Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

agenda

Reporter: Andriani Yulianti, SE, MPH (Peneliti Divisi Mutu PKMK FKKMK UGM)

PKMK-Yogyakarta, telah menyelenggarakan seminar online “Upaya Peningkatan Mutu Surveilans Penyakit di Masa Pandemi: Tantangan dan Harapan” yang telah diselenggarakan pada tanggal 4 Februari 2021, membahas upaya peningkatan mutu pelaksanaan surveilans dari tinjauan ideal dari perspektif akademik dan melihat kemungkinannya untuk dikembangkan di Indonesia serta memperkenalkan secara singkat program Improving Quality of Disease Preparedness, Surveillance and Response In Indonesia (INSPIRASI) 2020–2025 agar mendapatkan gambaran input program dari para stakeholders di Provinsi/daerah.

Hadir sebagai narasumber dalam pertemuan tersebut yakni dr. Riris Andono Ahmad, MPH, PhD (Peneliti di Pusat Kedokteran Tropis FKKMK UGM), dr. Guardian Yoki Sanjaya, MHlthInfo (Peneliti Sistem Informasi Kesehatan di FKKMK UGM), Dr. dr. Hanevi Djasri, MARS, FISQua (Peneliti di PKMK FKKMK UGM), drh. Endang Burni Prasetyowati, M.Kes (Kepala Subdirektorat Surveilans–Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemkes R.I) dr. H. Muhammad Ichsan Mustari, MHM (Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan), dan drh. Berty Murtiningsih, M.Kes (Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta). Bertindak sebagai moderator yakni tiga peneliti dari PKMK FK KMK UGM yaitu dr. Hardhantyo MPH, Ph.D., dr. Bernadeta Rachela., dr. I Wayan Cahyadi Surya.

Dr. Hanevi membuka kegiatan seminar dengan mengajak semua peserta agar dapat berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan INSPIRASI karena program yang dijalankan bukanlah program yang kaku tetapi sangat fleksible dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan bersama, baik di level Nasional, maupun di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Adapun tujuan kegiatan INSPIRASI diharapkan mampu memperkuat sistem surveilans di Indonesia dengan meningkatkan kapasitas Kemenkes Indonesia dalam mendeteksi, mencegah, menanggapi ancaman kesehatan masyarakat di 4 area teknis yakni real time surveilance, reporting dan respon pada area preparedness and emergency operational centers.

Selanjutnya, disampaikan oleh dr. Riris Andono Ahmad mengenai respon epidemiolog, yakni bagaimana sistem yang baik bisa digunakan untuk mengendalikan penyakit bahkan mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB) yang besar dan seharusnya ketika punya sistem yang baik maka dapat mencegah KLB masuk dalam populasi. Sehingga, dibutuhkan respon cepat dan terencana karena tanpa melakukan respon cepat terencana, akan susah menurunkan kasus.

Dr. Riris juga menyampaikan tantangan yang peru dipecahkan dalam sistem survailans di Indonesia yakni tentu saja tidak bisa menghindari platform pengambilan data yang berbeda, karena tiap platform terkadang meminta data yang sama dengan sistem rekaman yang sama-sama manualnya, sehingga petugas di lapangan melakukan hal yang sama dengan platform yang berbeda dengan detil yang sama besarnya juga. Apalagi kemudian ada survailans lain yang hampir menggunakan data yang sama, tentunya hal ini bisa disikapi apabila memiliki Interoperabilitas yang baik antara platform yang ada.

Pernyataan di atas diperkuat oleh pembicara selanjutnya yakni dr Guardian Sanjaya yang menekankan perlunya interoperabilitas dalam surveilans diantaranya; melibatkan berbagai stakeholders (fasilitas kesehatan, laboratorium, dinas kesehatan, kementrian kesehatan dan masyarakat); berbagai sistem informasi dikembangkan untuk pelayanan di faskes, kontak tracing penyakit di masyarakat, pelaporan di Dinas dan Kementerian, self-screening oleh masyarakat dan sebagainya; berbagai developer, vendor dan organisasi kesehatan mengembangkan sistem informasi untuk berbagai process tersebut; permasalahan duplikasi data, integrasi data, kelengkapan data, analisis data; serta bagaimana interoperabilitas dapat meningkatkan kualitas survaillans penyakit, terutama pada upaya keselamatan populasi.

