Sepsis Campaign

Program meningkatkan harapan hidup akibat sepsis bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan sepsis melalui inisiatif yang memiliki target:

  • Meningkatkan kesadaran, pemahaman, dan pengetahuan.
  • Merubah persepsi dan kebiasaan.
  • Meningkatkan kecepatan perubahan pola perawatan.
  • Mempengaruhi kebijakan.
  • Mendefinisikan standar perawatan sepsis berat.
  • Menurunkan angka kematian sepsis hingga 25% dalam 5 tahun mendatang.
  • Bekerja sama dengan stakeholder yang sesuai.

Referensi

Surviving Sepsis Campaign: International guidelines for management of severe sepsis and septic shock: 2008 Crit Care Med 2008;36(1) 296-327

Clinical practice parameters for hemodynamic support of pediatric and neonatal patients in septic shock Crit Care Med 2002;30(6) 1365-1378

Oleh : Devi Tandrasari dan Hanevi Djasri

Surviving Sepsis Campaign bekerja sama dengan Institute for Healthcare Improvement (IHI) untuk memasukkan konsep bundle ke dalam diagnosis dan pengobatan pasien sepsis, sepsis berat, dan syok septik. Diyakini bahwa perbaikan perawatan harus diukur pada satu pasien dan dalam satu waktu tertentu melalui serangkaian langkah-langkah tambahan yang pada akhirnya akan mengarah pada perubahan sistemik dalam organisasi kesehatan. Surviving Sepsis Campaign adalah kunci untuk mengurangi kematian sepsis berat dan pasien syok septik. Kesuksesan dalam menerapkan Surviving Sepsis Campaign tidak lepas dari peran LEADER di rumah sakit yang mengkoordinasikan langkah-langkah sebagai berikut:

L (Learn) – mempelajari sepsis dan upaya peningkatan mutu pelayanan dengan menghadiri berbagai pertemuan sepsis baik lokal maupun nasional.

E (Establish) – menetapkan database untuk meyakinkan orang lain bahwa diperlukan perbaikan untuk membuat pengukuran yang relevan. Mulailah dengan mengumpulkan data pada semua pasien sepsis berat di ICU meskipun hanya terdapat satu atau dua pasien sehari.

A (Ask) – Mintalah dukungan dari pimpinan organisasi, bagian UGD, bagian ICU, bagian mutu organisasi, perawat dan lain-lain.

  • Membentuk tim sepsis dan bertemu dengan para stakeholder untuk mendapatkan masukan. Beritahu tentang apa yang sedang dikerjakan dan mengapa mengerjakan hal tersebut.
  • Publikasikan Surviving Sepsis Campaign dengan membuat acara kick-off yang resmi.
  • Tunjuklah beberapa dokter untuk berbicara dan undang perwakilan dari administrasi, komite medik, keperawatan, ahli terapi pernapasan, dan farmakologi. Komitmen yang ada dari berbagai pihak digunakan sebagai momentum awal dan upaya perbaikan.

D (Develop) – Mengembangkan protokol yang spesifik untuk organisasi yang terdiri dari semua elemen bundle Surviving Sepsis Campaign.

  • Mencari umpan balik dari seluruh stakeholder dan menyempurnakan panduan.
  • Mengundang komentar dan saran pada pertemuan rutin tim. Publikasikan perbaikan yang ada dalam tenggat waktu yang dijadwalkan.

E (Educate) – Beri pelatihan stakeholder yang ada di UGD dan ICU.

  • Biasakan para staf untuk menggunakan panduan dan bundle yang ada. Jelaskan mengenai pentingnya penggunaan bundle tersebut. Toleransi kesalahan yang ada dan lakukan pelatihan ulang jika diperlukan.
  • R Remediate – memulihkan (memperbaiki) kesalahan dan antisipasi setiap hambatan.
  • Sampaikan mengenai kesuksesan dan kegagalan yang terjadi setiap bulan. Semua orang yang terlibat perlu melihat apa yang terjadi untuk mendorong upaya kemajuan Surviving Sepsis Campaign. Identifikasi bentuk kegagalan yang utama dan lakukan perbaikan.

Mengukur Efek Peningkatan Perubahan: Alat untuk menuju kesuksesan

Kerja sama dengan IHI meliputi pengembangan beberapa mekanisme untuk pengukuran peningkatan mutu. Alat berikut digunakan untuk melakukan perubahan yang disesuaikan dengan tim individual dan kebutuhan rumah sakit:

Alat skrining untuk evaluasi sepsis berat (Dewasa): identifikasi yang tepat dari pasien sepsis berat adalah suatu keharusan. Bentuk panduan dengan menggunakan algoritma check-box sederhana yang dapat digunakan di daerah triase UGD, bangsal, dan ICU.

Alat skrining untuk evaluasi sepsis berat (Anak-anak): antara lain menggunakan tools yang disusun oleh Stony Brook Medical Center, Stony Brook, New York.

Bagan alat pengukuran individu: semua pasien sepsis berat harus dirawat di ICU dan harus dipastikan bahwa pasien tersebut dapat bertahan di ICU dalam kondisi yang baik. Menggunakan formulir pencatatan khusus untuk melakukan pengukuran individu bagi setiap pasien.

