Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

agenda

Seri Webinar: Pemanfaatan Aplikasi Alat Bantu Pengambilan Keputusan Klinis

Webinar I: Penggunaan Alat Bantu Pengambilan Keputusan Klinis oleh Dokter dengan Bantuan Aplikasi

  Latar Belakang

Dalam era digitalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, dunia kesehatanmengalami transformasi signifikan. Salah satu inovasi yang semakin populer adalah penggunaan alat bantu pengambilan keputusan klinis yang didukung oleh aplikasi berbasis teknologi. Aplikasi tersebut dirancang untuk membantu tenaga medis, khususnya dokter, dalam mengambil keputusan medis yang lebih akurat, cepat, dan berbasis bukti. Pemeriksaan, diagnosis, serta tata laksana yang berbasis bukti juga dapat mengoptimalkan biaya perawatan pasien dan mencegah dispute klaim asuransi. UpToDate merupakan aplikasi untuk membantu dokter dan klinisi kesehatan dalam pengambilan keputusan medis berbasis bukti, yang dapat menjadi solusi dalam menjawab tantangan global. Semakin kompleksnya pengobatan dan perubahan bukti yang cepat, adalah sesuatu yang urgent untuk dokter memiliki sumber daya yang dapat mendukung keputusan klinis yang dapat dipercaya dan terbukti meningkatkan hasil jangka panjang dari pasien. UpToDate memungkinkan dokter untuk mengakses pengalaman dari para dokter terkemuka dunia, dan tidak hanya tersedia kasus yang rutin, pun untuk kasus yang kompleks dan tidak jelas. Disusun oleh kolaborasi para expertise dengan topik keahlian yang mendalam, UpToDate menjadi aplikasi yang potensial bagi para klinisi.

Namun, meskipun potensinya besar, penerapan alat bantu ini di lapangan masih menghadapi berbagai tantangan. Beberapa dokter mungkin belum terbiasa menggunakan teknologi ini, khawatir akan kehilangan otonomi profesional, atau merasa bahwa alat bantu tersebut kurang relevan dengan kondisi pasien tertentu. Selain itu, integrasi aplikasi alat bantu pengambilan keputusan klinis dengan sistem kesehatan yang sudah ada seringkali memerlukan investasi waktu, biaya, dan pelatihan yang tidak sedikit.

Di sisi lain, studi menunjukkan bahwa penggunaan alat bantu pengambilan keputusan klinis dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara signifikan. Misalnya, aplikasi alat bantu pengambilan keputusan klinis dapat membantu dokter dalam diagnosis awal penyakit kompleks, memberikan rekomendasi terapi berdasarkan pedoman medis terbaru, serta mengurangi risiko kesalahan medis (medical errors). Dengan dukungan aplikasi yang ramah pengguna, dokter dapat lebih mudah mengakses informasi penting tanpa harus bergantung sepenuhnya pada ingatan atau referensi manual. Dalam konteks Askes Sosial (BPJS) dan Askes Swasta, teknologi ini mampu untuk mengurangi risiko fraud.

Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan dokter dalam memanfaatkan alat bantu pengambilan keputusan klinis melalui aplikasi. Webinar ini bertujuan untuk memberikan wawasan mendalam tentang manfaat, tantangan, dan strategi implementasi aplikasi alat bantu pengambilan keputusan klinis di lingkungan praktik medis. Dengan demikian, diharapkan para dokter dapat lebih percaya diri dan kompeten dalam menggunakan teknologi ini untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada pasien.

  Tujuan

  1. Meningkatkan pemahaman peserta tentang manfaat penggunaan alat bantu pengambilan keputusan klinis berbasis aplikasi. Kasus yang dibahas adalah UpDate.
  2. Memberikan contoh aplikasi yang relevan dan praktis untuk digunakan dalam praktik klinis sehari-hari. Kasus UpDate
  3. Mendiskusikan tantangan dan peluang penggunaan alat bantu pengambilan keputusan klinis berbasis aplikasi di Indonesia. Fokus pembahas pada Pencegahan
    Fraud dan in-efisiensi (misalnya).
  4. Mendorong diskusi dan pertukaran pengalaman antara dokter dan ahli teknologi kesehatan.

