Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

agenda

prof iwanIHQN-Yogyakarta. Dalam mengatasi permasalahan yang menjadi fokus perhatian di bidang obat terdapat piramida permasalahan yaitu efikasi obat relatif terbatas, diagnosis tidak selalu tepat, medication error banyak terjadi, biaya terapetik tidak terjangkau, dan kendali mutu dan kendali biaya yang sulit.

Obat sebagai sebuah instrumen periodik tidak sepenuhnya menimbulkan hasil. Dalam studi, sekitar 75% dari 1000 pasien tidak minum/ menggunakan obat sesuai dengan petunjuk, 30% diantaranya tidak refill obat yang seharusnya direfill dan 20-22% tidak refill obat pada penyakit kronis. Banyak penyakit kanker terjadi bukan karena kurangnya obat tetapi telatnya dalam mendiagnosis. Dalam studi di Amerika tahun 2016, terdapat 18 juta kesalahan diagnosis dan 74 ribu diantaranya menyebabkan kematian tiap tahun.

Permasalahan medication error masih banyak terjadi dalam sistem pelayanan kesehatan yaitu 39% prescribing disebabkan kesalahan tenaga dokter, 12 % transcribing dan 11% dispensing disebabkan oleh tenaga farmasi,dan 38% administering disebabkan oleh tenaga perawat. Dalam studi tahun 2012, terdapat 1 dari 5 pasien di Rumah Sakit pasti mengalami medication error dan kecil sekali tiap orang memahami kesalahan tersebut. Selain itu, 2/3 diantaranya dokter tidak menulis efek samping dari peresepan obat yang diberikan kepada pasien.

Masih ada beban biaya yang terlalu besar dibandingkan dengan kontribusi masyarakat, dimana terdapat 180 juta penduduk yang menjadi peserta BPJS dan 192 juta penduduk yang memanfaatkan pelayanan BPJS. “Diantara yang menjadi anggota BPJS yang membayar tiap bulan per tahun ada berapa persen yang rutin membayar?” kata Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., Ph.D Turbolensi ini bisa terjadi di era JKN dan harus sesuai dengan fornas, sehingga seorang dokter tidak boleh memberikan resep diluar dari formularium.

Untuk mengurangi risiko re-admisi perlu dilakukan implementasi “bundle-intervention” berupa intervensi pra-discharge, intervensi antara dan intervensi post-discharge. Medication management di era JKN perlu memperhatikan efisiensi penggunaan teknologi diagnostik, resepkan obat yang terbukti paling efficacious berbasis EBM, diagnosis harus tepat agar terapi bermanfaat, komunikasi dan informasi akurat, minimalkan risiko medication error dan libatkan pasien dalam proses terapetik.

Reporter : Agus Salim, S.KM., MPH

 

post fm3

Kualitas kesehatan manusia merupakan salah satu indikator kemajuan suatu negara, oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan sistem kesehatan yang telah ada agar menjadi lebih baik. Penelitian banyak dilakukan untuk mewujudkan tujuan tersebut, dan desain penelitian yang sesuai adalah quality improvement. Quality improvement yaitu rancangan, pengembangan, dan evaluasi intervensi kompleks yang ditujukan untuk merancang ulang sistem pelayanan kesehatan untuk agar menjadi lebih baik.

Siklus dari quality improvement yaitu plan (merencanakan perubahan), do (melaksanakan yang sudah direncanakan), study (melihat kembali yang sudah dilaksanakan), dan act (merumuskan kembali yang masih belum sesuai). Siklus PDSA tersebut untuk mewujudkan suatu perubahan sistem menjadi lebih baik dapat dilakukan beberapa kali dengan siklus yang sama. Salah satu bentuk dari “act” adalah rencana tindak lanjut (RTL) suatu kegiatan.

Fokus dari quality improvement study adalah pengembangan dari dasar teori untuk suatu intervensi. Fokus lainnya yakni studi eksplorasi untuk mengembangkan intervensi lebih lanjut dan merencanakan studi untuk evaluatif. Quality improvement study syaratnya harus ada suatu kaidah, sementara pada quality improvement tidak harus ada.

Metode untuk quality improvement study dapat menggunakan kuantitatif, kualitatif, atau mixed method. Apabila menggunakan kuantitatif dan randomised design, maka contohnya adalah individual patient randomised controlled trial atau bisa cluster randomised trials. Sementara jika non randomised design, maka contohnya uncontrolled before and after studies, controlled before and after studies, atau time series design. Prinsip dari time series adalah penilaian dilakukan secara berkelanjutan, terdapat baseline yang diukur dan dilakukan berulang, stability of performance (terlihat untuk trennya apakah membaik atau makin buruk), variasi data diperhatikan.