drh. Endang Burni Prasetyowati, M.Kes selaku Kepala Subdirektorat Surveilans Kemkes sangat mendukung program INSPIRASI, seperti yang tertuang dalam tujuan pertama yakni memperkuat analisis data survailans yang ada dan tentunya sangat terkait erat dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada, karena ternyata yang memiliki latar belakang pendidikan SKM Epidemiologi hanya ada sekitar 11 ribuan orag saja, dan itu tersebar di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Puskesmas, sehingga memerlukan peningkatan, baik secara kualitas dan kuantitasnya dari sisi tenaga yang siap pakai serta dapat melakukan advokasi ke pimpinan daerah berdasarkan evidance base. Dr Endang juga menyampaikan bahwa sistem informasi satu data menjadi cita-cita bersama, dan mendukung sekali adanya interoperablitas data sehingga dapat memiliki satu aplikasi untuk melihat semua permasalahan kesehatan di Indonesia.

Sebagai penutup, dr Hanevi menyampaikan bahwa selama diskusi berlangsung telah memberikan ide baru terutama berbagai macam masalah teknis surveilance dan cara menyelesaikannya, sehingga tidak hanya masalah namun juga solusi, dan akan didukung oleh program INSPIRASI yang cukup fleksible menetapkan kegiatan apa saja yang akan dikerjakan dan akan diseminasikan secara nasional. Setelah kegiatan ini, dr hanevi berharap agar tetap terjalin komunikasi dengan peserta yang sudah tergabung sebanyak kurang lebih 250 orang, dengan mengakses kegiatan di website: mutupelayanankesehatan.net dan akan dihubungi secara periodik untuk memberikan info kegiatan yang akan diselenggarakan dan berharap semua peserta tetap berpartisipasi secara aktif.

Materi dan video selengkapnya dapat di akses pada link berikut

klik disini

 

 

BIMBINGAN TEKNIS

Strategi Koding, Resume Medis dan Klaim untuk Meningkatkan Mutu Pembayaran di Rumah Sakit

Oleh Divisi Manajemen Mutu Pusat Kebijakan & Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM

Yogyakarta, 1 - 2 Juli 2022

 

  Topik ini membahas Masalah apa?

Permenkes nomor 16 tahun 2019 menyebutkan bahwa Pelaksanaan pencegahan, deteksi dan penyelesaian terhadap Kecurangan (fraud) termasuk mekanisme investigasi dan pelaporan pelaku Kecurangan (fraud), dapat dilakukan melalui Peningkatan kemampuan dokter serta petugas lain yang berkaitan dengan Klaim, berupa “Pemahaman dan penggunaan sistem koding yang berlaku, Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Pasien (DPJP) menulis dan memberikan resume medis secara jelas, lengkap dan tepat waktu” dan Meningkatkan kemampuan koder melalui “Pelatihan dan edukasi koding yang benar.

  Manfaat apa yang anda dapatkan?
  • Ilmu dan skill koding
  • Ilmu dan skill pengisian resume medis
  • Ilmu dan skill klaim
  Apa yang dibahas?
  • Konsep koding
  • Konsep resume medis
  • Konsep klaim
  • Teknis koding yang tepat
  • Teknis pengisian resume medis yang tepat
  • Teknis pengisian rekam medis
  • Teknis klaim yang tepat
  Sasaran Peserta
  1. Tim Casemix
  2. Tim anti fraud
  3. Dokter umum
  4. Dokter spesialis
  5. Koder
  6. Rekam medis
  7. Peneliti
  8. Dosen
  9. Mahasiswa
  Fasilitator

Fasilitator berasal dari Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM.

endang2dr. Endang Suparniati, M.Kes

  • Konsultan PKMK FK-KMK UGM
  • Kepala Instalasi Penjaminan RSUP Dr. Sardjito
  • Tim anti fraud DIY