  Sasaran Peserta

  1. Dokter umum dan spesialis
  2. Mahasiswa kedokteran
  3. Praktisi kesehatan lainnya
  4. Manajemen rumah sakit
  5. Pengembang aplikasi kesehatan
  6. Pihak yang tertarik dengan teknologi kesehatan

  Narasumber

  1. dr. Lutfan Lazuardi, MKes., Ph.D - Ahli teknologi kesehatan
  2. dr. Victor Tan - BIMC Hospital Kuta Bali, Dokter dengan pengalaman dalam penggunaan aplikasi klinis
  3. Dr. Keefe Halim, MPH - Wolters Kluwer, Pengembang aplikasi kesehatan

  Agenda

Hari, tanggal : Kamis, 17 April 2025
Pukul : 09.00 - 11.00 WIB

Waktu (WIB) Topik PIC/Narasumber
09.00 - 09.05 Pembukaan

MC/Moderator:

dr. Novika Handayani - Peneliti Divisi Manajemen Mutu PKMK FKKMK UGM

09.05 - 09.10 Sambutan dan kata pengantar

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD - Guru Besar Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK KMK UGM

video

09.10 - 09.40 Materi 1: Alat bantu pengambilan keputusan klinis berbasis aplikasi

dr. Lutfan Lazuardi, MKes., Ph.D - Ahli Teknologi Kesehatan dan Ketua Departemen dan Ketua Program Studi Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FKKMK UGM

video   materi

09.40 - 10.10 Materi 2: Penggunaan alat bantu pengambilan keputusan klinis berbasis aplikasi

dr. Victor Tan - Kepala Departemen Rawat Inap, BIMC Hospital Kuta Bali

video   materi

10.10 - 10.40

Materi 3: Contoh aplikasi alat bantu pengambilan keputusan klinis yang relevan dan praktis untuk dokter

Dr. Keefe Halim, MPH - Wolters Kluwer Indonesia

video

10.40 - 10.55 Diskusi interaktif Panelis narasumber
10.55 - 11.00 Penutup MC

 

Reportase

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM menyelenggarakan webinar Penggunaan Alat Bantu Pengambilan Keputusan Klinis oleh Dokter dengan Bantuan Aplikasi pada hari Kamis (17/4/2025). Webinar ini bertujuan meningkatkan awareness dan pemahaman terhadap peluang dan manfaat penggunaan clinical decision support system (CDSS) dalam praktik klinis. Kegiatan ini merupakan webinar pertama dari Seri Webinar: Pemanfaatan Aplikasi Alat Bantu Pengambilan Keputusan Klinis yang berkolaborasi dengan Wolters Kluwer.

Webinar dipandu moderator yaitu dr. Novika Handayani, peneliti Divisi Manajemen Mutu PKMK FK-KMK UGM dan dibuka dengan pengantar dari Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D, Guru Besar Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM. Pada pengantarnya, Laksono menyoroti pentingnya evidence-based medicine (EBM) terkini dalam setiap pengambilan keputusan klinis demi menjamin pelayanan kesehatan yang aman, efektif, dan berpusat pada pasien. Bagaimana peran, manfaat, dan konteks implementasi aplikasi CDSS dalam proses pelayanan menjadi isu utama pembahasan pada seri webinar ini.

17 1Narasumber pertama dr. Lutfan Lazuardi, M.Kes, Ph.D, ahli bidang teknologi kesehatan dan juga Ketua Departemen serta Ketua Program Studi Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FKKMK UGM, dalam materinya menjelaskan adanya perubahan paradigma partisipasi pasien dalam interaksi dokter-pasien dari pasif menjadi aktif. Begitu pula teknologi informasi kesehatan yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan teknologi informasi kesehatan yang lalu berfokus pada sisi manajemen dan tenaga kesehatan.

Saat ini, perkembangan yang ada berfokus pada pasien untuk meningkatkan keselamatan dan partisipasi pasien), termasuk CDSS. CDSS adalah alat bantu yang memberikan dukungan pengambilan keputusan klinis kepada dokter, perawat, serta tenaga kesehatan lain secara real-time. Selain memberikan keuntungan dalam hal mutu layanan dan keselamatan pasien, CDSS juga berdampak positif pada cost efficiency. Meski memiliki banyak dampak positif, implementasi CDSS menghadapi tantangan dari sisi sumber daya, teknis, kultur, hingga legal.

