Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

agenda

Oleh:

Hanevi Djasri1, Novi Zein Alfajri2 dan Sugiarsih2
1Mewakili Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK UGM, Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) dan Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA), 2Mewakili RS Akademik UGM

PENGANTAR

Bertempat di Queen Elisabeth International, pada 2-4 Oktober 2017, The International Society for Quality in Health Care (ISQua) kembali mengadakan pertemuan internasional tentang mutu pelayanan kesehatan, kegiatan ini merupakan konferensi ke-34.

Pertemuan tahun ini mengambil tema "Learning at the System Level to Improve Healthcare Quality and Safety" sebuah tema yang tim penulis nilai sangat aktual dengan kondisi di Indonesia yang membutuhkan berbagai perbaikan sistem kesehatan nasional dan daerah dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di era JKN.

Terbagai menjadi 11 sesi yang secara kontekstual relevan untuk Indonesia, yaitu sesi tentang pentingnya mendengarkan suara atau pendapat dari para pasien, mengelola database untuk menghasilkan keputusan dan regulasi yang tepat (misalnya mengelola data klaim INA CBGs atau data pelayanan P-Care ataupun data dari hasil survei akreditasi KARS), kemudian sesi tentang bagaimana sebaiknya regulasi yang dapat mempengaruhi perbaikan tata kelola, serta sesi untuk mempelajari mengenai berbagai upaya peningkatan mutu dari negara berkembang lainnya.

Sesi lain terkait dengan pengembagan sistem untuk menjaga keselamatan pasien, proses pendidikan dan pelatihan peningkatan mutu melalui cara berbagi (sharing) antara institusi, serta mungkin yang paling menarik adalah tentang disruptive improvement and adaptive change; serta beberapa sesi spesifik seperti mutu dan keselamatan pada saat krisis, mutu bagi pelayanan kesehatan jiwa dan mutu dalam pelayanan kesehatan masyarakat.

Tahun ini kembali memecahkan rekor jumlah perwakilan Indonesia yang hadir dalam pertemuan ISQua, tercatat lebih dari 30 peserta antara lain dari KARS, RSA UGM, RS Pelni, RSCM, RS Jantung Harapan Kita, FK UGM, FK UB, dan FKM UI. Para peserta hadir untuk mengikuti konferensi dan menyajikan berbagai hasil penelitian masing-masing dalam bidang mutu dan pelayanan kesehatan, baik dalam bentuk presentasi oral maupun poster.

Reportase disusun secara harian selama tiga hari yaitu mulai pada Senin-Rabu, 2-4 Oktober 2017, yang akan memuat ringkasan isi materi yang disajikan oleh para pembicara baik pada sesi pleno maupun sesi pararel. Di samping itu, reportase juga akan memuat pandangan/pendapat penulis terkait dengan konteks di Indonesia dan usulan tindak lanjut. Reportase akan dimuat di berbagai web yaitu: www.mutupelayanankesehatan.net, www.kars.or.id, www.pdpersi.or.id, www.arsada.or.id, dan www.rsaugm.ac.id.

Para pembaca diundang untuk memberikan tanggapan ataupun komentar secara online. Diharapkan dengan adanya reportase ini dapat memberikan ide-ide baru bagi para penggiat peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia.

Reportase hari I   Reportase hari II   Reportase hari III

 

rep formut ansIHQN-Yogyakarta. Dalam seminar yang dibawakan oleh Anis Fuad, S.Ked., DEA sebagai Kepala Divisi Simkes PKMK FK UGM ini, beberapa hal yang disampaikan adalah terdapat 12 indikator mutu pelayanan kesehatan akan tetapi diantaranya, data tersedia setiap saat masih sangat sedikit padahal tiap hari kita melakukan pengumpulan data yang tersedia. Berdasarkan data BPJS, penduduk Indonesia yang telah menjadi peserta BPJS berjumlah 190 juta.

