Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

agenda

BIMTEK

Cara Efektif Penerapan Standar Akreditasi Klinik Pratama

15 – 16 April 2020

 

  Latar Belakang

Akreditasi klinik adalah pengakuan terhadap fasilitas kesehatan klinik yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, setelah dinilai bahwa klinik tersebut telah memenuhi standar akreditasi. Ketentuan tentang pelaksanaan akreditasi klinik tertuang pada Peraturan Menteri Kesehatan N0. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Dokter Gigi. Sedangkan regulasi tentang Penyelenggaraan Klinik secara khusus diatur pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2014 tentang Klinik.

Pada penerapan standar akreditasi klinik, unsur yang dinilai dalam akreditasi meliputi: kelompok standar administrasi dan manajemen klinik serta Upaya Kesehatan Perorangan (Klinis). Untuk mempersiapkan Klinik dalam pelaksanaan akreditasi maka perlu proses pemahaman dan cara efektif yang harus dirancang oleh pemilik maupun pengelola klinik. Hal ini agar dapat terbangun sistem manajemen mutu yang utuh dalam rangka mempersiapkan, memelihara dan meningkatkan pencapaian standar akreditasi klinik secara berkesinambungan.

  Tujuan

Secara umum, bimbingan teknis ini bertujuan untuk membantu Klinik dalam persiapan akreditasi agar mendapatkan status kelulusan yang optimal. Secara khusus, kegiatan bimbingan teknis ini bertujuan untuk:

  1. Membantu klinik dalam memahami standar dan instrumen akreditasi
  2. Membantu klinik dalam memahami proses yang harus dilakukan dalam persiapan akreditasi
  3. Membantu klinik mengidentifikasi dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam standar akreditasi klinik
  4. Membantu klinik agar mampu melakukan self assessment untuk menyusun rencana perbaikan
  Narasumber

Tim Konsultan Manajemen Mutu Pusat Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM yang berkualifikasi TOT Pendamping Standar Akreditasi Puskesmas dari Kementerian Kesehatan

Waktu dan Metode Kegiatan

Kegiatan Bimbingan Teknis ini akan dilakukan selama 2 (dua) hari, pada tanggal 26 dan 27 April 2019. Metode kegiatan meliputi penyampaian materi, diskusi serta praktek penyusunan dokumen inti yang diperlukan pada penerapan akreditasi klinik pratama.

WAKTU MATERI BAHASAN FASILITATOR
Hari I    
08.00-08.30 Pendaftaran Peserta Panitia
08.30-09.00 Pre test & Pembukaan Course Director
09.00-10.30

Materi 1: Tahapan Persiapan Akreditasi Klinik, Proses Penilaian dan Metode survei Akreditasi Klinik

Tim PKMK
10.30-10.45 Istirahat pagi  
10.30-12.00

Materi 2: Dokumen Regulasi pada Standar Akreditasi Klinik

Praktikum

Tim PKMK
12.00-13.00 ISHOMA  
13.00-14.30

Materi 3:Standar dan Instrumen Akreditasi Klinik: Identifikasi Dokumen dan Kegiatan yang dipersyaratkan : BAB 1&2

Tim PKMK
14.30-14.45 Istirahat sore  
14.45-16.30

Materi 4:Lanjutan:

Standar dan Instrumen Akreditasi Klinik: Identifikasi Dokumen dan Kegiatan yang dipersyaratkan : BAB 3&4

Tim PKMK
Hari II    
08.15-08.30 Review Hari 1  
08.30-10.15

Materi 5: Mengelola Implementasi Akreditasi Klinik: Sharing Pengalaman Klinik Pratama Gadjah Mada Medical Center (GMC)

Tim PKMK
10.15-10.30 Istirahat pagi  
10.30-12.00 Konsep Mutu dan Akreditasi Tim PKMK
12.00-13.00 ISHOMA  
13.30-14 30

Implementasi Keselamatan Pasien di Klinik

Tim PKMK
14.30-14.45 Istirahat sore  
14.45-16.15 Praktek Penyusunan dokumen Keselamatan Pasien  
16.15-17.00 RTL, Post Test dan Penutup Course Director

 

  Peserta

Adapun peserta yang diharapkan dapat mengikuti bimbingan teknis antara lain:

  1. Pengelola ataupun pemilik klinik pelayanan kesehatan
  2. Pendamping Akreditasi klinik dari Instansi pemilik Klinik pelayanan kesehatan
  3. Pemerhati atau Individu yang concern tentang peningkatan mutu pada klinik pelayanan kesehatan
Fasilitas

Fasilitas yang akan Anda dapatkan dalam Bimtek ini adalah:

  1. Seminar kit.
  2. Materi pelatihan (modul dalam bentuk PPT & template yang digunakan dalam praktikum) dalam bentuk soft file.
  3. Sertifikat kepesertaan dalam bentuk cetak.