Eva Tirtabayu Hasri, S.Kep.,MPH

  • Peneliti di Divisi Manajemen Mutu Pusat Kebijakan dan Manajamen Kesehatan (PKMK) FK-KMK UGM
  • Konsultan Manajemen Kesehatan di IKKESINDO
  • Founder Community of Practice (CoP) Manajemen Mutu Keperawatan
  Persiapan Peserta

Peserta diharapkan membawa dokumen:

  1. Menyiapkan laptop
  2. Menyiapkan dokumen ICD 9 dan 10
  Biaya

Biaya pelatihan sebesar Rp. 3.000.000 per orang
Biaya pendaftaran dapat ditransfer melalui: Bank BNI UGM Yogyakarta No. Rekening 9888807172010997 atas nama UGM  FKU PKMK  Dana Kerjasama Penelitian Umum.

Agenda

Kegiatan akan berlangsung selama 2 hari, mulai jam 09.00-16.00 WIB.

WAKTU MATERI Keterangan
HARI 1
09.00-09.20 Pembukaan dan pre test PKMK FK-KMK UGM
09.20-10.25 Materi 1. Konsep Koding ICD 10 dr. Endang Suparniati, M.Kes
10.25-12.00 Praktikum 1 dan diskusi. Teknis koding ICD 10 dr. Endang Suparniati, M.Kes
12.00-13.00 ISTIRAHAT  
13.00-13.45 Materi 2. Konsep Koding ICD 9 dr. Endang Suparniati, M.Kes
13.45-14.30 Praktikum 2 dan diskusi. Teknis ICD 9 dr. Endang Suparniati, M.Kes
14.30-15.15 Materi 3. Konsep Rekam Medis rawat inap dr. Endang Suparniati, M.Kes
15.15-16.00 Praktikum 3 dan diskusi. Teknis pengisian rekam medis rawat inap dr. Endang Suparniati, M.Kes
HARI 2
09.00-09.20 Refleksi  
09.20-10.25 Materi 4. Konsep rekam medis rawat jalan dr. Endang Suparniati, M.Kes
10.25-11.00 Praktikum 4 dan diskusi. Teknis pengisian rekam medis rawat jalan dr. Endang Suparniati, M.Kes
11.00-12.00 Materi 5. Rekam medis IGD dr. Endang Suparniati, M.Kes
12.00-13.00 ISTIRAHAT  
13.00-13.45 Praktikum 5 dan diskusi. Teknis pengisian Rekam medis IGD dr. Endang Suparniati, M.Kes
13.45-14.30 Materi 6. Resume medis dr. Endang Suparniati, M.Kes
14.30-15.15 Praktikum 6 dan diskusi. Pengisian resume medis dr. Endang Suparniati, M.Kes
15.15-16.00 Materi 7. Klaim dan diskusi dr. Endang Suparniati, M.Kes
16.00-16.20 Post Test dan penutup PKMK FKKMK UGM

 

  Narahubung & Koordinator Pelaksana

Eva Tirtabayu Hasri S.Kep, MPH
No. Telp  082324332525   
Email  This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

 

 

BIMBINGAN TEKNIS

Pengelolaan Rekam Medis, Koding dan Audit Rekam Medis di Fasilitas Pelayanan Primer

Metode Daring, 19-20 Februari 2021

 

  Topik ini membahas Masalah apa?

Fasilitas Kesehatan Tingkat Primer (FKTP) diharuskan untuk mempunyai rekam medis, hal ini tertuang pada Bab VIII Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK). Standar 8.4 menyebutkan bahwa Kebutuhan data dan informasi asuhan bagi petugas kesehatan, pengelola sarana, dan pihak terkait di luar organisasi dapat dipenuhi melalui proses yang baku. Berdasarkan standar, FKTP harus mempunyai rekam medis.

Untuk mengetahui mutu rekam medis perlu dilakuka audit rekam medis dalam hal ini audit klinis, termasuk mengaudit 144 diagnosa penyakit yang harus tuntas ditangani di fasilitas pelayanan primer.

