Pengalaman masa kecil seorang ibu ternyata tidak hanya berpengaruh bagi dirinya sendiri tetapi juga dapat berdampak pada kesehatan mental anaknya. Penelitian studi terbaru oleh Jessica P., et al pada tahun 2023 menemukan bahwa kesulitan masa kecil yang dialami ibu dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental pada anak-anak bahkan sebelum sang anak mengalami kejadian negatif secara langsung. Penelitian telah melibatkan lebih dari 4.000 pasangan ibu-anak di Inggris dan Irlandia. Para peneliti menemukan bahwa anak-anak dari ibu yang mengalami berbagai bentuk trauma masa kecil yang disebabkan oleh kekerasan fisik, pelecehan seksual, penelantaran, atau kekerasan dalam rumah tangga cenderung memiliki skor yang lebih tinggi pada gejala masalah mental seperti kecemasan, depresi, dan gangguan perilaku.
Penelitian ini menggunakan data dari dua studi longitudinal besar: Avon Longitudinal Study of Parents and Children (ALSPAC) di Inggris dan Growing Up in Ireland (GUI) di Irlandia. Hasil dalam kedua populasi tersebut konsisten, yakni kesulitan masa kecil ibu berkontribusi signifikan terhadap gangguan kesehatan mental pada anak. Faktor-faktor lain seperti status sosial ekonomi dan pengalaman masa kecil anak sendiri juga diketahui mempengaruhi dampak yang terjadi. Salah satu hal lain yang menarik dari studi ini adalah pendekatannya yang memisahkan dampak langsung (kesulitan yang dialami anak sendiri) dan dampak tidak langsung (kesulitan yang pernah dialami ibu). Dampak trauma ibu diketahui tetap terlihat meskipun anak-anak mereka belum mengalami kesulitan serupa secara langsung. Hal ini menunjukkan bahwa "warisan emosional" dari pengalaman traumatis dapat diturunkan melalui berbagai mekanisme, termasuk gaya pengasuhan, stres psikologis ibu, dan lingkungan keluarga secara keseluruhan.
Temuan penelitian ini menegaskan pendekatan intergenerasional sangat penting dalam penanganan kesehatan mental. Intervensi tidak cukup hanya ditujukan pada anak tetapi juga perlu mencakup orang tua khususnya ibu yang mungkin membawa beban trauma masa kecil. Praktisi disarankan untuk melakukan deteksi risiko sedini mungkin melalui skrining riwayat masa kecil ibu selama pemeriksaan rutin terutama pada masa kehamilan atau setelah melahirkan. Selain itu, layanan dukungan emosional dan konseling bagi ibu dengan riwayat trauma sangat dibutuhkan untuk membantu ibu membangun pola pengasuhan yang sehat. Dalam sisi kebijakan, integrasi layanan kesehatan mental ibu dan anak penting diimplementasikan dalam sistem kesehatan agar penanganan isu kesehatan mental dapat dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Disarikan oleh:
Nikita Widya Permata Sari, S. Gz., MPH
(Peneliti Divisi Mutu PKMK FK-KMK UGM)
Selengkapnya: https://acamh.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/jcpp.13721

Perubahan iklim global bukan lagi isu lingkungan semata, tetapi kini menjadi ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat di Eropa. Penelitian terbaru mengungkap bahwa peningkatan suhu, perubahan pola hujan, dan musim panas yang lebih panjang telah menciptakan lingkungan yang ideal bagi penyebaran penyakit infeksi yang sebelumnya hanya ditemukan di wilayah tropis dan subtropis. Tren ini mulai tampak nyata dalam satu dekade terakhir.
Perjalanan peningkatan mutu layanan kesehatan terus berkembang pesat hingga saat ini. Selama lebih dari satu abad, perkembangan mutu layanan kesehatan telah melalui perjalanan panjang. Paul Batalden dan Tina Foster dalam jurnal International Journal for Quality in Health Care mengungkap bagaimana pendekatan peningkatan mutu layanan kesehatan berevolusi pada tiga fase penting yang saling melengkapi. Pada awal abad ke-20, pendekatan peningkatan mutu dikenal sebagai fase Quality 1.0. Fokus utama fase Quality 1.0 adalah menetapkan ambang batas layanan yang dianggap “baik”. Melalui pendekatan Quality 1.0, aspek mutu lainnya mulai berkembang.