 

  Kontak

Silakan hubungi kami bila Anda membutuhkan informasi lebih lanjut

Informasi Konten
Andriani Yulianti | 081328003119 |This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

 

 

 

Oleh : Salihati Hanifa /18/433559/PKU/17472-SIMKES

Pengalaman waktu tunggu di pelayanan kesehatan khususnya di instalasi farmasi rawat jalan di rumah sakit saya alami ketika saya sedang mengantar nenek saya untuk melakukan control rutin di poli jantung di salah satu rumah sakit swasta di Kabupaten Jember pada Desember 2017. Pada saat itu, jadwal control rutin nenek saya maju dari jadwal yang seharusnya, karena pada saat itu bertepatan mendekati libur natal. Nenek saya merupakan salah satu peserta BPJS, sehingga ketika akan melakukan control rutin harus meminta surat pengantar rujukan di FKTP terlebih dahulu. Pada siang harinya saya mengurus terlebih dahulu surat pengantar rujukan yang nanti akan dibawa untuk control.

Pada pukul 18.00, saya dan nenek saya sudah tiba di rumah sakit dan selanjutnya melakukan pendaftaran dibagian administrasi. Saya memberikan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk pendaftaran kepada petugas dan saya lalu menunggu di ruang tunggu hingga petugas memanggil. System antrian masih menggunakan system manual dimana petugas memanggil satu persatu nama pasien yang ada di kartu berobat pasien. Saya dan nenek saya menunggu 15 menit untuk selanjutnya dipanggil petugas guna melakukan adaministrasi. Setelah melakukan administrasi, selanjutnya kami menuju ke poli jantung. Di poli jantung, terdapat dua petugas, yang satu bertugas untuk melakukan tensi pada pasien dan yang satu bertugas untuk memanggil pasien. Sembari menunggu dipanggil, nenek saya diukur tensi terlebih dahulu. Total waktu tunggu hingga kami dipanggil untuk masuk ke ruang praktik dokter adalah sekitar 1 jam karena pada saat itu pasien yang mengantri pada dokter yang sama cukup banyak ditambah lagi mendekati libur natal. Saat giliran nenek saya dipanggil waktu sudah menunjukkan pukul 20.15. Sesampainya di ruang praktik dokter, kami disambut oleh 1 perawat dan dokter yang bersangkutan. Dokter melakukan pemeriksaan kepada nenek saya hingga membuat resep yang selanjutnya akan kami tebus dibagian farmasi sekitar 15 menit.

Sekitar pukul 20.30, kami menuju ke instalasi farmasi untuk menyerahkan resep obat yang telah dibuat oleh dokter kepada petugas instalasi farmasi. Saya melihat, hanya ada 3 petugas yang melayani pengambilan obat sedangkan antrian di instalasi farmasi cukup banyak. Saya dan nenek saya menunggu untuk dipanggil instalasi farmasi cukup lama yakni sekitar 3 jam. Saya pikir, karena mendekati libur natal sehingga jumlah pasien meningkat, ternyata kata nenek saya hal ini sudah biasa ketika akan menebus obat. Hal ini tidak dipengaruhi karena mendekati hari libur atau tidak. Saya melihat banyak pasien seperti nenek saya yang harus menunggu obat begitu lama. Kebetulan saya ke rumah sakit bersama kedua orang tua saya juga sehingga agar nenek saya tidak capai menunggu obat akhirnya nenek saya diantar pulang terlebih dahulu oleh ayah saya. Saya dan ibu saya melanjutkan hingga obat milik nenek saya dipanggil. Akhirnya pada pukul 23.30 saya dan ibu saya selesai menebus obat milik nenek saya. Total waktu tunggu yang saya alami di instalasi farmasi di rumah sakit X adalah 3 jam. Hal ini bukan waktu yang sebentar untuk menunggu di instalasi farmasi, terlebih lagi banyak pasien seperti nenek saya yang harus menunggu. Selain itu, tempat tinggal dari pasien tidak hanya di Jember saja tetapi ada juga yang berasal dari luar Jember. Pada saat penyerahan obat, petugas harus memberikan informasi terkait obat yang diterima oleh pasien. Belum lagi petugas harus menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan pasien maupun keluarga terkait obat yang diterima sehingga hal ini juga dapat menunggu waktu tunggu pasien menerima obat.