Jika melihat potensial dari data klaim INA CBG, banyak yang melakukan kajian mengenai tarif berdasarkan kelas fasilitas kesehatan atau regional wilayah sedangkan mutu pelayanan terkait klaim INA CBG masih sangat jarang. Padahal data klaim merupakan salah satu sumber data penting untuk penilaian mutu. Pemanfaatan data klaim seharusnya interoperabilitas dalam sistem informasi di fasilitas kesehatan dengan BPJS agar data klaim dapat bertukar secara tepat waktu, lengkap dan dimanfaatkan secara optimal untuk menilai mutu pelayanan.

Dalam sesi tanya jawab, pembicara mendapatkan satu pertanyaan yaitu topik klaim INA CBG di Rumah Sakit untuk penggunaan data klaim yang masih menggunakan versi 5.1, bagaimana penggunaan data khususnya dalam lingkup Rumah Sakit bukan skala nasional?, pertanyaan ini langsung dijawab oleh pembicara bahwa data yang dikumpulkan dalam satu tahun perlu di backup kemudian melihat code berdasarkan dari jenis datanya. Pada umumnya, pengolahan data mutu (supporting system) perlu adanya data yang tersedia kemudian tim mengarahkan data yang ada sesuai dengan yang diharapkan oleh Rumah Sakit.

Reporter : Agus Salim, S.KM., MPH

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK), Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (HPM), Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
bekerjasama dengan 
Departemen Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Menyelenggarakan Seminar:

Penindakan Fraud di Jaminan Kesehatan Nasional: Apa Peran Profesi Investigator?

  PENGANTAR

Jika seorang dokter atau sistem manajemen rumah sakit melakukan tindakan yang dapat digolongkan fraud, apakah akan terjadi kriminalisasi? Jawabannya tidak. Pengadilan yang memutuskan sebuah kasus sebagai fraud dalam jaminan kesehatan berarti telah memutuskan sebuah tindakan yang memang kriminal. Jadi dalam hal ini tidak ada kriminalisasi. Dalam proses penetapan fraud, yang sangat penting adalah adanya pembuktian bahwa terjadi sebuah tindakan kriminal dengan motif yang disengaja untuk melakukan penipuan.

Setelah 4 tahun kegiatan JKN saat ini, belum ada kasus yang dibawa ke pengadilan, walaupun sudah ada berbagai laporan tentang potensi fraud. Pertanyaan pentingnya adalah: apakah akan ada penindakan, ataukah program pemerintah hanya terbatas pada pencegahan fraud. Sebagai gambaran hingga 2017 ini lebih dari 150 Triliun dana dipergunakan dalam JKN. Jumlah yang sangat besar ini tentunya memerlukan sistem yang baik agar tidak terkena fraud.

Di berbagai diskusi, banyak diberitakan mengenai kemungkinan pada 2018 akan ada penindakan. Di dalam sejarah sistem jaminan kesehatan di berbagai negara yang menggunakan pembayaran klaim, cepat atau lambat pasti terjadi proses penindakan. Sistem Jaminan tentu tidak ingin ada pembiaran dalam pelanggaran yang mengarah ke fraud.

Seminar ini berusaha melakukan persiapan jika ada penindakan pada 2018. Salah satu hal penting dalam proses penindakan adalah ketersediaan profesi investigator dalam kasus-kasus fraud. Investigator bertugas untuk membuktikan adanya motif kriminal dalam pelayanan medik di JKN.

  TUJUAN

  1. Membahas kemungkinan terjadinya penindakan pada 2018.
  2. Membahan fungsi dan peran investigator dalam fraud;
  3. Membahas ketersediaan investigator di Indonesia.

PEMATERI 

  1. Niken Ariati, Direktorat Penelitian dan Pengembangan Komisi Pemberantasan Korupsi
  2. Prof. dr. Budi Sampurno SH, Departemen Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

PEMBAHAS

  • Pusat Pengembangan Jaminan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI
  • Direktorat Tindak Pidana Umum Lain - Kejaksaan RI
  • Persatuan Rumah Sakit Indonesia (PERSI)
  • Ikatan Dokter Indonesia (IDI)

Fasilitator: Prof. dr. Laksono Trisnantoro MSc PhD, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK Universitas Gadjah Mada

  Agenda

Workshop ini akan diselenggarakan pada Selasa, 10 Oktober 2017; pukul 09.00 – 12.00 WIB; bertempat di Gedung Granadi Kuningan Lt X, Jakarta.