Review bagan database Surviving Sepsis Campaign: Review bagan database (misalnya dengan program Microsoft Access) sebagai alat untuk mengumpulkan dan mengatur data untuk ditampilkan dalam grafik, dan menghitung rekapitulasi bulanan dari masing-masing indikator mutu sepsis berat. Grafik harus ditempatkan di setiap unit yang peduli terhadap pasien sepsis.

Pendidikan

Pemimpin Surviving Sepsis Campaign harus percaya bahwa melanjutkan pendidikan adalah faktor yang paling penting untuk keberhasilan kampanye awal dan berkelanjutan. Berbagai alat pendidikan tersedia untuk mendukung proses pembelajaran. Alat-alat pengajaran tersebut meliputi:

  • Campaign Update kampanye buletin dua-bulanan (dapat didownload dari website atau baca secara online).
  • Pendidikan Surviving Sepsis Campaign ditawarkan dalam konferensi.
  • Poster pedoman Surviving Sepsis Campaign 2008 (dapat dicetak oleh rumah sakit untuk penggunaan internal).
  • Panduan saku Surviving Sepsis Campaign 2008 (dapat dicetak oleh rumah sakit untuk penggunaan internal).
  • Bundle badge cards

Referensi

Bone RC et al. Chest. 1992; 101: 1644–55.
OECD Health Report, 2000.
Kanji S et al. Pharmacotherapy. 2001; 21: 1389-402.
Rivers E et al. N Engl J Med. 2001; 345: 1368-77.
Natanson C et al. Crit Care Med. 1998; 26: 1927–31.
Bernard GR et al. N Engl J Med. 2001; 344: 699–709.
The Task Force on the Management of Acute Myocardial Infarction of the European Society of Cardiology. Eur H J. 1996
Angus DC et al. Crit Care Med. 2001; 29: 1303–10.
Sepsis: a study of doctors' knowledge about sepsis in five European countries and the US; ESICM and SCCM: January 2001.
Lyseng-Williamson KA & Perry CM. Drugs. 2002; 62: 617-30.
Survey conducted by Yankelovich Partners, Inc., 2002

Disusun oleh: PKMK FK-UGM

Berikut ini adalah 9 paket usulan kebijakan dalam bidang KIA yang disusun berdasarkan pengalaman dari berbagai upaya peningkatan mutu dalam pelayanan kesehatan KIA yang pernah/sedang dilaksanakan baik disektor hulu maupun hilir sebagai berikut:

Pendekatan kebijakan di hilir:

  1. Strategi Penurunan Jumlah Kematian Bayi: Pengembangan Audit Kematian Maternal Perinatal (AMP) dan Penggunaan Prinsip Surveilans Respon (Policy Brief 1)
  2. Kebijakan Surveilans - Respons dan Sistem Informasi Kesehatan di Pusat dan Daerah (Policy Brief 2)
  3. Penggunaan Data Kematian "Absolut" Untuk Memicu Penurunan Kematian Ibu dan Bayi di Kabupaten / Kota (Policy Brief 3)
  4. Institutional based contracting out dengan penugasan tim dokter spesialis (Policy Brief 4)
  5. Peningkatan Kualitas Kepemimpnan dan Manajemen Direktur RS dalam Program KIA (Policy Brief 5)
  6. Pengembangan kompetensi Leadership Dokter Spesialis dalam usaha penurunan kematian ibu dan bayi (Policy Brief 6)
  7. Peningkatan mutu Pelayanan Klinik KIA di RS (Policy Brief 7)

Pendekatan Kebijakan yang mencakup hulu-hilir:

  1. Perencanaan program KIA berbasis bukti, Perencanaan Berbasis Bukti (Policy Brief 8)
  2. Kebijakan Menggunakan DAK untuk KIA (Policy Brief 9)

 

Policy Brief 1

Strategi Penurunan Jumlah Kematian Bayi: Pengembangan Audit Kematian Maternal Perinatal (AMP) dan Penggunaan Prinsip Surveilans Respon

Hanevi Djasri, Puti Aulia Rahma, Rukmono Siswishanto, Sitti Noor Zaenab, Laksono Trisnantoro


Policy Brief 2

Strategi Penurunan Jumlah Kematian Ibu dan Bayi: Penggunaan Prinsip Surveilans Respons dalam KIA

Hanevi Djasri,Sitti Noor Zaenab, Laksono Trisnantoro


Policy Brief 3

Penggunaan Data Kematian "Absolut" untuk Memicu Penurunan Kematian Ibu dan Bayi di Kabupaten/ Kota

Laksono Trisnantoro dan Sitti Noor Zaenab


Policy Brief 4

"Institution-Based Contracting Out" dengan Penugasan Tim Tenaga Kesehatan


Policy Brief 5

Peningkatan Kualitas Kepemimpinan dan Manajemen Direktur RS Dalam Program KIA


Policy Brief 6

Strategi Penurunan AKI dan AKB: Peningkatan Mutu Klinis Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi di Rumah Sakit

Rukmono Siswishanto, Hanevi Djasri


Policy Brief 7

Analisis Kebijakan Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA): Implementasi Metode Perencanaan Berbasis Bukti (PBB) Dalam Mencapai Sasaran Millenium Development Goal (Mdg) 4 & 5 di Provinsi Papua


Policy Brief 8

Kebijakan Menggunakan DAK untuk KIA


Policy Brief 9

Penyusunan Manual Rujukan Maternal Neonatal di Tingkat Kabupaten/Kota (lokal spesifik)

Sitti Noor Zaenab, Armiatin, Hanevi Djasri, Laksono Trisnantoro