Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

agenda

Teknologi dalam kesehatan saat ini semakin berkembang dan maju, banyak inovasi yang dilakukan untuk menyembuhkan pasien. Namun dengan berkembangnya teknologi tersebut perlu untuk diperhatikan unsur patient safety. Pada 1998 seorang pensiunan angkatan laut di Amerika menjalani operasi pengangkatan separuh parunya untuk pemeriksaan Patologi Anatomi (PA). Namun sebulan kemudian setelah hasil pemeriksaan keluar, diketahui bahwa parunya normal. Kesalahan tersebut terjadi karena kesalahan diagnosis yang tertukar dengan milik pasien lain. Kesalahan pada saat operasi juga sering terjadi di dunia medis, seperti tertinggal klem atau gunting bedah.

Institute of Medicine (IOM) pada 2000 mengangkat isu patient safety, karena angka kematian pasien di Amerika akibat medical error yang tinggi. Hasil dari CDC pada 2014 diketahui bahwa medical error merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga di Amerika setelah penyakit jantung dan kanker. Pada 2016 IOM pun menyebutkan bahwa tiap tahun di Amerika terjadi diagnostic error sebanyak 18 juta kejadian.

Kita ketahui bahwa apabila pasien datang ke klinik dokter umum untuk melakukan pemeriksaan, maka yang dilakukan dokter hanya memeriksa melalui tanya jawab untuk anamnesa dan stetoskop. Hal ini yang menyebabkan bahwa hanya 20-30% diagnosa dari dokter umum yang benar karena hanya melihat dari penampakan luar. Perlu untuk dilakukan suatu general check up untuk mengetahui lebih pasti tentang keadaan pasien. Sindrome Steven Johnson masih sering terjadi di Indonesia yang disebabkan karena kesalahan obat yang diberikan. Kurangnya knowledge dari dokter yang tidak melakukan update perkembangan teknologi dan mengakibatkan kematian pasien.

Unsur keselamatan tidak hanya diperuntukkan bagi pasien saja, namun tenaga kesehatan juga perlu melakukannya. Hal ini masih sering diabaikan oleh tenaga kesehatan itu sendiri, misal tidak menggunakan sarung tangan pada saat melakukan kontak dengan pasien. Risiko kejadian meninggal di Amerika lebih tinggi diakibatkan oleh dokter dan apoteker dari pada pemilik pistol.

Dalam dunia medis dibedakan menjadi 2 kejadian error yakni error of planning yang merupakan penggunaan cara yang salah untuk pencapaian tujuan, serta error of execution yang merupakan gagal menyelesaikan tindakan yang sudah disiapkan. Error juga bisa dibedakan menjadi omission dan commision. Error omission yaitu tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan, seperti terlambat bertindak atau tidak melakukan pertolongan. Error comission yaitu melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan, seperti tindakan keliru atau prosedur yang salah.

Reporter: Wisnu Damarsasi, MPH

Kerangka Acuan

Pelatihan Menyusun Rencana Penelitian Terapan
Keselamatan Pasien dan Mutu 
Pelayanan Kesehatan
di Rumah Sakit dan Puskesmas

  PENGANTAR

Keselamatan pasien merupakan esensi dari diskursus mengenai mutu di dunia pelayanan kesehatan sejak terbitnya buku “To Err is Human”. Sejak saat itu telah dikembangkan berbagai pengukuran keselamatan pasien beserta pirantinya dan upaya-upaya untuk meningkatkan keselamatan pasien dan mutu. 

Sejak tahun 2014 Indonesia memasuki era baru system pelayanan kesehatan berbasis system pembiayaan, melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Melalui JKN setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) harus mampu melakukan kendali mutu dan kendali biaya. Oleh sebab itu Rumah Sakit dan Puskesmas perlu mengantisipasi dan menyiapkan berbagai strategi untuk mewujudkan hal tersebut. Penerapan kendali mutu dan kendali biaya harus didasarkan pada bukti ilmiah yang diperoleh melalui berbagai studi di Rumah Sakit dan Puskemas dengan memanfaatkan metode yang tepat.

Seiring dengan meningkatnya iklim keselamatan pasien dan mutu, metode untuk penelitian implementasi pun semakin bervariasi untuk mengantisipasi kompleksitas permasalahanpermasalahan yang terkait dengan implementasi suatu program atau kegiatan. Demikian pula desain penelitian khusus untuk penelitian peningkatan mutu (quality improvement studies).

Kursus ini diselenggarakan untuk memberikan kemampuan Fasyankes untuk mengembangkan penelitian awal sebagai dasar untuk mengambil kebijakan khususnya terkait upaya peningkatan keselamatan pasien dan mutu pelayanan kesehatan.


  TUJUAN

Pelatihan ini bertujuan untuk:

  1. Memperluas wawasan mengenai spectrum penelitian keselamatan psien-mutu pelayanan kesehatan
  2. Menjelaskan penelitian implementasi, desain mixed methods dan penelitian peningkatan mutu beserta aplikasinya
  3. Mengidentifikasi pengembangan ide kolaboratif untuk penelitian keselamatan pasien-mutu pelayanan kesehatan; dan
  4. Menyusun extended abstract untuk penelitian keselamatan pasien-mutu pelayanan kesehatan

METODE PELATIHAN

Pelatihan akan menggunakan proses pembelajaran aktif yang mengandalkan partisipasi aktif peserta dalam setiap kegiatan pembelajaran (kuliah, diskusi kelompok, kegiatan mandiri). Fasilitator berperan sebagai pemateri sekaligus mendampingi para peserta selama pelatihan. Peserta diharapkan membawa laptop.