Bapak/Ibu/Sdr yang tidak dapat hadir secara tatap muka dapat tetap mengikuti diskusi melalui webinar pada link registrasi dibawah:

Waktu Durasi Materi Pembicara
08:00 - 09:00   Registrasi peserta Panitia
09.00 - 09.10 10’

Pembukaan / Pengantar

materi

Prof. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD
09.10 - 09.30 20’

Prospek Penindakan pada 2018

materi

Niken Ariati

Direktorat Penelitian dan Pengembangan 

Komisi Pemberantasan Korupsi

09.30 - 09.50 20’

Proses pembuktian Fraud dan peran Investigator.

materi

Prof dr. Budi Sampurno SH, Departemen Kedokteran Forensik dan Medikolegal

Fakultas Kedokteran , Universitas Indonesia

09.50 - 10.50 60’

Talk show dengan pembahas:

  • Sriyati Sanjaya, SH (Kejari DKI Jakarta)
  • Dr. Yudi Kristiana, SH, MM
  • dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes (PERSI)
10.50 - 11.30 40’ Diskusi / tanya-jawab Pemateri / Pembahas
11.30 - 11.40 10’

Kesimpulan dan penutup

materi

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD

 

 

  Kontak Panitia

Maria Lelyana (Lely)
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Telp/Fax. (0274) 549425 (hunting), 081329760006 (HP/WA)
Email: This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it. 
Website: http://mutupelayanankesehatan.net 

Pada hari kedua Post Forum 1 IHQN XIII, peserta dipandu oleh tim fasilitator untuk mengembangkan ide penelitian yang sudah disusun pada hari pertama pelatihan menjadi sebuah abstrak penelitian. Sesi diawali oleh review materi hari pertama oleh dr. Viera Wardhani, MKes dan dilanjutkan presentari materi oleh Prof. dr. Adi Utarini, MSc, MPH, PhD mengenai cara penyusunan abstrak tentang perbaikan mutu menggunakan Squire 2.0.

Dalam sebuah penelitian, judul dan abstrak penelitian merupakan hal yang penting bagi pembaca ataupun orang-orang yang sedang menelusuri artikel dimana mereka akan menilai apakah artikel tersebut menarik untuk dibaca atau tidak. Prof.Adi Utarini memberikan contoh-contoh penyusunan judul penelitian terkait Quality Improvement dan menjelaskan bagaimana menyusun abstrak yang baik karena abstrak menggambarkan keseluruhan dari seluruh kegiatan yang direncanakan. Menurut guideline Squire 2.0 abstrak mengandung latar belakang, permasalahan lokal, metode, intervensi, hasil dan konklusi.

Selanjutnya, tiga kelompok dalam pelatihan ini bekerja untuk membuat sebuah abstrak penelitian dan mempresentasikannya.
Sesi presentasi berjalan dengan lancar dan sangat menarik. Masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Tim 1 menghasilkan sebuah rancangan penelitian berjudul “Peningkatan Kepatuhan Minum Obat TB dengan Inovasi Program Edukasi dan Pengamanan Baris Berobat (e-PBB) pada Narapidana LAPAS”, lalu Tim 2 dengan judul “Model keterlibatan Pasien Kanker Stadium Terminal Dalam Pengambilan Keputusan Layanan Palliative Care di RS Kanker X,” dan tim 3 dengan judul “Pola Kepatuhan Petugas Farmasi Terhadap Prosedur Pemberian Obat yang Aman di Layanan Rawat Jalan Puskesmas Y”. Setelah presentasi, tim fasilitator memberikan feedback terkait hasil rancangan penelitian setiap kelompok.

Reporter: dr.Novika Handayani