17 2dr. Victor Tan, klinisi dari BIMC Hospital Kuta - Bali, memaparkan pengalaman penggunaan UpToDate dan UpToDate Lexidrug yang merupakan contoh CDSS, dalam mendukung pelayanan pasien di Siloam Group Bali. UpToDate telah mendukung klinisi dalam menentukan diagnosis dan tatalaksana yang berbasis bukti secara efisien dan akurat sehingga meningkatkan luaran klinis pasien (clinical outcome).

Tidak hanya itu, UpToDate juga dilengkapi alur tatalaksana, kompatibilitas obat, hingga rekomendasi edukasi kepada pasien. Penggunaan CDSS dalam lingkungan rumah sakit juga meningkatkan budaya evidence-based dan mendukung perkembangan profesional dari tenaga kesehatan di dalamnya.

17 3Paparan ketiga disampaikan oleh dr. Keefe Halim, MPH, selaku Country Manager Wolters Kluwer Clinical Effectiveness for Indonesia. Keefe menyoroti maraknya isu antara rumah sakit dengan asuransi kesehatan terkait dispute klaim, fraud, hingga putus kerja sama. Penggunaan CDSS yang mendukung pengambilan keputusan klinis berbasis bukti, akurat, dan efisien diharapkan mampu mengatasi isu-isu tersebut.

Selanjutnya, dr. Keefe memberikan demo penggunaan UpToDate dalam mencari informasi untuk mendukung pengambilan keputusan klinis. Penggunaan CDSS yang seragam dalam lingkungan fasilitas kesehatan dapat mengurangi adanya variabilitas keputusan klinis tanpa mengabaikan praktik berbasis bukti dan keselamatan pasien. Keefe juga memperlihatkan bahwa UpToDate disusun oleh tim ahli sesuai spesialisasinya dan telah melalui tahap peer-review oleh reviewer lintas negara.

Reporter: Firda Alya dan dr. Aulia Shafira

 

 

 

 

eva25Penyebab kematian terbanyak bukan karena akses, namun karena pelayanan yang tidak bermutu. Pelayanan yang tidak bermutu dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya pembiayaan. Sejak 2014, muncul kurang baiknya implementasi JKN. Isu yang tidak pernah lepas dibahas hingga saat ini tentang klaim pending atau BPJS Kesehatan yang tidak membayar klaim rumah sakit dengan berbagai alasan seperti tidak lengkapnya dokumen administrasi. Permasalahan ini menyebabkan timbulnya revisi pada regulasi yang ada yaitu UU Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023, disebutkan bahwa tenaga medis dan tenaga kesehatan wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya dengan cara audit pelayanan kesehatan. Sehingga, kinerja Tim Kendali Mutu Kendali Biaya (TKMKB) teknis yang berhubungan erat dengan tim casemix memerlukan pelatihan khusus agar mutu klaim dan klinis dapat meningkat.

Pada Kamis dan Jumat (10 - 11 Maret 2025) Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan workshop dengan topik “Optimalisasi Tim Casemix & Tim Kendali Mutu Kendali Biaya Teknis Rumah Sakit untuk Peningkatan Mutu Klaim dan Klinis” yang diisi oleh narasumber dr. Endang Suparniati, M. Kes yang pernah menjabat sebagai Kepala Instalasi Penjaminan di RSUP Dr. Sardjito dan Eva Tirtabayu Hasri, S.Kep., MPH, CPCC yang merupakan peneliti di Divisi Manajemen Mutu Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (PKMK FK-KMK) UGM. Workshop ini dipandu oleh moderator yaitu dr. Opi Sritanjung ini diikuti peserta melalui Zoom dan live streaming Youtube.

Materi hari pertama yaitu “Koding ICD-9 dan ICD-10” yang memaparkan tentang teknik menentukan ICD-9 dan ICD-10 berdasarkan diagnosis, intervensi medis yang dilakukan, perjalanan suatu penyakit, dan cara penulisan koding yang baik dan benar agar mudah diidentifikasi. dr. Endang menjelaskan bahwa kesalahan dari koding yang tampak tidak berdampak besar dapat menimbulkan selisih klaim yang cukup signifikan. Contoh penulisan koding dan cara mencari koding dengan spesifik yakni dengan identifikasi tipe pertanyaan, menentukan lead term, mencari kata di volume 3 dari buku ICD-10, membaca tiap catatan, mengikuti petunjuk rujukan silang, cek ketepatan koding di volume 1, membaca inclusion atau exclusion, dan terakhir menentukan kode.