Berdasarkan pengalaman saya di atas terkait waktu tunggu yang lama di instalasi farmasi rumah sakit X, waktu tunggu pelayanan obat merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien sehingga rumah sakit harus dapat mengontrol waktu pelayanan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian pada tahun 2013 yang menunjukkan bahwa kepuasan pasien terhadap waktu tunggu pelayanan obat di Instalasi Farmasi Rawat Jalan (IFRJ) Rumah Sakit X sebesar 57,7%, menurun dari tahun sebelumnya yakni sebesar 85% (Fitriah, Ika and Wiyanto, 2016). Menurut Permenkes No. 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, standar waktu tunggu pelayanan obat dibagi menjadi dua, yaitu obat jadi dengan standar waktu maksimal 30 menit dan obat racikan dengan standar waktu maksimal 60 menit. Berdasarkan pengalaman saya di atas, waktu tunggu yang saya alami di instalasi farmasi jauh melebihi standar yang telah ditentukan di Permenkes No. 58 Tahun 2014 sehingga pihak rumah sakit X perlu melakukan perbaikan agar waktu tunggu pasien di instalasi farmasi semakin pendek. Menurut (Suryana, 2018), layanan farmasi merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang dapat menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu.

Kepuasan pasien terhadap layanan farmasi dipengaruhi oleh kecepatan pelayanan, sikap petugas, konseling obat dan lokasi (Khudair and Raza, 2013). Lamanya waktu tunggu pelayanan obat di instalasi farmasi dapat disebabkan oleh beberapa factor antara lain adalah komponen delay. Komponen delay dapat disebabkan karena petugas mengerjakan kegiatan lain atau mengerjakan resep sebelumnya. Selain itu terbatasnya jumlah SDM di instalasi farmasi dan banyaknya jumlah resep obat racikan dapat juga menyebabkan lamanya waktu tunggu di instalasi farmasi (Fitriah, Ika and Wiyanto, 2016). Hal ini terlihat pada saat saya menunggu obat nenek saya, petugas yang seharusnya berada di bagian administrasi farmasi juga ikut membantu menyiapkan obat pasien sehingga menyebabkan terjadinya penumpukan resep obat dibagian administrasi farmasi. Sehingga perlu adanya solusi untuk mengatasi lamanya waktu tunggu pasien di instalasi farmasi di Rumah Sakit X Kabupaten Jember guna meningkatkan kepuasan pasien.

Referensi

  1. Fitriah, N., Ika, N. and Wiyanto, S. (2016) ‘Penyebab dan Solusi Lama Waktu Tunggu Pelayanan Obat di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit’, Jurnal Kedokteran Brawijaya, 29(3), pp. 245–251.
  2. Khudair, I. and Raza, A. A. (2013) ‘Measuring Patients Satisfaction with Pharmaceutical Services at a Public Hospital in Qatar’, International Journal of Health Care Quality Assurance, 26(5), pp. 398–419.
  3. Suryana, D. (2018) ‘Upaya Menurunkan Waktu Tunggu Obat Pasien Rawat Jalan dengan Analisis Lean Hospital di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Atma Jaya’, Jurnal Administrasi Rumah Sakit, 4(2), pp. 14–25.

Arif Nugroho Triutomo /18/433436/PKU/17349 KMPK

Beberapa bulan yang lalu saya berkunjung ke rumah Sakit Swasta di Yogyakarta. Waktu itu saya mendaftar di Poli Dalam karena terdapat keluhan pusing, mual, dan tiap sore demam tidak kunjung sembuh. Karena saya tidak ingin mengantri di rumah sakit negeri yang bisa kita liat antrian banyak dan memerlukan rujukan dari puskesmas, maka saya mencoba di rumah sakit swasta agar pelayanan yang di dapat cepat. Saya mendaftar sebagai pasien umum tanpa jaminan asuransi kesehatan. Ketika itu saya berkunjung jam 2 siang, di pendataran petugas pendaftaran sangat ramah berpakaian rapi dan sopan. Pendaftaran sudah menggunakan komputerisasi sehingga prosesnya cepat. Maklum rumah sakit yang saya datangi adalah rumah sakit swasta yang cukup besar yang ada di Yogayakarta. Pada waktu itu saya mendapat antrian nomor 26.