  Manfaat apa yang anda dapatkan?
  • Ilmu dan skill pengelolaan rekam medis
  • Ilmu dan skill Koding di fasilitas pelayanan primer yang tepat
  • Ilmu dan skill audit rekam medis
  Apa yang dibahas?
  • Konsep Rekam Medis dalam standar akreditasi FKTP
  • Isi dan form rekam medis
  • Isi dan susunan rekam medis
  • Simbol dan singkatan dalam rekam medis
  • Contoh-contoh form rekam medis
  • Assembling, Filing, Penomoran Dan Retensi Rekam Medis
  • Alur Dan Proses Kerja Unit Rekam Medis
  • Sistem Penomoran Dan Penjajaran Rekam Medis
  • Retensi Dan Pemusnahan Rekam Medis
  • Rekam Medis Elektronik di FKTP
  • Rekam Medis berbasis web (Sistem Informasi Klinik)
  • Koding
  • Audit rekam medis
  Sasaran Peserta

Jumlah peserta dibatasi 50 orang.

  1. Rekam Medis
  2. Komite medis dan keperawatan
  3. Tim mutu PKM
  4. Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
  5. Peneliti
  6. Dosen
  7. Mahasiswa
  Fasilitator

Fasilitator berasal dari Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM.

saumadr. Sauma Nurlina Amalia

  • Dokter umum Gadjah Mada Medical Center (GMC) UGM
  • Project Manager Sistem Informasi Klinik (Rekam medis elektronik) GMC UGM

 

Eva Tirtabayu Hasri, S.Kep.,MPH

  • Peneliti di Divisi Manajemen Mutu Pusat Kebijakan dan Manajamen Kesehatan (PKMK) FK-KMK UGM
  • Konsultan Manajemen Kesehatan di IKKESINDO
  • Founder Community of Practice (CoP) Manajemen Mutu Keperawatan

dr. Endang Suparniati, M.Kes

  • Konsultan PKMK FK-KMK UGM
  • Kepala Instalasi Penjaminan RSUP Dr. Sardjito
  • Tim anti fraud DIY

 

  Persiapan Peserta

Peserta diharapkan membawa dokumen:

  1. Perwakilan faskes membawa 1 laptop
  2. Membawa 5 berkas rekam medis dengan diagnosa yang sama, misal Appendisitis
  3. Membawa 1 Panduan Praktik Klinis/SOP sesuai dengan diagnosa rekam medis yang dibawa
  4. Menyiapkan 1 rekam medis kosong
  Biaya

Biaya pelatihan sebesar Rp. 1.250.000,00 per orang. Biaya pendaftaran dapat ditransfer melalui: Bank BNI UGM Yogyakarta No. Rekening 9888807172010997 atas nama UGM FKU PKMK Dana Kerjasama Penelitian Umum.

Bagi peserta yg menghendaki kwitansi asli bermaterai, biayanya untuk luar jawa 60.000, jawa 25.000 (berat maksima 1 kg).

  Narahubung & Koordinator Pelaksana

Eva Tirtabayu Hasri S.Kep, MPH
No. Telp  082324332525   
Email  This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Pembicara I: Manajemen Mutu Upaya Kesehatan Masyarakat Terkait COVID-19 oleh dr. Siti Marlina, MSc
(Kepala Puskesmas Bantul 2 dan Sekretaris Forum Komunikasi Puskesmas DIY)

Siti Marlina menyatakan bahwa dalam kondisi pandemi, Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) harus tetap dilaksanakan dengan memperhatikan skala prioritas, kondisi psikologis masyarakat, dan zonasi wilayah terkait COVID-19. Pandemi COVID-19 menjadi tantangan untuk puskesmas dalam mempertahankan mutu pelayanan baik UKM maupun UKP.

Hal ini penyebabkan penyesuaian tahapan manajemen puskesmas baik di perencanaan (P1), pergerakan dan pelaksanaan (P2) maupun pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja puskesmas (P3). Pada kegiatan UKM, ada tiga opsi yang dilakukan 1) tunda kegiatan atau tidak bisa dilaksanakan; 2) melaksanakan kegiatan dengan metode berbeda; dan 3) dilakukan dengan menerapkan kaidah PPI dan physical distancing. Hal ini membutuhkan dukungan dinas kesehatan dan pemerintah daerah agar puskesmas dapat melakukan kegiatan UKM.

Kualitas mutu UKM di masa pandemi dapat dilihat pada sisi input, proses dan output.