Hari kedua diisi dengan materi bersubjudul “Cara Melakukan Kendali Mutu dan Kendali Biaya oleh TKMKB Teknis”. Materi pertama mengenalkan klaim pending yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti ketidaktepatan coding dan resume medis tidak lengkap. Audit klinis dengan penerapan Panduan Praktik Klinis yang dilakukan melalui alur klinis (clinical pathways) juga dibahas secara rinci. Sesi ini membahas mengenai audit klinis dengan menerapkan clinical pathway di tiap rumah sakit. Alur klinis dapat digunakan sebagai standar pelayanan yang bermanfaat untuk menurunkan lama rawat inap, meningkatkan luaran klinis, menurunkan biaya perawatan dan manfaat lainnya.

Peserta sangat antusias di setiap sesi diskusi. Peserta juga banyak memberikan pertanyaan terkait clinical pathway dan juga mengenai cara koding yang baik dan benar dalam beberapa kasus diagnosis. Peserta membagikan pengalamannya juga mengenai pembuatan clinical pathways baru, pembentukan tim audit, hingga proses koding yang terkadang masih dianggap salah, sehingga dikoreksi bersama saat diskusi. dr. Endang dan Eva menekankan kerjasama dan koordinasi tim untuk memaksimalkan luaran dari klaim dan audit.

Reporter:
dr. Opi Sritanjung (Divisi Manajemen Mutu, PKMK UGM)

 

 

Seri Webinar Nasional:

Menjadi Bidan Unggul dan Profesional dalam Penguatan Pelayanan Kebidanan

“Achieving Excellence in Health Services”

  Latar Belakang

Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kebidanan untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi manajerial dan klinis. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat kemampuan manajemen kinerja klinis sehingga dapat memberikan layanan yang efisien dan efektif sesuai dengan standar mutu yang berlaku. Mutu pelayanan kesehatan oleh berbagai hal yang saling berkaitan, termasuk pengelolaan sumber daya manusia, penggunaan teknologi informasi, manajemen administrasi dan keuangan, serta penerapan standar kualitas dalam layanan kesehatan.

Sumber daya manusia kesehatan (SDMK) menjadi kunci dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Beberapa permasalahan terkait SDMK dalam pengembangan manajemen kinerja yang masih banyak dihadapi fasyankes adalah sebagai berikut:

  1. Sumber daya manusia kesehatan (SDMK) belum pernah mengikuti pelatihan manajemen kinerja klinis
  2. Sumber daya manusia kesehatan (SDMK) memiliki pemahaman yang berbeda terkait standar kualitas pelayanan kesehatan
  3. Kurang adanya pembinaan sumber daya manusia kesehatan (SDMK)
  4. Belum dikembangkan sistem monitoring dan evaluasi kinerja bagi sumber daya manusia kesehatan (SDMK) di fasyankes

Peningkatan dan pengembangan kapasitas SDMK (quality of care) dan penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan tugas (quality of services) berperan penting dalam menentukan mutu layanan kesehatan. Perlu adanya upaya peningkatan kinerja pelayanan SDMK sebagai upaya menjamin mutu layanan kesehatan. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) UGM menyelenggarakan Seri Webinar Nasional: Menjadi Bidan Unggul dan Profesional dalam Penguatan Pelayanan Kebidanan sebagai solusi strategis untuk menjawab tantangan dan kebutuhan yang ada.

  Tujuan

Tujuan umum dari kegiatan adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan oleh bidan melalui peningkatan kemampuan manajemen kinerja, kompetensi, dan kapasitas bidan.
Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:

  1. Menerapkan standar operasional prosedur (SOP) dalam praktik pelayanan kebidanan.
  2. Meningkatkan kualitas manajemen kebidanan klinik (praktik klinik).
  3. Mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi kinerja kebidanan klinik dalam pelayanan kebidanan.