Penelitian merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh siapa saja dengan tujuan untuk memperbaiki suatu sistem yang sudah ada. Setelah dilakukan suatu perubahan dengan cara pemberian intervensi, maka yang perlu diperhatikan adalah proses menuju ‘matang’ dari program intervensi tersebut. Desain yang akan digunakan juga perlu untuk diperhatikan tergantung dari rumusan masalahnya. Pergunakan desain yang paling kuat dan usahakan untuk meminimalisir biar, serta maksimalkan generalitas.

Petunjuk dalam penulisan laporan quality improvement study adalah Standards for Quality Improvement Reporting Excellence (SQUIRE). Hal yang membedakan SQUIRE dengan penulisan laporan yang lain yakni terdapat local problem dan intended improvement. Ciri khas tersebut tidak akan ditemukan pada laporan jenis lain.

Reporter: Wisnu Damarsasi, MPH

openingfm

IHQN-Yogyakarta. Telah berlangsung kegiatan Forum Mutu Ke-13 Indonesian Health Care Quality Network (IHQN) di Yogyakarta, 21-23 Agustus 2017. Pengelolaan sumber daya strategis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan sangat memegang peranan penting dalam perbaikan mutu dan keselamatan pasien menjadi daya ungkit untuk diangkatnya tema "memastikan keberhasilan upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien melalui pengelolaan strategic resources di fasilitas pelayanan kesehatan". Apakah dengan adanya sumber daya yang dikelola dengan baik meningkat? Jawaban dapat diakses langsung di web mutu pelayanan kesehatan pada link www.mutupelayanankesehatan.net 

Pembukaan Forum Mutu IHQN ke-13 di resmikan langsung oleh dr. Hanevi Djasri, MARS, dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes, dan dr. Krishna Jaya, MS. Kegiatan terselenggara atas kerja sama Persatuan Rumah Sakit Indonesia (PERSI), Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) dan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK UGM. Peserta Forum Mutu IHQN berasal dari berbagai daerah, mulai dari Kalimantan, Sulawasi, Sumatra, Jawa, dan daerah lainnya. Ada mahasiswa, klinisi, staf dosen dan peneliti. Forum mutu IHQN diharapkan mampu untuk berbagi pengetahuan, pengalaman dalam pelaksanaan best practice dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan pengembangan sistem manajemen mutu kesehatan.

Reporter: Agus Salim S.KM., MPH

 

post fm2

Kita sering mengenal metode dalam penelitian dibagi menjadi 2 yakni kualitatif dan kuantitatif. Tidak ada yang dianggap paling benar diantara 2 metode tersebut, dikarenakan memang keduanya benar tergantung dari kebutuhan peneliti. Metode yang lain adalah dengan menggabungkan antara kuantitatif dan kualitatif yang dinamakan mix method. Peneliti melakukan kedua metode tersebut dalam 1 penelitian secara bersamaan dan diharapkan hasil yang didapatkan pun lebih detail.

Penelitian kuantitatif dapat diberikan perlakuan terhadap responden dan bisa juga tidak diberikan. Apabila tidak diberikan perlakuan, maka penelitian dilakukan dengan observasional dapat berubah menjadi deskriptif maupun analitik. Kuantitatif jika diberikan perlakuan, maka dilakukan secara eksperimental dan pemilihan sampel dapat dilakukan secara acak atau tidak sesuai kebutuhan peneliti.

Tradisi yang sering terjadi dalam penelitian kualitatif yakni penelitian yang berjenis etnografi, fenomenologi, grounded theory, atau symbolic interactionism. Instrumen yang sering digunakan dalam penelitian ini menggunakan pertanyaan terbuka, sehingga peneliti akan lebih mudah dalam menggali data. Analisis yang digunakan pun berbeda dengan penelitian kuantitatif yaitu naratif maupun teks.

Alasan penelitian mix method dilakukan untuk pertama, melihat masalah dari berbagai perspektif dan meningkatkan serta memperkaya makna perspektif tunggal. Kedua, untuk menempatkan sesuatu pada konteks informasi tertentu, mengambil gambar makro dari sebuah sistem dan menambahkan informasi tentang individu. Ketiga, untuk mengembangkan pemahaman yang lebih lengkap atau gambaran komplementer. Keempat, untuk membandingkan, memvalidasi atau melakukan triangulasi, serta masih banyak lagi alasan yang lain.

Reporter: Wisnu Damarsasi, MPH