Selesai melakukan pendaftaran saya diarahakan di bagian polklinik dalam oleh petugas pendafataran. Petugas pendafataran menginformasikina untuk menunggu panggilan perawat untuk cek kondisi tekanan darah dll. Perawat yang bertugas pun juga ramah, peralatan yang digunakan juga sudah modern seperti tensimeter model digital. Ketika akan dilakukan pengecekan tekanan darah, petugas sangat ramah sambil menanyakan nama dan umur saya. Kemudian seperti biasa petugas menanyakan keluhan saya berkunjung berobat. Setelah selesai cek tekanan darah dll, saya dipersilahkan menunggu sesuai antrian pendaftaran. Papan informasi digital terlihat di depan setiap pintu masuk poliklinik. Papan tersebut berupa informasi dokter yang praktek dan informasi antrian pasien. Papan informasi digital di poliklinik dalam tempat saya periksa ternyata sudah masuk 24 pasien, dengan dokter X.

Tempat duduk untuk antrian pasien pun cukup nyaman tidak begitu keras dan tidak begitu lembut. Ruangan tunggu sangat bersih, ruangan ber AC dan sangat nyaman berbeda sekali jika kita berobat di rumah sakit lainnya. Pada saat saya amati di ruang tunggu terdapat juga ruang tunggu anak-anak, disana terdapat berbagai mainan anak-anak meskipun tempatnya tidak begitu besar. Setelah menunggu sekitar 30an menit akhirnya no antrian saya di panggil untuk masuk ke poliklinik. Setelah saya masuk poliklinik, saya disambut oleh dokter dan seorang perawat. Salam, senyum, dan sapa menyambut percakapan saya dan dokter poliklinik tersebut. Dalam ruangan tersebut terlihat meja dengan komputer didalamnya yang menginformasikan identitas saya yang sudah terekam di pendafatran. Tidak lupa doker menanyakan keluhan yang saya alami meskipun tadi ketika cek tekanan darah perawat sudah menanyakan keluhan yang saya alami. Setelah dilakukan anamnese dan beberapa pengecekan, dokter menyarankan melakukan cek darah untuk memastikan penyakit yang saya derita selama ini. Kemudian dokter membuat surat pengantar untuk diberikan ke laboratorium.

Laboratorium di rumah sakit tersebut tidak begitu jauh dengan polilkinik. Di bagian pendaftaran laboratorium pun saya di sambut dengan salam, senyum, dan sapa oleh petugas lab. Setelah melakukan pembayaran dan memberikan surat pengantar dari dokter poli, saya diminta untuk menunggu di ruang tunggu. Selang beberapa menit kemudian saya dipersilahkan untuk menuju ruangan untuk pngambilan darah. Setelah selesai pengambilan darah, saya dipersilahkan untuk menggu hasilnya di ruang tunggu. Sekitar 30an menit menunggu akhirnya hasil lab sudah bisa diambil. Saya dipersilahkan untuk kembali ke bagian poliklinik dalam untuk penanganan lebih lanjut oleh dokter.

Ketika sampai di poliklinik dalam saya melaporkan ke perawat jaga untuk konfirmasi hasil lab. Saya lihat ada pasien di dalam poli. Setelah menunggu pasien selesai, saya dipersilahkan masuk poli kembali. Setelah masuk ruangan poliklinik, saya dipersilahkan duduk dan menyerahkan hasil lab ke dokter tersebut. Kemudian dokter menjelaskan hasil lab dengan lengkap, dan mendiagnosis penyakit saya karena typus. Setalah selesai memberikan penjelasan tentang diagnosa tersebut, dokter menanyakan mau rawat inap atau rawat jalan. Berhubung kesibukan saya yang padat saya memilih untuk berobat jalan. Meskipun dokter tersebut sebenarnya menyarankan untuk rawat inap namun melihat kondisi saya yang masih kuat maka dokter memperbolehkan rawat jalan. Setelah itu dokter memberikan resep rawat jalan, tidak lupa dokter tersebut juga menjelaskan tentang kegunaan obat-obat tersebut. Obat-obat tersebut bisa diambil di apotik di rumah sakit ini. Kemudian saya dipersilahkan untuk menuju ke kasir untuk melakukan pembayaran. Selesai pelayanan di poliklinik tersebut, dokter memberikan ucapan segera cepat sembuh.