  Sasaran Peserta

Sasaran dari pelatihan ini adalah:

  1. Bidan profesi
  2. Bidan vokasi

Indikator Pelatihan

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan mampu:

  1. Menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) secara efektif dalam praktik kebidanan
  2. Mengidentifikasi dan mengelola risiko terkait dengan pelayanan kebidanan
  3. Melakukan evaluasi dan pemantauan kinerja secara rutin menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan
  4. Menerapkan prinsip-prinsip etika profesi dalam semua aspek pelayanan kebidanan.
  5. Berpartisipasi aktif dalam diskusi kasus dan refleksi praktik

  Materi Pelatihan

Kegiatan ini akan diselenggarakan terbagi menjadi 3 (tiga) sesi dengan materi yang berbeda dan berkesinambungan.

Seri #1

Webinar 1: Peran Manajemen Kinerja dan Standar Kompetensi dalam Pelayanan Kebidanan

Rabu, 9 Juli 2025  |  13.00 - 16.00 WIB

No.

Judul Materi

Narasumber

Ruang lingkup materi

1

Pengantar Konsep Manajemen Kinerja

dr. Tridjoko Hadianto, DTH&M., M.Kes

Pemahaman dasar tentang definisi, prinsip, dan pentingnya manajemen kinerja dalam meningkatkan mutu pelayanan kebidanan

 2

Visi, Tantangan dan Peluang dalam Masa Depan Pelayanan Kebidanan

Dr. Yudhia Fratidhina, SKM, M.Kes

Perkembangan pelayanan kebidanan nasional hingga global, serta bagaimana bidan harus beradaptasi untuk tetap relevan dan kompeten 

 3

Standar Kompetensi dan Standar Profesi Kebidanan

Gita Nirmala Sari, SST, M.Keb, PhD 

Penjelasan tentang standar kompetensi dan standar profesi kebidanan yang berlaku saat ini dan menjadi acuan praktik profesional bidan di Indonesia 

 4

Implementasi Standar Operasional Prosedur (SOP) sesuai Standar Profesi untuk Peningkatan Mutu Layanan Kebidanan

Dr. Indra Supradewi, SKM, MKM

Penerapan SOP dalam praktik nyata untuk menjamin kesetaraan dan keseragaman pelayanan kebidanan yang berkualitas 

 5

Memahami Standar Etika Profesi Kebidanan

Prof. Dr. Mufdlillah, S.Pd., S.SiT., M.Sc 

Prinsip etika dalam praktik kebidanan untuk melindungi hak pasien dan menjaga integritas profesi. 

 

Reportase Kegiatan

Seri 1: Peran Manajemen Kinerja dan Standar Kompetensi dalam Pelayanan Kebidanan

seri1 2

Dalam upaya memperkuat pelayanan kebidanan yang unggul dan profesional, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK-KMK UGM bekerja sama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menyelenggarakan Webinar Nasional Seri 1 bertajuk “Peran Manajemen Kinerja dan Standar Kompetensi dalam Pelayanan Kebidanan” pada Rabu (9/7/2025). Kegiatan yang digelar secara daring ini menjadi wadah penting untuk memperbarui wawasan dan meningkatkan kapasitas para bidan dalam menjawab tantangan pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Dalam sambutannya, Dr. Ade Jubaedah, SSiT, MM selaku Ketua Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menyampaikan bahwa kolaborasi ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kualitas layanan kebidanan. Bidan adalah garda depan kesehatan perempuan dan anak. Peningkatan kapasitas bidan dapat berdampak langsung pada kesehatan masyarakat. Hal ini selaras dengan pengantar dr. Muhammad Hardhantyo, MPH, Ph.D selaku ketua Divisi Manajemen Mutu PKMK yang menyampaikan bahwa RPJMN 2025–2029 menargetkan penurunan angka kematian ibu dan anak serta peningkatan gizi yang menempatkan peran bidan pada posisi krusial dalam sistem kesehatan nasional.