  1. Di sisi Input yaitu 1) SDMK, selama masa pandemi petugas puskesmas terbagi atas 2 tim untuk menjaga kontinuitas pelayanan. COVID-19 adalah sesuatu yang baru untuk tenaga kesehatan sehingga harus update setiap saat; 2) Anggaran kesehatan, kegiatan UKM menggunakan Dana BOK dan Dana desa namun membutuhkan fleksibilitas penggunaan anggaran untuk mendukung penanganan COVID-19; 3) Regulasi, puskesmas melakukan perubahan SOP untuk pelaksanaan kegiatan penanganan COVID-19 dan meredesign tempat pelayanan sesuai kaidah PPI dan Physical distancing.
  2. Dari sisi proses, puskesmas selalu mengikuti standar penanganan COVID-19 yaitu melakukan pembatasan kegiatan tatap muka guna mengurangi penularan COVID-19, mengutamakan kebutuhan sasaran. Pada kegiatan UKM tetap mengutamakan keselamatan sasaran dan petugas dengan safety briefing protokol kesehatan. Selain itu kegiatan UKM dilaksanakan dengan metode lain seperti penggunaan google form, edukasi melalui media sosial dan pertemuan daring. Hambatan dalam proses adalah kondisi psikologis masyarakat yang masih takut, penambahan kasus positif COVID-19, zonasi wilayah COVID-19, dan keterbatasan masyarakat menggunakan teknologi.
  3. Dari sisi output, umpan balik kegiatan dari sasaran yang menjadi evaluasi untuk melakukan kegiatan berikutnya. Target indikator mutu (SPM) menjadi tidak tercapai. Program essensial dan pengembagan dilakukan dengan protokol kesehatan. Harapan dan strategi menangani COVID-19 yaitu melakukan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan COVID-19, flexibilitas penggunaan anggaran BOK untuk tahun 2021 khususnya pembelian APD untuk kegiatan surveilans, Monev pelaksanaan kegiatan, dan regulasi yang mendukung kegiatan UKM.

Pembicara II: Pengalaman Redesign Pelayanan dan Fisik RS Menghadapi Tantangan COVID-19
oleh dr. Rukmono Siswishanto, M.Kes., Sp.OG (Dirut- RSUP Dr Sardjito)

Rukmono menyampaikan bahwa perubahan harus bisa di-sense dan dilakukan response. Pada Masa Adaptasi Kebiasan Baru (Masa Baru) terjadi pengorganisasian yang harus berubah, informasi harus cepat, tim bekerja cross functional team, bekerja harus fleksibel. Rumah sakit juga dituntut untuk memberikan pelayanan yang cepat, customer ingin direspon dengan cepat, pelayanan lebih efisien, dan kepuasan pelanggan yang dituntut. Rumah Sakit merespon kebutuhan pelayanan dengan melakukan kolaborasi dengan rumah sakit lain, melakukan penyesuain pelayanan untuk kelompok rentan, dan dukungan bagi seluruh pekerja di Rumah Sakit. Kondisi ini menuntut Rumah sakit menerapkan 4 R yaitu Re-bounding, Reimagining, Responding, dan Rebuild.

RSUP Sardjito Memulihkan pelayanan di Masa Baru melalui 4 zona antara lain Pivot Zone, Go Zone, Check Zone, Wait Zone. Area perbaikan yang dilakukan oleh RS Sardjito dengan memisahkan layanan pasien non COVID-19 dan Pasien COVID-19 di seluruh lingkup pelayanan, pengendalian akses masuk melalui screening dan penandaan dengan stiker berwarna sesuai tingkat risiko pengunjung, dan Edukasi/Pelatihan staff sebelum ditugaskan ke pelayanan COVID-19. Pada konteks Surge Capacity, RSUP Sardjito tidak sekedar menambah ruangan, tetapi kapasitas. Strata surge capacity terbagi atas 3 yaitu kapasitas konvensional, kapasitas kontingensi, dan kapasitas krisis. Dalam konteks surge perlu memperhatikan 4 S yaitu Staffing, Space, Supplies dan System.