KELUARAN PELATIHAN

Extended abstract rencana penelitian untuk setiap peserta dan kelompok peserta

SASARAN PESERTA PELATIHAN

  1. Direktur RS/Kepala Dinas Kesehatan
  2. Wadir/Kabid/Kasi/Kasubag/ Kepala UPT/Kepala bagian administrasi RS/PKM
  3. Kepala Instalasi/unit RS/Komite mutu/Change agent
  4. Mahasiswa/peneliti Lean, dll

  NARASUMBER

  1. Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.MedSc, PhD
  2. Prof. dr. Adi Utarini, MSc, MPH, PhD
  3. Dr. Ari Probandari, MPH, PhD
  4. Dr. Viera Wardhani, MKes

WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

Hari / Tanggal : Selasa-Rabu, 22-23 Agustus 2017
Tempat           : Hotel Grand Mercure Yogyakarta

MATERI PELATIHAN

  1. Desain lokakarya
  2. Overview penelitian keselamatan pasien dan mutu pelayanan kesehatan
  3. Desain penelitian Mixed Methods
  4. Desain penelitian quality improvement
  5. Identifikasi ide penelitian
  6. Penyusunan extended abstract rencana penelitian
  7. Pengembangan ide menjadi extended abstract
  8. Presentasi rencana penelitian

WAKTU TOPIK FASILITATOR
HARI I
08.00 – 08.30 Pembukaan dan Pre Test Panitia
08.30 – 09.30

Materi Overview penelitian keselamatan pasien dan peningkatan mutu

materi   reportase

Prof. Adi Utarini
09.30 – 10.30

Issue patient safety di pelayanan kesehatan

materi   reportase

Prof. Iwan Dwiprahasto
10.30 – 11.30

Desain penelitian Mixed Methods

materi   reportase

Prof. Adi Utarini
11.30 – 12.30

Desain penelitian Quality Improvement

materi   reportase

Referensi:

dr. Ari Probandari
12.30 – 13.30 Istirahat siang  
13.30 – 15.00 Identifikasi ide penelitian Tim Fasilitator
HARI II
08.00 – 08.30

Review Materi Pelatihan Hari I

materi  catatan

dr. Viera Wardhani
08.30 – 09.30

Penyusunan Extended Abstract rencana penelitian

materi   reportase

Referensi:

Prof. Adi Utarini
09.30 – 11.00 Pengembangan ide menjadi Extended Abstract Tim Fasilitator
11.00 – 12.30 Presentasi rencana penelitian Prof. Iwan Dwiprahasto dan Tim Fasilitator
12.30 – 13.30 Istirahat siang  
13.30 – 15.00 Diskusi dan penyusunan Plan of Action Tim Fasilitator
15.00 – 15.30 Penutupan dan Post Test Panitia

 


CONTACT PERSON

Sdri. Maria Adelheid Lelyana (Lely)
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Gedung IKM Sayap Utara Lt. 2, Fakultas Kedokteran UGM
Jl. Farmako, Sekip Utara, Yogyakarta 55281
Phone : 0274-547658 (hunting)
Fax : 0274-549425
Mobile : 0813-2976-0006
Email : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it. 

download leaflet 

 

post fm1

Dunia medis terus melakukan inovasi untuk perubahan menuju yang lebih baik dan tidak mengulang kejadian yang sebelumnya kurang baik. Lewis King merupakan orang Amerika yang mengalami kejadian tidak menyenangkan di rumah sakit. Pria tersebut menderita diabetes melitus dan pada kakinya sudah muncul gangren harus diamputasi. Namun kesalahan terjadi di kamar operasi yakni dokter melakukan amputasi pada kaki yang salah, sehingga terpaksa kaki yang sebelahnya harus segera diamputasi juga agar gangren tidak menyebar semakin luas.

Pada 1990-an dunia mulai untuk meneliti tentang keselamatan pada pasien. Dari tahun ke tahun, angka kejadian KTD di rumah sakit semakin bertambah. Penambahan angka tersebut disebabkan oleh instrumen untuk penelitian semakin baik. Budaya patient safety pun semakin dikenal oleh masyarakat, sehingga masyarakat pun mulai sadar tentang haknya dan dapat segera melaporkan kepada yang berwajib apabila mendapatkan perlakuan yang tidak sesuai prosedur. Upaya untuk mengatasi permasalahan patient safety juga masih kurang, sementara permasalahan setiap saat terus bertambah.

Global Burden of Unsafe Medical Care pada 2013 menyebutkan bahwa tiap 100 pasien yang melakukan rawat inap, maka terdapat sekitar 14,2 KTD di negara high income country dan 12,7 di negara low-middle income country. Apabila dilihat secara global maka diketahui bahwa 43 juta kejadian pasien terluka selama dirawat di rumah sakit. Penyebab utama dari kejadian tersebut adalah unsafe caring.

Sesi pertama dalam post forum IHQN 2017, seluruh peserta dibagi menjadi beberapa kelompok. Pemilihan kelompok tersebut disesuaikan dengan latar belakang instansi peserta yakni puskesmas, rumah sakit, dan akademis. Peserta diwajibkan untuk menyusun suatu proposal sesuai dengan kelompok yang telah ditetapkan. Harapannya proposal yang telah disusun tersebut dapat dikembangkan kembali setelah acara selesai.

Reporter: Wisnu Damarsasi, MPH