Materi pertama disampaikan oleh dr. Tridjoko Hadianto, DTH&M., M.Kes yang membahas pentingnya manajemen kinerja kebidanan dalam meningkatkan mutu layanan bidan. Ia memaparkan bahwa manajemen kinerja bukan sekadar evaluasi administratif, tetapi mencakup standar operasional prosedur (SOP), uraian tugas, indikator kinerja klinis, diskusi refleksi kasus, serta monitoring dan evaluasi berkelanjutan. Melalui pendekatan ini, bidan tidak hanya berfokus pada hasil akhir tetapi juga proses kerja yang berkualitas dan kolaboratif.

Selanjutnya materi dilanjutkan oleh Dr. Yudhia Fratidhina, SKM, M.Kes dengan materi tantangan dan peluang masa depan profesi kebidanan. Saat ini, profesi bidan dihadapkan pada kebutuhan untuk terus beradaptasi di tengah era digitalisasi dan perubahan demografi. Bidan harus mampu bekerja secara inklusif, profesional, dan memanfaatkan teknologi—termasuk media sosial—untuk menjangkau masyarakat. Ia menekankan pentingnya transformasi menuju bidan profesional yang tidak hanya bekerja sesuai standar tetapi juga memiliki semangat belajar sepanjang hayat.

Materi ketiga oleh Gita Nirmala Sari, SST, M.Keb, PhD mengupas aspek hukum dan standar profesi dalam praktik kebidanan yang mengacu pada UU Nomor 17 Tahun 2023 dan PMK Nomor 320 Tahun 2020. Bidan memiliki peran yang spesifik dan strategis, terutama dalam pelayanan kesehatan perempuan. Standar kompetensi yang tengah direvisi akan semakin menyesuaikan dengan kerangka kerja internasional. Bidan tidak hanya sebagai pelaksana klinis, tetapi juga pendidik dan advokat dalam sistem kesehatan.

Sementara itu, Prof. Dr. Mufdilah, S.Pd., S.SiT., M.Sc membahas etika profesi sebagai pilar kepercayaan dan kualitas layanan. Bidan unggul harus memiliki kompetensi, empati, integritas, serta kemampuan kolaborasi lintas profesi. Etika menjadi pondasi dalam menghadapi berbagai tantangan seperti dokumentasi, legalitas praktik, dan tekanan sosial budaya. Beliau menegaskan bahwa profesionalisme harus dijaga melalui pendidikan berkelanjutan, refleksi diri, dan keterlibatan dalam pengembangan ilmu.

Materi terakhir oleh Dr. Indra Supradewi, SKM, MKM membahas implementasi SOP sebagai alat penting dalam menjaga mutu pelayanan kebidanan. SOP tidak hanya berfungsi sebagai dokumen formal tetapi juga panduan teknis yang wajib dipahami dan dilaksanakan secara konsisten. Pelaksanaan SOP yang baik harus dilandasi kedisiplinan, kesadaran, dan evaluasi berkala. Dalam konteks praktik, SOP juga menjadi pegangan penting dalam menghadapi kondisi darurat dan penanganan rujukan.

Lima materi yang disampaikan dalam webinar ini saling melengkapi dan membentuk benang merah yang kuat. Semua bermuara pada satu tujuan utama, yakni memperkuat profesionalisme bidan dalam menjalankan pelayanan yang bermutu tinggi. Webinar ini tidak hanya sebagai sarana transfer ilmu tetapi juga refleksi kolektif untuk menumbuhkan semangat belajar dan beradaptasi di tengah perubahan sistem kesehatan. Seri webinar ini akan berlanjut pada sesi 2 dan 3. Bidan di Indonesia diharapkan semakin mampu dalam memperkuat identitas profesionalisme, menjaga mutu pelayanan, dan tetap setia pada panggilan mulia profesinya.

Reporter:
Nikita Widya Permata Sari, S.Gz (PKMK UGM)

 

 

Biaya Kepesertaan

  • 1 webinar Rp 100.000/peserta
  • 3 webinar Rp 250.000/peserta

 

 

 

 

 

20 November 2024

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (PKMK FK - KMK UGM) menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Diseminasi Hasil Implementasi MOOC SKDR” pada hari Rabu, 20 November 2024 pukul 15.00 – 16.30 WIB. Diseminasi dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting dan diikuti oleh 31 peserta dari PKMK UGM, Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan (SKK) Kementerian Kesehatan, SafetyNet, US CDC, WHO Indonesia, dan JICA.