Tempat pembayaran pun dibedakan antara pasien umum dengan pasien jaminan kesehatan. Setelah pembayaran selesai saya dipersilahkan untuk menuju ke bagian apotik untuk pengambilan obat. Di bagian apotik juga terdapat antrian pengambiilan obat seperti pendaftaran. Selang beberapa menit no saya dipanggil untuk menyerahkan resep dokter kemudian saya dipersilahkan menunggu. Kurang lebih sekitar 10 menit saya dipanggil kembali untuk pengambilan obat, tidak lupa apoteker menerangkan cara minum dan dosis yang diresepkan dengan lengkap. Tidak seperti di rumah sakit lainnya, di rumah sakit ini tidak tersedia plastik untuk membawa berbagai obat yang saya dapat tetapi diganti dengan kantong kecil berbahan kain yang terlihat mewah. Total periksa poliklinik + obat + cek laboratorium di rumah sakit ini sekitar Rp 400.000.

Meskipun tidak menggunakan jaminan kesehatan dan pembayaran sedikit mahal, akan tetapi pelayanan yang didapat memuaskan. Pelayanan yang diberikan kepada pasien sangat diperhatikan, dari masuk rumah sakit sudah disambut oleh petugas untuk membukakan pintu rumah sakit dengan salam senyum sapa sampai pengambilan obat di apotik pun juga sama.. Tidak sampai 2 jam saya sudah mendapatkan obat untuk penyakit saya, dan tidak perlu antrian panjang untuk melakukan pengobatan di rumah sakit ini.

oleh Rita Novita /18/433545/PKU/17458

Setiap individu tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk menjadi pasien, menjadi pasien artinya sakit atau menderita sakit, namun setiap individu tidak dapat menolak jika suatu penyakit terjadi pada dirinya. Pengalaman menjadi seorang pasien pernah saya alami, kenyataannya saya tidak pernah menyangka dan siap untuk menjadi pasien, kondisi tersebut suka tidak suka harus saya terima.

Dimulai dengan keluhan saya sering mengalami demam atau suhu tubuh meningkat setiap saya dalam kondisi lelah, keadaan tersebut tidak terlalu saya perhatikan karena saya pikir kondisi demam itu merupakan hal biasa apalagi saya dalam kondisi lelah, maklum orang kesehatan jadi kalau sakit agak bergaya hal tersebut biasa. Suatu hari setelah jangka waktu 1 bulan yang lalu saya mengalami demam kembali saya diserang demam tinggi di sertai nyeri perut bagian kanan bawah, keadaan ini membuat saya sangat tidak nyaman saya hanya minum obat yang memang selalu saya sediakan dirumah yaitu paracetamol, setelah 3 jam suhu tubuh memang mulai turun namun nyeri perut bagian kanan bawah belum berkurang, saya masih positif thinking ini hanya sakit biasa dan saya coba bawa istirahat dan tidur. Pada pukul delapan malam nyeri perut saya semakin menjadi dan saya mulai tidak tahan dengan rasa nyeri itu disertai suhu tubuh saya juga meningkat, saya memberitahukan suami kalau saya tidak tahan dengan nyeri yang ada di bagian perut kanan bawah serta tidak bisa tiduran telentang karena akan terasa tambah nyeri.

Melihat keadaan seperti itu suami saya menyarankan untuk dibawa ke Rumah Sakit tapi saya masih agak ragu dan berharap rasa sakit ini dapat hilang tanpa harus dibawa ke Rumah Sakit, namun suami saya agak memaksa hingga akhirnya saya ikuti saja perintah suami untuk dibawa ke Rumah Sakit.