Secara umum Implementasi dimensi efektif, efisien, aman dan berkelanjutan di RSUP Sardjito antara lain 1) Pemisahan layanan non COVID-19 dan pasien COVID-19. Pada awal pandemi, pasien COVID-19 dilayani di ruang UGD yang kemudian dinilai sangat berbahaya sehingga dilakukan rekayasa zonasi; 2) APD dilakukan berdasarkan kewaspadaan standar dimana dilakukan berdasarkan analisis risiko, proses pelayanan yang dikerjakan dengan tetap memaksimalkan menjaga jarak dan menjaga kebersihan lingkungan;

Pembahas I: dr. Ketut Suarjaya, MPPM (Dinas Kesehatan Provinsi Bali)

Ketut menyampaikan arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan ini tidak terlepas dari akses dan kualitas pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar dan peningkatan upaya promotif dan preventif didukung oleh Inovasi dan pemanfaatan teknologi.

Isu strategis mutu pelayanan kesehatan antara lain 1) akses dan mutu pelayanan kesehatan; 2) ketersediaan dan kepatuhan terhadap standar mutu klinis dan keselamatan pasien; 3) budaya mutu di fasilitas kesehatan dan program; 4)peran dan pemberdayaan pasien keluarga dan masyarakat; 5) penguatan tata kelola struktur organisasi mutu dan sistem kesehatan lainnya; 6) komitmen Pemerintah Pusat, daerah dan pemangku kebijakan; dan 7) data indikator sistem informasi dan pengembangan pemanfaatannya.

Pelayanan di fasilitas kesehatan pada masa adaptasi kebiasaan baru tentunya harus meredesain fasilitas pelayanan melalui pengaturan alur layanan, pembagian zona resiko penularan COVID-19, penerapan prinsip PPI, pengembangan sistem inovasi pelayanan kesehatan dan penguatan rujukan di masa kenormalan baru. Redesign pelayanan dan fisik Rumah Sakit menghadapi pandemi COVID-19 yaitu 1) Memberikan pelayanan pada pasien COVID-19 dan non COVID-19 dengan menerapkan prosedur skrining triase dan tatalaksana kasus; 2) melakukan antisipasi penularan terhadap tenaga kesehatan dan pengguna layanan dengan penerapan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi, penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di unit kerja dan pemenuhan alat pelindung diri (APD); dan 3) menerapkan protokol pencegahan COVID-19.

Pembahas II: dr. Vierra Wardhani, M.Kes, Ph.D (Universitas Brawijaya Malang

Vierra menyatakan perlunya sistem manajemen mutu di organisasi dalam merespon pandemi COVID-19. Secara umum, dampak pandemi antara lain 1) adanya tantangan kapasitas cadangan dan burnout sistem; ketika ada banyak tuntutan sementara layanan kesehatan tidak siap merespon; 2) penurunan cakupan dan utilitas non COVID-19 karena adanya stigma dan ketakutan; 3) membuka kesadaran peluang, cara, dan perilaku baru untuk meningkatkan akses layanan kesehatan; dan 4) mendorong melakukan desain lebih bagus dan belajar secara cepat. Hal ini merupakan proses sistem manajemen dan peningkatan mutu.

Hasil penelitian dilihat dari temporal comparison menunjukkan pada awal pandemi COVID-19 khususnya di Indonesia terjadi penurunan kunjungan pasien baik di puskesmas hingga rumah sakit. Hal ini membutuhkan respon organisasi untuk melakukan perubahan yang sangat cepat dan pentingnya melakukan integrasi dan continuum of care. Pelayanan kesehatan primer sangat penting di era pandemi merupakan titik kontak pertama ketika penduduk mencari layanan kesehatan, dapat menjamin komprehensifitas layanan.

Terdapat 4 isu yang dihadapi layanan primer dalam masa “Adaptasi Kebiasaan baru” antara lain 1) pelayanan diberikan dengan telehealth; 2) menimbulkan kelompok vulnerable baru; 3) Perilaku pencarian pertolongan kesehatan yang berubah; dan 4) Kebutuhan co-worker support menghilangkan rasa takut. Pada situasi krisis maka yang paling penting adalah memastikan best possible patient outcome dengan menciptakan standar layanan baru.

Reporter: Candra, MPH