Kegiatan diseminasi dipandu oleh Andriani Yulianti, MPH (PKMK UGM) sebagai MC dan moderator. Sambutan pertama disampaikan oleh Ketua Tim Kerja Surveilans Kemenkes, dr. Triya Novita Dinihari, diikuti oleh sambutan kedua dari SafetyNet yang disampaikan oleh Dr. Fadzilah Kamaludin dan sambutan ketiga dari CDC Country Office Indonesia diwakili oleh Rebecca D Merril. Selanjutnya, Project Director INSPIRASI, dr. Muhammad Hardhantyo, MPH, PhD, memberikan paparan Hasil Implementasi Pelatihan MOOC Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) untuk Unit Pelapor di Provinsi DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Barat.

Pemaparan hasil implementasi MOOC SKDR

20novDalam paparannya, dr. Muhammad Hardhantyo, MPH, PhD menyampaikan bahwa pelatihan MOOC SKDR berhasil meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam pemahaman terkait Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR). Efektivitas pelatihan ini terlihat dari peningkatan pemahaman dan kemampuan peserta, yang dinilai cukup baik dengan retensi pemahaman peserta tetap tinggi pada 30 hari setelah pelatihan. Sebagian besar peserta merasa bahwa materi yang disediakan sangat informatif dan bermanfaat. Penggunaan metode pembelajaran berbasis MOOC juga sangat mendukung proses pembelajaran karena fleksibilitasnya, meskipun beberapa peserta menghadapi kendala, seperti keterbatasan waktu dan banyaknya kuis dalam MOOC.

Adapun sejumlah usulan yang disampaikan peserta antara lain perlunya perluasan akses pelatihan kepada seluruh petugas kesehatan, peningkatan kualitas kuis dan evaluasi materi, serta perbaikan teknis pada pelaksanaan MOOC. Selain itu, peningkatan kualitas media pembelajaran juga menjadi salah satu rekomendasi yang diharapkan dapat lebih menunjang efektivitas pelatihan. Secara keseluruhan, pelatihan MOOC SKDR telah memberikan dampak positif yang signifikan dalam meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan, dengan berbagai masukan dari peserta menjadi bahan penting untuk pengembangan di masa mendatang.

20nov 1

Acara dilanjutkan dengan diskusi interaktif, pada sesi ini para peserta, khususnya dari pihak Kementerian Kesehatan, SafetyNet, serta Dinas Kesehatan Provinsi DIY dan NTB, berkontribusi aktif dalam memberikan feedback dan usulan perbaikan guna meningkatkan efektivitas pelaksanaan MOOC SKDR.

Beberapa usulan yang disampaikan antara lain perlunya perbaikan teknis MOOC seperti durasi tampilan materi yang dinilai memiliki tempo terlalu lambat, evaluasi terhadap kesesuaian kuis yang ada dengan kebutuhan peserta dan perlu adanya pembahasan soal kuis. Strategi pemasaran dan advokasi juga menjadi perhatian utama dalam diskusi kali ini, advokasi kepada organisasi-organisasi profesi dinilai menjadi salah satu strategi yang efektif untuk memperluas jangkauan peserta MOOC, selain itu perlu adanya pendekatan ke sasaran akademisi seperti dokter internship yang memiliki tingkat pergantian yang cukup tinggi di lapangan.

Terkait waktu pelaksanaan MOOC SKDR yang akan dilakukan sepanjang tahun, perwakilan dari Kementerian Kesehatan memberikan usulan agar pelaksanaan dibagi menjadi beberapa batch untuk memastikan peserta lebih fokus dalam menyelesaikan pelatihan. Perbaikan diharapkan dapat segera dikerjakan sehingga pada Januari 2025 MOOC sudah siap untuk diekspansi.

Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa uji pendahuluan MOOC SKDR di Provinsi DIY dan NTB telah terlaksana dengan sukses. Ekspansi secara luas masih memerlukan pendekatan strategis dalam revisi materi, pemasaran, serta advokasi untuk memastikan keterlibatan peserta secara lebih luas dan peningkatan efektivitas pelatihan.

link video

 

Reporter:

Aulia Shafira dan Hamidah Mulyani
(Div Manajemen Mutu PKMK FK-KMK UGM)