Sampailah di Rumah Sakit yang jaraknya hanya sepuluh menit dari rumah kami. Karena saya karyawan rumah sakit tentu saja semua teman-teman yang ada di Rumah Sakit sangat kenal dengan saya, sehingga tindakan yang dilakukan oleh teman-teman cepat dan tanggap, dokter jaga langsung mengkonsulkan dengan dokter spesialis tentang keluhan yang saya derita, sejenak terpikir jika saya bukan orang kesehatan akankah teman-teman saya akan melakukan tindakan yang menurut saya sangat tanggap seperti ini???. Setelah dokter jaga melaporkan kondisi saya yang kenyataannya saya dicurigai menderita penyakit usus buntu atau Appendicitis setelah dilakukan pemeriksaan lengkap dan dilaporkan, akhirnya saya disarankan untuk rawat inap di Rumah Sakit untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut tentang sakit saya pada esok hari oleh dokter spesialis bedah. Mendapat kenyatan saya harus rawat inap kembali perasaan khawatir muncul, sepertinya parah sekali kalau saya harus menginap, ternyata pada posisi menjadi orang sakit memang tidak menyenangkan. Status saya sebagai orang kesehatan kembali menguntungkan dengan sedikit negosiasi dengan dokter jaga dan keadaan saya agak lumayan karena telah diberikan suntikan penghilang nyeri sudah mulai dapat mengurangi rasa nyeri dan demam yang saya derita, akhirnya saya di ijinkan pulang dengan catatan esok hari harus konsul dengan dokter spesialis bedah untuk pemeriksaan lebih lanjut dan saya menyetujui.

Esok hari kondisi saya mulai membaik namun rasa tidak nyaman masih terasa di bagian perut kanan bawah saya masih terasa, saya menemui dokter spesialis bedah dengan membawa hasil laboratorium dan menceritakan kembali kondisi saya kemarin, kemudian dokter melakukan pemeriksaan fisik pada saya serta melakukan pemeriksaan USG dan benar bahwa appendic saya mengalami pembengkakkan dan dianjurkan untuk dilakukan operasi, sejujurnya saya takut mendengar kata operasi padahal saya tahu bahwa operasi Appendictomi merupakan operasi kecil dan seperti pengalaman saya yang bekerja di Rumah Sakit jika sudah dilakukan operasi jarang terjadi komplikasi yang lebih lanjut kecuali jika terjadi appendicitis perforasi, namun tetap saja rasa takut menghantui saya.

Keesokan harinya jadwal operasi sudah ditetapkan dengan berbagai prosedur yang sudah saya jalankan, tibalah hari operasi kalau bisa pulang ingin rasanya saya membatalkan operasi tersebut, muncul dalam pikiran saya bagaimana kalau terjadi apa-apa, kalau anasthesinya bermasalah saya bagaimana, kalau saya mati di meja operasi bagaimana, seribu satu pertanyaan datang dikepala saya, lalu saya didorong ke kamar operasi yang sebelumnya saya sudah dipasang infus sebagai prosedur tetap kembali muncul dalam pikiran nanti kalau abis operasi terjadi infeksi bagaimana, ternyata orang kesehatan dan bukan kesehatan tetap saja gugup kalau mau dilakukan operasi. Dokter dan teman-teman dikamar operasi mungkin tahu kecemasan saya, mereka tetap mensuport dan menenangkan saya bahwa prosedur opersainya tidak lama dan saya diberitahukan apa saja yang akan dilakukan kemudian, penjelasan dokter serta tim tersebut cukup membuat tekanan darah saya tidak naik karena cemas selanjutnya saya sudah tidak sadar dengan apa yang dilakukan oleh dokter dan tim karena saya sudah dalam keadaan tidak sadar.

Pada saat saya membuka mata saya sudah diruang perawatan ternyata operasi sudah lama selesai sekitar empat sampai lima jam yang lalu, bersyukur yang saya khawatirkan tidak terjadi dan saya masih hidup. Pagi selanjutnya setelah saya dilakukan tindakan operasi saya diijinkan pulang dan berita tersebut sangat membuat saya lega, pengalaman menjadi pasien memang tidak menyenangkan namun menjadi pasien adalah kondisi yang tidak bisa dihindarkan, meyakinkan pasien bahwa tindakan yang akan dilakukan adalah prosedur yang aman sangatlah penting dan membuktikan bahwa yang telah dilakukan memang aman adalah kondisi yang seharusnya memang menjadi budaya bagi suatu layanan rumah sakit, mampu membuktikan bahwa mutu dan keselamatan pasien adalah prioritas utama. Timeliness yang saya rasakan pada saat menjadi pasien cukup memuaskan karena semua prosedur yang dilaksanakan oleh tim kamar operasi dan tim perawatan cukup efisien dan dalam waktu 2 kali 24 jam dari saya mengalami keluhan sampailah saya sudah diperbolehkan pulang pasca operasi Appendictomie, saya juga tidak tahu apakah karena saya orang kesehatan atau ada faktor lain, semoga pelayanan seperti ini diberikan pada seluruh pasien tanpa memandang status nya seperti apa.